Home > Berita > Riau

Wow! Tari Zapin Riau Ditampilkan dalam Festival Anak-anak Dunia ke-17 di Pulau Sicilia Italia

Wow! Tari Zapin Riau Ditampilkan dalam Festival Anak-anak Dunia ke-17 di Pulau Sicilia Italia

Berada di Agrigento sejak tanggal 4 Maret 2017, mereka tampil dalam berbagai kesempatan dengan anak-anak lain dari Bulgaria, Polandia, Ukraina, Turki dan tuan rumah Italia, hingga 9 Maret 2017. (foto: kompas.com)

Jum'at, 10 Maret 2017 22:36 WIB
AGRIGENTO, POTRETNEWS.com - Sembilan penari Indonesia yang berusia antara 9-18 tahun berpartisipasi dalam Festival Internazionale ‘l Bambini del Mondo’ atau Festival Anak-anak Dunia ke-17. Acara itu digelar di Kota Agrigento, di wilayah Sicilia, Italia. Anak-anak di bawah naungan Sanggar Kinnari, Jakarta itu membawakan ragam tarian Indonesia. Ada Ratoeh Duek Saman dari Aceh, Zapin dari Riau, dan tari Topeng Lambang Sari dari Betawi.

Berada di Agrigento sejak tanggal 4 Maret 2017, seperti dilansir potretnews.com dari kompas.com, mereka tampil dalam berbagai kesempatan dengan anak-anak lain dari Bulgaria, Polandia, Ukraina, Turki dan tuan rumah Italia, hingga 9 Maret 2017.

Setiap tarian yang ditampilkan selalu mendapatkan sambutan meriah dari para penonton. Pada salah satu penampilan di Aula Universitas Provinsi Agrigento, hadir sekitar 700 siswa taman kanak-kanak dan sekolah dasar.

Para penari muda Indonesia ini pun berbagi keceriaan. Bersama sejumlah anak Italia, mereka belajar menarikan sebagian gerakan tangan khas tarian Saman. Penampilan mereka memang terlihat spesial dengan gaya tarian dan kostum Aceh, yang menonjolkan kekompakan gerakan badan dan tangan antarpenari.

Tak heran, setiap penampilan mereka selalu berhasil mencuri perhatian dari penonton. Baik pada saat karnaval di kompleks bangunan Yunani kuno, dan di jalan utama di pusat kota, di pusat perbelanjaan, auditorium kampus, hingga di Teater Pirandello yang megah.

Seperti disebut dalam siaran pers KBRI Roma yang diterima Kompas.com, Jumat (10/3/2017), sebelum berangkat ke Sicilia, anak-anak ini singgah di Ibu Kota Roma.

Mereka juga sempat tampil sejenak menampilkan tari Ratoeh Duek Saman di pelataran Colosseum. Colosseum adalah objek wisata yang menjadi ikon Italia. Kala itu mereka mendapat sambutan meriah dari para wisatawan.

Pimpinan Sanggar Kinnari, Ida Riyanti mengatakan, makna historis dan subtantif yang melekat dalam festival ini patut dijaga. Maknanya adalah untuk menanamkan nilai harmoni dan perdamaian dunia bagi anak muda.

Ia juga berharap, Indonesia memberi perhatian lebih terhadap peran budaya dalam membangun karakter bangsa yang dimulai dari usia dini. Salah seorang penari cilik, Syifa Amanda (11) mengisahkan kesannya mengikuti festival ini:

“Seru, bisa berinteraksi, senang bisa bersosialisasi dengan orang asing, mengetahui budaya dan kebiasaan orang lain. Yang pasti, aku sangat bangga mewakili Indonesia dan senang dalam mengikuti festival ini."

Di samping harus mempersiapkan diri untuk setiap pertunjukan dan penampilan tarian, anak-anak ini juga dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan setempat.

Mereka pun harus membangun persahabatan dengan sesama tim misi budaya dari negara lain. Belum lagi perjuangan di tengah udara dingin dan angin yang bertiup kencang di Eropa.

Ketua Panitia Festival, Luca Criscenzo dari Associazione International Folk Agrigento (AIFA) menyampaikan kepada KBRI Roma, kegiatan pertukaran budaya bagi anak-anak akan dapat membuka wawasan anak tentang dunia.

Luca mengaku memiliki pengalaman pribadi ketika masih anak-anak diajak menari oleh mendiang ayahnya. Ayah Luca adalah salah satu penggagas festival ini. Menurut dia, pengalaman itu telah membuat dia memiliki pikiran yang lebih terbuka untuk memahami kultur di negara lain.

Kota Agrigento berada di sebelah barat daya Sicilia, pulau yang terletak di bagian paling selatan Italia, berhadapan dengan Laut Mediterania dan benua Afrika. Kota ini dulu pernah menjadi bagian dari wilayah Yunani kuno, dan memiliki sejumlah peninggalan bersejarah yang menjadi situs warisan dunia UNESCO.

Situs tersebut adalah Kota Tua Valle dei Templi yang dikenal dengan kuil Juno dan kuil Concordia. Tahun ini, kota yang berpenduduk sekitar 60.000 jiwa ini telah menyelenggarakan festival budaya tradisional (folklore) untuk orang dewasa, Mandorlo del Fiore yang ke-72 kali.

Sementara, festival serupa untuk anak-anak telah berlangsung sebanyak 17 kali. Peninggalan bersejarah dan lanskap yang indah menjadikan kota ini salah satu tujuan wisata utama di Pulau Sicilia. *** 

Editor:
Fanny R Sanusi

Kategori : Riau, Umum, Peristiwa
wwwwww