Cerita Kapolri Jenderal Tito Terima Laporan Warga Kehilangan Mobil Ketika Masih Letnan Dua Bikin Ratusan Bawahannya di Riau Tertawa

Cerita Kapolri Jenderal Tito Terima Laporan Warga Kehilangan Mobil Ketika Masih Letnan Dua Bikin Ratusan Bawahannya di Riau Tertawa

Kapolri Jenderal Tito Karnavian. (foto: internet)

Sabtu, 04 Maret 2017 14:29 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian ternyata punya cerita masa lalu yang cukup unik, yakni saat dirinya baru lulus menjadi abdi negara. Ketika itu pangkatnya masih letnan dua (letda). Pengalamannya ini diceritakan Jenderal Tito Karnavian dihadapan ratusan bawahannya di jajaran Polda Riau, saat bertandang ke Kota Pekanbaru Provinsi Riau, Jumat (3/3/2017) kemarin. Tak ayal, seisi gedung tertawa.

Ditulis dalam laman GoRiau.com yang dilansir potretnews.com, ceritanya waktu itu Tito mendapat tugas/piket jaga malam di salah satu kantor polisi. Dia tidak menyebutkan persis di mana, yang jelas ia ditemani polisi lain berpangkat Sersan dan Kopral, sedangkan dirinya berpangkat letnan dua.

"Yang lain sudah pada tidur, tiba-tiba datang bapak-bapak sama istri dan anaknya terogopoh-gopoh jalan. Saya awalnya tidak tahu. Pas saya ke luar kelihatan," mulai jenderal bintang empat ini bercerita.

Ternyata si bapak sudah lama di luar, namun tak seorang pun yang menyambutnya, atau sekedar menyuruh duduk. "Satu jam dia berdiri, ternyata tujuannya mau lapor, mobilnya hilang dicuri di rumah, saya suruh masuk," katanya.

"Saya ketika itu baru tamat (lulus) dan masih bodoh-bodohnya, bingung mau lakukan apa. Saya lihat atasan saya namanya Pak Munakir lagi tidur, saya bangunin, pak..pak bangun, ada yang mau lapor kehilangan," imbuh dia.

Dengan sigap Pak Munakir bangkit dan mengambil mesin tik. Lalu si bapak dan keluarganya disuruh duduk. "Masih zamannya mesin tik itu. Pakai kertas karbon. Saya berdiri perhatiin karena belum ngerti apa-apa," kata Tito memperagakan.

Satu per satu pertanyaan terkait kronologi kejadian dijawab oleh korban, hingga masuk ke kolom pelaku. "Nah di sana bingung, mau diisi apa. Korban tidak tahu siapa (pelakunya). Pak Munakir langsung nyeletuk, kalau bapak tidak tahu, apalagi saya," tuturnya menirukan logat Pak Munakir.

Tawa bawahannya pun pecah mendengar cerita Kapolri ini."Ya sama-sama bingung, terus rekan saya satu lagi dibangunin, mau tanya solusi bagusnya diapain ini. Rekan saya ini bilang, sudah ke lapangan aja, biar bapak itu senang kita (polisi) turun mengecek," sebut dia.

Singkat cerita, olah tempat kejadian perkara pun dilakukan petugas piket di rumah korban yang mobilnya hilang dicuri ini. Ketika itu Tito ikut membantu. "Bapak itu berharap sekali mobilnya dapat diketemukan," ucap dia.

"Jadi rekan saya ini ngobrol-ngobrollah sama itu bapak, saya liatin aja. Pokoknya intinya dia janji nanti mobilnya akan ketemu. Senangnya bukan main si bapak, padahal masih janji, belum dapat sama sekali. Subuh baru selesai semua urusan, kita balik," katanya.

"Nah pas itu, rekan saya ini manggil lalu ngasih duit. Saya kaget, dari siapa ini. Ternyata bapak (korban) itu yang ngasih. Kok bisa gitu, sudah mobilnya dicuri, polisinya yang datang dikasih uang. Padahal baru dijanjiin saja, nggak benar ini," sindir Jenderal polisi bintang empat ini.

Cerita Jenderal Tito Karnavian ini hanya sebagai gambaran betapa rumitnya birokrasi kepolisian. Sebab itu, di zaman yang berkembang pesat seperti sekarang, Polri juga harus berevolusi dengan memanfaatkan pelayanan berbasis teknologi.

Pria asal Sumatera Selatan (Sumsel) itu pun mengapresiasi gebrakan yang dilakukan Polda Riau dalam segi pelayanan berbasis teknologi, yang bisa diakses siapapun dan kapanpun, cukup melalui smartphone saja. Jadi masyarakat tak perlu repot datang ke kantor polisi.

"Launching aplikasi online layanan publik berbasis IT ini saya apresiasi. Salah satunya Panic Button. Masyarakat bisa download, kalau butuh bantuan cukup pencet itu dan polisi datang. Ini akan kita ikuti, yang penting eksekusinya," ujarJenderal Tito. ***

Editor:
Farid Mansyur

wwwwww