Kantin Bude Kemsiah, Kuliner Khas Melayu yang Melegenda di Tengah Kota Siak

Kantin Bude Kemsiah, Kuliner Khas Melayu yang Melegenda di Tengah Kota Siak

Bude Kemsiah penjual hidangan Melayu di Siak, Riau. (foto: kompas.com)

Minggu, 22 Januari 2017 16:43 WIB
SIAK, POTRETNEWS.com - Jangan menilai sesuatu dari luarnya saja. Kalimat bijak tersebut juga berlaku saat memilih makanan di suatu daerah. Misalnya saat saya berkunjung ke Kota Siak Sri Indrapura, Riau, Kantin Bude jelas bukan pilihan jika melihat penampakan luarnya saja. "Kalau mau makan masakan Melayu ke Bude saja. Banyak makanan Melayu di sana," kata penjual rujak yang saya temui di Siak, di sela perjalanan, Kamis (19/1/2017), dikutip potretnews.com dari kompas.com.

Sesuai saran masyarakat lokal, saya dan teman-teman akhirnya mencoba untuk menjajal masakan Bude yang tersohor ini. Namun saat turun dari mobil, betapa terkejutnya kami melihat bangunan Kantin Bude yang sangat sederhana. Bangunannya semi permanen, dengan tempat duduk dari plastik dan tiga meja makan kayu panjang.

Meski sederhana, nyatanya siang itu meja makan di kantin Bude penuh dengan konsumen. Setelah menunggu dan mendapat meja, kami mulai dihidangkan belasan lauk pauk khas Melayu.

Dengan cekatan pelayan di Kantin Bude menghidangkan lauk pauk tersebut secara serentak, mengingatkan cara menghidangkan lauk di restoran Padang.

"Ini gulai siput, rendang kerang, asam pedas kakap, ikan senangin, bilis jengkol balado, gulai prio (pare), bawal goreng balado, ayam bakar, tenggek burung," kata pelayan menjelaskan hidangan yang disajikan pada kami.

Air liur rasanya mau tumpah melihat penampakan belasan hidangan yang menggoda selera itu. Kami akhirnya langsung menyerbu hidangan tersebut. Benar saja, semua hidangan memiliki rasa yang nikmat.

Sampai seorang teman saya berkata, "Rasanya ini makan siang dari liputan yang paling nikmat," katanya.

Hidangan khas Melayu tersebut didominasi rasa asam dan pedas. Favorit saya adalah sambal jeruk kesturi yang rasanya luar biasa pedas, asam karena ada campuran irisan kulit jeruk, dan gurih dari terasi yang dioseng.

Sambal tersebut Kian menambah nikmat lauk pauk, apalagi ikan senangin bakar yang berdaging empuk, tebal, dan tak ada bau amis sama sekali.

Bude yang legendaris
Selesai makan, kami mencari Bude, sang empunya kantin tersebut. Bude adalah wanita keturunan Jawa-Siak yang bernama asli Kemsiah. Bude memulai usaha berjualan makanan sejak tahun 1994.

"Saya sudah jualan dari Kabupaten Siak masih jadi kecamatan. Masakan kampung Siak seperti inilah rasanya. Bapak bupati kalau makan juga di sini," kata Kemsiah yang lebih akrab disapa Bude.

Ia mengatakan lauk andalannya adalah ikan tapah dan ikan baung dimasak gulai asam pedas. Ada juga sambal tanak tumis belacan yang dicampur pete, telor pyuh, dan ikan bilis. Juga sambal belacan terong asem.

"Sayang hari ini tak ada ikan tapah dan baung di pasar. Sambalnya habis sebelum kalian datang. Ada pindang biasa dan pindang serani juga, tetapi hari ini tak buat. Lain kali mampir lagi coba," kata Bude.

Ia pun dengan ramahnya mengajarkan saya cara mengolah memasak ala Melayu. "Sebenarnya kalau sudah biasa itu mudah sekali. Masakan melayu itu kuncinya pakai asam keping, daun salam, daun kunyit, dan daun serai," kata Bude.

Sayangnya di usianya yang ke-67 tahun, Bude mengaku tak ada penerus usaha berjualan makanan Melayu khas Siak. "Anak saya guru, mantu saya pegawai daerah, tidak ada penerusnya," kata Bude sambil tersenyum.

Padahal usaha makanannya tersohor di kalangan masyarakat Siak dan sekitar. Dalam sehari Bude dapat mengolah lebih dari tujuh kilogram nasi dan sepuluh kilogram ikan tapah. Padahal jam buka kantin terhitung sebentar, pukul 11.00-16.00.

Jika berkunjung ke Siak untuk dan ingin mencicipi masakan khas Melayu, tak ada salahnya mampir ke Kantin Bude yang terletak di Jalan Datuk Kampar, di seberang alun-alun kota Siak.

Harga makanannya juga cukup bersahabat. Lauk paling mahal adalah ikan tapah yang dihargai Rp 40.000 per porsi. ***

Editor:
Fanny R Sanusi

Kategori : Peristiwa, Umum, Siak
wwwwww