Tiga Turbin PLTA Kotopanjang Tak Berfungsi, Listrik Riau Padam Bergilir

Tiga Turbin PLTA Kotopanjang Tak Berfungsi, Listrik Riau Padam Bergilir

PLTA Kotopanjang.

Rabu, 12 Oktober 2016 20:47 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Debit air waduk di PLTA Kotopanjang di Kabupaten Kampar, Riau menyusut karena minimnya curah hujan. Imbasnya, tiga turbin tak bisa berfungsi. Pantauan detikcom di lapangan sebagaimana dikutip potretnews.com, penurunan debit air di waduk PLTA Kotopanjang sangat terlihat jelas. Pinggiran waduk yang biasanya berbatasan air dengan kawasan hutan, kini terlihat tanah menguning. Permukaan tanah di tepi waduk terlihat karena turunya debit air yang cukup drastis.

Tunggul-tunggul kayu yang biasanya hanya nampak di ujungnya saja, kini batangan kayu berwanah hitam kelihatan menonjol dari dasar sungai Kampar. Penurunan debit air waduk karena minimnya curah hujan, membuat pinggiran waduk terlihat bekas-bekas ketinggian air.

Menempuh perjalanan ke arah perbatasan ke Sumatera Barat sepanjang 80 km itu, aktivitas di pembangkit tenaga air ini ternyata mati suri.

Asisten Manajer Operasi dan Pemeliharaan Sektor Pembangkit Pekanbaru, Syahminan Siregar yang ditemui di lokasi mengatakan, bahwa sejak 7 Oktober hingga 12 Oktober tiga turbin yang menghasilkan 114 MW tidak bisa berfungsi.

"Sudah 19 tahun keberadaan PLTA ini, dan baru kali pertama dalam sejarahnya ketiga turbin tidak bisa difungsikan karena minimnya debit air," kata Syahminan kepada detikcom. Syahminan menjelaskan, elevasi air sudah dimulai sejak Juli. Puncak penurunan air waduk paling drastis dirasakan pada awal Oktober.

"Tahun-tahun sebelumnya, jika terjadi penurunan air waduk, paling tidak satu turbin masih bisa difungsikan. Kali ini sama sekali kita tidak bisa beroperasi," kata Syaminan.

Syahminan menjelaskan, pada 10 Oktober dengan adanya curah hujan, satu turbin sempat bisa berkerja selama 13 jam. Namun setelah itu debit air kembali menurun. Normalnya turbin bisa difungsikan dengan ketinggian air minimal 73,5 mdpl dan maksimal 85 mdpl.

"Penurunan debit air tentunya pengaruh cuaca dimana saat ini curah hujan rendah. Padahal awalnya diperkirakan saat ini sudah memasuki musim penghujan. Tapi ternyata cuaca kita selalu berubah," kata Syahminan.

Humas PLN Wilayah Riau Kepri, Nasri menambahkan, dengan tidak berfungsinya tiga turbin di PLTA Koto Panjang secara otomatis berkurangnya pasokan tegangan di jalur interkoneksitas. Dengan tanpa pembangkit PLTA Kotopanjang, saat ini Riau mengalami defisit tegangan sekitar 51 MW.

"Beban puncak Riau membutuhkan 556 MW, saat ini terjadi kekurangan 51 MW. Kondisi ini membuat pemadaman bergilir ketika beban puncak tidak bisa terhindari," kata Nasri.

Untuk sekedar diketahui, waduk PLTA Kotopanjang wilayah resapan air sekitar 3.000 KM persegi yang hulunya ada di Sumatera Barat. Namun sangat disayangkan, wilayah resapan air baik di wilayah Riau dan Sumatera Barat kondisinya banyak beralih fungsi menjadi perkebunan sawit dan tanaman karet. Aktivitas illegal logging di wilayah resapan air juga masih marak.

Akibat rusaknya wilayah resapan air, waduk ini sangat bergantung pada surah hujan. Jika terjadi musim kemarau, air waduk di PLTA Kotopanjang sangat mudah kekurangan air. Sedangkan saat musim hujan, air waduk juga melimpah karena air tidak lagi meresap. ***

Editor:
Farid Mansyur

Kategori : Pelalawan, Peristiwa
wwwwww