Inilah Rekaman Lensa Para Leluhur Kita Menunaikan Ibadah Haji pada Tahun 1800-an yang Diabadikan Snouck Hurgronje
Inilah jemaah haji dari daerah Barus (sekarang masuk wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara). (foto: dok KITLV -Tropenmuseum) |
Minggu, 11 September 2016 00:43 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com -Banyak kisah mengabarkan ibadah haji tempo dulu adalah perjuangan berat. Jemaah calon haji dari Indonesia harus pergi pulang Tanah Suci Mekkah selama berbulan-bulan. Maklum, mereka harus naik kapal laut menuju Tanah Suci, lalu selama di Tanah Suci harus jalan kaki atau naik unta untuk menuju tempat-tempat yang jadi rukun haji.Zaman dulu tentu juga belum ada kamera secangggih sekarang. Jadi, jangan harap kakek-neneknya kakek-nenek kita alias para leluhur itu saat ibadah haji punya dokumentasi foto bagus.Di dunia fotografi, khususnya terkait ibadah haji pada tahun 1880-an, ada tiga nama fotografer terkenal. Mereka bisa disebut sebagai dokumentator pertama ibadah haji untuk para jamaah dari Indonesia. Ratusan dokumentasi foto mereka masih tersimpan hingga kini.Mereka adalah Mohamad Sadiq Bey dari Mesir, Abdul Ghaffar bin Abdul Rahman al Baghdadi dari Mekah, dan Snouck Hurgronje, orang Belanda yang dalam sejarah dikenal dipakai penjajah Belanda untuk menaklukkan Aceh dengan penyamaran sebagai ulama dan ahli Islam.
Kakbah pada tahun 1800-an. (foto: dok KITLV -Tropenmuseum)Snouck Hurgronje memakai nama samaran Abdul Ghaffar, kebetulan sama dengan nama fotografer kedua). Ketiga fotografer ini saling kenal. Namun Snouck lebih karib dengan Abdul Ghaffar.Foto rombongan calon haji Indonesia tahun 1800-an mungkin sudah banyak dipajang internet dan diunduh sejumlah pihak. Itulah foto-foto pertama tentang rombongan calon haji Indonesia saat di Mekah.Posenya hampir sama: berdiri, duduk di bangku, jongkok, dalam kelompok kecil, berdasar daerah asal rombongan (dari Sumatera sampai Sulawesi dan pulau-pulau kecil lainnya). Khusus foto calon haji Indonesia, semua hasil kerja Snouck Hurgronje, si ”musang berbulu domba”. Hurgronje masuk ke Mekah, membawa peralatan kamera yang lebih canggih (untuk era itu) ketimbang Sadiq Bey dan Abdul Ghaffar.Berikut foto-foto jemaah haji dari beberapa daerah di Indonesia yang diabadikan ketiga fotografer tersebut dan tersimpan di Tropen Museum, Nederland:
Di antara jemaah haji asal Aceh. (foto: dok KITLV -Tropenmuseum)
Jemaah haji asal Alahanpanjang, Sumatera Barat. (foto: dok KITLV -Tropenmuseum)
Jemaah haji asal Bengkulu. (foto: dok KITLV -Tropenmuseum)
Jemaah haji asal Bugis. (foto: dok KITLV -Tropenmuseum)
Jemaah haji asal Martapura, Kalimantan. (foto: dok KITLV -Tropenmuseum)
Jemaah haji asal Labuhanbatu Sumatera Utara. (foto: dok KITLV -Tropenmuseum)Editor:
Mario Abdillah KhairSumber:
Teraslampung.com
Kakbah pada tahun 1800-an. (foto: dok KITLV -Tropenmuseum)Snouck Hurgronje memakai nama samaran Abdul Ghaffar, kebetulan sama dengan nama fotografer kedua). Ketiga fotografer ini saling kenal. Namun Snouck lebih karib dengan Abdul Ghaffar.Foto rombongan calon haji Indonesia tahun 1800-an mungkin sudah banyak dipajang internet dan diunduh sejumlah pihak. Itulah foto-foto pertama tentang rombongan calon haji Indonesia saat di Mekah.Posenya hampir sama: berdiri, duduk di bangku, jongkok, dalam kelompok kecil, berdasar daerah asal rombongan (dari Sumatera sampai Sulawesi dan pulau-pulau kecil lainnya). Khusus foto calon haji Indonesia, semua hasil kerja Snouck Hurgronje, si ”musang berbulu domba”. Hurgronje masuk ke Mekah, membawa peralatan kamera yang lebih canggih (untuk era itu) ketimbang Sadiq Bey dan Abdul Ghaffar.Berikut foto-foto jemaah haji dari beberapa daerah di Indonesia yang diabadikan ketiga fotografer tersebut dan tersimpan di Tropen Museum, Nederland:
Di antara jemaah haji asal Aceh. (foto: dok KITLV -Tropenmuseum)
Jemaah haji asal Alahanpanjang, Sumatera Barat. (foto: dok KITLV -Tropenmuseum)
Jemaah haji asal Bengkulu. (foto: dok KITLV -Tropenmuseum)
Jemaah haji asal Bugis. (foto: dok KITLV -Tropenmuseum)
Jemaah haji asal Martapura, Kalimantan. (foto: dok KITLV -Tropenmuseum)
Jemaah haji asal Labuhanbatu Sumatera Utara. (foto: dok KITLV -Tropenmuseum)Editor:
Mario Abdillah KhairSumber:
Teraslampung.com