Home > Berita > Umum

Instruktur Seni se-Riau Diboyong ke Kampus ISI Yogyakarta, Ini Agendanya

Instruktur Seni se-Riau Diboyong ke Kampus ISI Yogyakarta, Ini Agendanya

Tim pemusik Riau mempersiapkan alat musik jelang latihan yang langsung didampingi instruktur di ISI.

Jum'at, 20 Mei 2016 09:19 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.COM - TIDAK seperti biasanya, kali ini, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Provinsi Riau melaksanakan helat seni langsung di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Dinas ini memboyong para instruktur dari kabupaten/kota se-Riau untuk belajar dan berbagi pengalaman seni musik dan tari bersama para pakarnya, berlangsung 17-21 Mei 2016.

Pelatihan berlangsung selama lima hari di kampus seni dengan dua instruktur seperti Memet Chairul Slamet (dosen musik) dan Drs Raja Alfiravindra MHum (dosen tari).

Kedua narasumber tersebut berbagi ilmu dan pengalaman dalam penciptaan karya kreatif, baik musik sebagai karya musik, maupun musik pengiring tari, juga pencitaan karya tari itu sendiri.

"Kreativitas itu 'virus'. Sebagai salah satu genre karya kreatif, musik itu adalah zat atau sesuatu yang luar biasa karena mampu menghipnotis makhluk hidup, terutama manusia. Musik bisa membuat perasaan manusia larut ke dalam suasana yang diinginkan sang pengkaryanya, dalam hal ini seniman," kata Memet Chairul Slamet saat memberikan materi musik kepada para peserta.

Menurut dia, instruktur-instruktur dari Riau, khususnya musik tentu saja telah memahami dan mendalami musik Melayu secara baik. Karena setiap pengkarya telah mendominasi jenis musik tradisi ini. Nah sekaranglah saatnya, para pengkarya harus berpikir global sehingga menciptakan musik Melayu baru dalam hal komposisi. Artinya, karya itu musti kaya dan memberi warna pada perkembangan musik Melayu, minimal di Riau.

"Ini baru hari pertama pelatihan dan saya melihat potensi besar pada semua peserta untuk menjadi musisi andal," tuturnya singkat.

Sementara itu, narasumber dari seni tari Drs Raja Alfiravindra MHum juga tak kalah serunya dalam memberikan motivasi bagi para instruktur. Selain memberikan materi tari secara akademik, ia juga berkisah tentang kekayaan tari serta musik Melayu.

"Coba kalian bayangkan, ada banyak daerah di Riau sebagai salah satu kawasan Melayu, setiap daerah memiliki keunikan masing-masing seperti Kampar, Kuansing, Rohul, Rohil, Dumai, Bengkalis, Inhil, dan lainnya," bebernya.

Dosen ISI Jogyakarta asal Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri) itu memaparkan, kekayaan lokal masih kurang tergali. Setiap pengkarya masih sibuk berkutat pada zapin, joget, dan lainnya. Padahal masih banyak lagi kekayaan yang belum diangkat kepermukaan dan masih hidup di kampung-kampung. Inilah yang harus dikejar oleh setiap seniman sehingga karya mereka akan lebih beragam dan bervariasi.

Memasuki di hari kedua pembinaan instruktur tari dan musik asal Riau di Kampus ISI Yogyakarta cukup berlangsung menyenangkan. Para narasumber dan peserta saling mengisi. Berbagi pengalaman, wawasan, dan langsung mempratikkannya. Apalagi hasil pelatihan itu nantinya akan ditampilkan disalah satu gedung pertunjukan dalam kampus seni tersebut.

Salah satu peserta Iwan Landel mengatakan, pelatihan musik dan tari yang dilaksanakan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Provinsi Riau di Kampus ISI Yogyakarta cukup mengesankan. Setiap peserta ditempa untuk mengolah kekayaan tradisi Melayu menjadi karya baru. Dua narasumber, Memet Chairul Slamet dan Drs Raja Alfiravindra MHum, juga merasa senang. Lagi pula mereka tidak perlu susah-susah melatih dari dasar karena semua peserta sudah mampu mencipta sendiri.

"Saya mengarahkan mereka untuk mengenal lebih jauh kekayaan seni tradisi Melayu. Wawasan mereka harus dibuka agar tidak sempit dalam memandang tradisi, sebab Melayu itu luas sekali," ucap Raja Elfiaravindra di sela-sela latihan.

Dia berpendapat, seniman Riau misalnya, mesti berpikiran terbuka dan tidak "alergi' dengan tradisi-tradisi Melayu di luar Riau. Untuk mendapatkan gagasan, perlu dilihat dalam tiga ring. Jika ring pertama itu Riau, maka ring kedua adalah kawasan di sekitarnya, dan ring ketiga semua wilayah Melayu. Apa saja kekayaan dari ketiga ring itu bisa diambil sebagai dasar penciptaan karya.

"Jangan miskin konsep dan galilah kekayaan di seluruh kawasan Melayu. Jangan berpikiran di luar Riau bukan kita. Kawasan Melayu Raya itu luas, termasuk di Riau. Jadi ambil apa pun yang menarik, lalu tarik ke Riau agar karya lebih membumi," ulas anak jati Tanjungpinang, Kepri tersebut.

Lebih jauh dijelaskannya, karena hasil pelatihan itu nantinya ditampilkan, maka ia pun mengajak peserta untuk mengangkat kekayaan daerah dari 12 kabupaten/kota se-Riau. Ia mencoba mengawinkan budaya Riau daratan (pedalaman) dan pesisir.

Salah satu peserta dari cabang seni tari, Dasrikal asal Rokan Hulu (Rohul) menyebut, pelatihan di Kampus ISI Yogya ini menarik. Dia dan peserta lainnya merasa beruntung sebab ditunjuk menjadi utusan daerah masing-masing. "Mudah-mudahan, setelah pelatihan nanti kami semakin semangat untuk berkarya dan mencipta," ungkap alumni Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR) itu meyakinkan.

Peserta musik Iwan Landel asal Pekanbaru mengatakan, dosen musik ISI Yogya Memet Chairul Slamet memang cukup jeli melihat potensi yang ada dalam diri setiap peserta. Pemain musik seperti gambus, akordion, jimbe, gong, suling, dan lainnya, diajak untuk lebih mengekplorasi bunyi. "Makin semangat kami latihan untuk menciptakan karya tari dan musik," ujar Iwan. *v

Kategori : Umum, Riau
wwwwww