Jaringan Masyarakat Gambut Tuding Areal Konsesi PT RAPP Pulau Padang Ikut Sumbang Kebakaran

Jaringan Masyarakat Gambut Tuding Areal Konsesi PT RAPP Pulau Padang Ikut Sumbang Kebakaran

Ilustrasi

Senin, 11 April 2016 20:29 WIB
MERANTI, POTRETNEWS.com - Sepanjang bulan Febuari hingga April tahun ini kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih menjadi ancaman di Sumatera, Khususnya Riau yang memiliki 4,04 juta hektar gambut dengan kondisi yang sudah terdegradasi. Bulan Maret 2016 lebih kurang 900an titik panas terdeteksi yang dominan di wilayah gambut. Jaringan Masyarakat Gambut Riau (JMGR) berpendapat, hal ini terjadi karena mayoritas dari wilayah pesisir yang rentan terjadi Karhutla Seperti Siak, Kepulauan Meranti dan Pelalawan serta Dumai merupakan kawasan gambut dalam. Kerusakan gambut menjadi pemicu utama dari Karhutla, drainase/kanal besar dikawasan gambut yang dibuat oleh perusahaan baik sawit maupun Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan pemicu dari kerusakan dan keringnya gambut.

"Bulan Maret 2016 saja lebih kurang 900an titik panas terdeteksi yang dominan di gambut," kata Syahrudin, Badan Pelaksana Pusat JMGR.

Menurutnya lagi gambut dengan kedalaman lebih dari 3 meter dan berada di pulau kecil seperti Pulau Rupat di Bengkalis, Pulau Padang dan Pulau Rangsang di Kepulauan Meranti rawan terhadap kebakaran.

Sementara Sumarjan, Kordinator JMGR Kecamatan Merbau menyampaikan, saat ini dibeberapa titik kebakaran terjadi di dalam areal konsesi, diantaranya adalah areal konsesi PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP-April Group) di Pulau Padang, tepatnya di antara Desa Baganmelibur dan Desa Lukit.

Berdasarkan pantauan lapangan Jaringan Masyarakat Gambut Riau (JMGR) wilayah terjadinya karhutla adalah wilayah yang hingga kini masih menjadi konflik antara masyarakat dan PT RAPP.

"Konflik berawal karena ketidakpatuhan PT RAPP dalam menjalankan izin IUPHHK-HTI No. 180/Menhut-II/2013 yang diterbitkan oleh Menteri Kehutanan, di SK tersebut Desa Baganmelibur dikeluarkan tapi faktanya masih kerja di Desa Bagan Melibur,” ucapnya.

Selain itu karhutla juga terjadi di Desa Mekarsari hingga Merembet hingga Desa Sungai Anak Kamal yang terindikasi juga masuk ke Areal konsesi PT RAPP. Dampak pengeringan gambut dan air di desa-desa Pulau Padang sangat terasa sekarang ini.

"Kami khawatir jika tidak ada penanggulangan maka setiap tahun akan terjadi kebakaran seperti ini terus. Selain tentang lingkungan masalah sosial seperti konflik juga harus jadi perhatian pemerintah dan perusahaan,” imbuh Sumarjan.

Sementara itu, H Sarpani, tokoh masyarakat Desa Baganmelibur mengharapkan adanya penanganan serius terkait masalah kebakaran. "Masyarakat kondisinya saat ini sangat sulit. Mau bertani susah tidak boleh membakar kemudian konflik dengan RAPP juga tidak selesai-selesai, pemerintah sepertinya tidak peduli dengan nasib masyarakat di desa kami.” ***

Editor:
Mukhlis

Sumber:Metroterkini.com
wwwwww