Home > Berita > Umum

Riau Dihantui PHK Massal Ribuan Pekerja di Sektor Migas

Riau Dihantui PHK Massal Ribuan Pekerja di Sektor Migas

ilustrasi

Senin, 29 Februari 2016 10:40 WIB

PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau khawatir terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) massal oleh perusahaan minyak dan gas bumi (migas) menyusul terus anjloknya harga minyak dunia hingga menembus di bawah US$ 30 per barel.

Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Provinsi Riau, Muhammad Yafiz menyatakan, saat ini sudah mulai terjadi pengurangan pekerja pada sejumlah perusahaan sektor migas, termasuk subkontraktor.

"Memang sudah ada perusahaan migas yang melakukan PHK terhadap karyawannya tahun ini karena harga minyak dunia yang terus terpuruk sekitar 30 dolar AS per barel di pasar global," kata Yafiz di Pekanbaru, Minggu (28/2/2016).

Sayangnya, Yafiz menolak menyebut nama perusahaan migas atau perusahaan subkontraktor yang melakukan PHK. Pemprov Riau, menurutnya, sedang mengantisipasi supaya PHK tidak semakin banyak.

Data terakhir Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Riau menyebutkan, sekitar 85.000 orang menggantungkan hidup dengan bekerja pada sektor pertambangan migas melalui sekitar 10 perusahaan dan subkontraktornya.

"Kami tak bisa ikut campur lebih jauh terhadap kebijakan PHK. Meski pemangkasan terjadi, tapi kami yakin target produksi dari Riau terhadap minyak nasional tidak terganggu, sebab akan berpengaruh besar terhadap penerimaan daerah maupun negara," ucap Yafiz.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) telah mendapat laporan dari PT Chevron Pacific Indonesia terkait rencana perusahaan itu melakukan pengurangan sedikitnya 1.200 orang karyawan di Indonesia.

"Nah, yang besar ini Chevron (jumlah karyawan di PHK). Itu (Chevron) sudah ajukan 1.200 orang," ujar Kepala SKK Migas, Amein Sunaryadi.

Senior Vice President, Policy, Government and Public Affairs Chevron Indonesia, Yanto Sianipar mengatakan, perusahaannya kini tengah melakukan kajian terhadap semua model bisnis dan operasi.

"Latar belakangnya bukan hanya karena harga minyak yang rendah, melainkan sejak tahun lalu kami sudah melakukan tinjauan terhadap bisnis dan operasi di lapangan," katanya.

Pengamat Ekonomi Politik dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng menilai potensi PHK oleh perusahaan migas di Indonesia, baik asing maupun nasional sangat besar. Apalagi jika harga minyak dunia jatuh ke level US$ 20 per barel.

"Kalau harga minyak sampai ke US$ 20 per barel, bisa tutup semua itu perusahaan minyak asing, yang artinya PHK, seperti Chevron. Nah orang Indonesia yang kerja di perusahaan minyak asing cukup banyak," jelasnya. ***

(wawan setiawan)
Kategori : Umum, Riau
Sumber:katariau.com
wwwwww