Astaga, Usai Dirawat di RSUD Pekanbaru, Kaki Balita Ini Justru Berlubang, Membusuk dan Tak Bisa Jalan

Astaga, Usai Dirawat di RSUD Pekanbaru, Kaki Balita Ini Justru Berlubang, Membusuk dan Tak Bisa Jalan

Kondisi kaki Putri yang bernanah dan berlubang (foto: goriau.com)

Selasa, 15 Desember 2015 15:07 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Seorang balita di Pekanbaru, Riau, bernama Putri Mayang Sari, tengah berjuang melawan sakit, lantaran kakinya berlubang dan bernanah. Anak berumur 14 bulan ini bahkan tak bisa lagi berjalan seperti biasa. Luka itu ia dapatkan setelah dirawat selama 20 hari di RSUD Arifin Achmad, karena sakit demam tinggi. Putri, anak dari pasangan suami istri Wiyono (39) dan Nita (38) ini hanya bisa menangis di pangkuan ibunya.

Pandangan mengerikan terlihat saat mata mengarah ke pergelangan kaki kirinya. Di sana ada luka menganga, bahkan sudah bernanah dan berlubang. Bahkan luka itu juga mengeluarkan aroma kurang sedap.

Nita menceritakan, kalau luka yang dialami anak bungsunya itu bukan disebabkan kecelakaan seperti lazimnya. Hanya saja sekitar satu bulan lalu, Putri sempat dibawa ke RSUD Arifin Achmad, Pekanbaru, Riau, lantaran mengalami demam tinggi. "Katanya anak saya step," imbuh Nita menguraikan.

Saat itu, perawat merujuk Putri ke ruang PICU. Di sana ia diberi penanganan medis, seperti infus dan obat suntik. "Anak saya juga dirontgen dan diambil darahnya. Kondisinya waktu itu mengigau, tapi masih sadar. Kami tidak boleh menemani lama-lama, karena ada jam besuknya, dua kali sehari dengan durasi dua jam," tuturnya, Selasa (15/12/2015) siang.

Hari kedua di ruang PICU, tim dokter lalu meminta rekomendasi keluarga, agar Putri diberi suntikan, yang penjelasan orang awamnya, fungsi suntikan ini mencegah radang otak akibat demam tinggi yang dialaminya. Tak perlu pikir panjang, Pasutri ini mengizinkan, dengan harapan agar anak kesayangan mereka cepat siuman.

Selama sepekan Putri dirawat di ruang PICU, sampai akhirnya pihak medis memperbolehkan Putri pindah ke ruangan perawatan biasa. "Kami pindah ke ruang Flamboyan. Cuma ada yang aneh, kaki kiri anak saya diperban. Saya tanya kenapa, perawat bilang luka akibat efek suntikan, kalau tak salah suntik Melon katanya, saya tak ngerti," ucap Nita.

Selama di ruang Flamboyan, kondisi Putri masih belum stabil. Tak jarang ia merengek karena menahan sakit. Selama itu ia tetap di infus dan diberi obat suntikan antibiotik. "Ada sekali tangan anak saya bengkak besar akibat suntikan antibiotik. Selama di sana (ruang Flamboyan,red), anak saya tak bisa tidur karena menahan sakit," ungkapnya.

Belum usai kesedihan Wiyono dan Nita atas penderitaan anaknya, pasutri ini justru dibuat syok dengan kondisi kaki kiri anaknya. Awalnya sang ayah curiga, karena perban di kaki itu berair dan beraroma kurang sedap. Ia lalu memberanikan diri membukanya. "Kaget saya, kaki anak saya bernanah dan berlubang. Ini kenapa, karena sebelumnya nggak begini," timpal Wiyono yang dibenarkan istrinya.

"Kata perawat dan dokter, itu efek dari suntikan yang diberikan sebelumnya. Memang jadi luka dan kadang-kadang melepuh. Cuma mereka pastikan kalau itu akan kering dan sembuh dengan sendirinya," tiru Wiyono.

"Selama di ruang Flamboyan, kaki anak saya tak ada diobati, yang bersihkan lukanya saja kami. Bahkan untuk ganti perban, kami harus maksa perawatnya," sesal dia.

Tepat tanggal 4 Desember 2015 siang, Putri akhirnya diperbolehkan pulang, meski saat itu kondisi sang Balita belum pulih benar. Bahkan juga kakinya masih dalam kondisi mengerikan. Saat itu perawat meyakinkan mereka, kalau luka itu bakal sembuh dalam beberapa hari. Walhasil, Putri dibawa pulang, setelah keluarga membayar uang jaminan (keluar) Rp3 juta, dari total biaya keseluruhan sebesar Rp17 juta.

"Kami titipkan KTP dan kartu keluarga. Kami pinjam uang dan bayar Rp3 juta. Karena Putri tidak terdaftar di BPJS. Kami juga ingin dia pulang dan bisa tidur nyenyak di rumah. Soalnya di RS dia nangis terus," timpa istri Wiyono, saat ditemui di rumah keluarganya, Jalan Mustapa Sari, belakang Hotel Said, Pekanbaru, Riau.

Sejak Putri pulang sampai sekarang, kondisinya bukan membaik, malah terus memprihatinkan. Nita menjelaskan kalau sekarang anaknya tak bisa lagi berjalan seperti sedia kala. Selain itu, Putri tak kuasa mengangkat kepalanya. "Makin parah, dia nangis terus dan luka di kakinya makin membusuk. Tak kuat kami melihat penderitaannya," ujar Nita dengan airmata berlinang.

Akhirnya, Selasa (15/12/2015) siang, pihak keluarga memutuskan kembali ke RSUD guna mempertanyakan kondisi sang anak. "Mereka bilang itu biasa. Disuruh kami ke Poli Anak, cuma bayar Rp30 ribu kata mereka. Tapi nggak enaknya, sikap perawat disana terkesan jijik dengan luka anak saya, jauh-jauhlah, saya dengar ada perawat bilang begitu," kesalnya.

Merasa sakit hati dengan sikap dan perlakuan yang dinilai tidak bertanggungjawab itu, keluarga dari Putri akhirnya memutuskan untuk pulang, tanpa hasil apapun. "Kami kesana ingin minta keterangan dan tanggung jawab rumah sakit, kok kaki anak kami jadi begini. Padahal awalnya hanya demam tinggi. Tapi sikap mereka begitu," tutupnya.

Terkait ini, Direktur RSUD Arifin Achmad, dr Nuzelly yang dihubungi melalui telepon selulernya, Selasa siang mengatakan, dirinya belum mendapat informasi terkait ini. "Nanti saya akan coba konfirmasi dulu, saya belum tahu kejadiannya," ucapnya singkat menanggapi dugaan adanya kesalahan oleh bawahannya, hingga membuat sang balita ini menderita. ***

(Reihan Irfan)
Kategori : Pekanbaru, Umum
Sumber:GoRiau.com
wwwwww