Home > Berita > Inhil

Kerusakan Kebun Kelapa di Inhil Kian Luas, Ranperda Resi Gudang Dinilai Belum Tepat

Kerusakan Kebun Kelapa di Inhil Kian Luas, Ranperda Resi Gudang Dinilai Belum Tepat

Aksi demo penolakan Ranperda Resi Gudang oleh elemen mahasiswa beberapa waktu. (foto: dok potretnews.com)

Sabtu, 28 November 2015 03:07 WIB
Usuf
TEMBILAHAN, POTRETNEWS.com - Permasalahan yang menimpa sektor perkebunan di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau, terutama kelapa dalam, sangat kompleks. Untuk mengurai itu semua, kita harus mengkajinya secara utuh dan sistematis. Saat ini ada dua persoalan yang harus diselesaikan. Pertama persolan hulu yang menyangkut tingkat produktivitas buah. Belakangan produksi kelapa Inhil turun hingga 50 persen bila di bandingkan dengan 20-30 tahun yang lalu.

Menurut Dedek Pratama, Aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonedia (GMNI) Inhil, paling tidak ada empat penyebab utama, salah satunya dikarenakan intrusi air laut. Hampir di seluruh kecamatan wilayah pesisir, tingkat kerusakan lahan perkebunan kelapa berkisar di angka 20-40 persen. Untuk menyelamatkan itu dibutuhkan pembangunan dan normalisasi tanggul yang sangat panjang.

Persoalan kedua serangan hama. Semenjak banyak perusahaan sawit dan kayu beroperasi di Inhil, serangan hama seakan jadi momok kedua penyebab kerusakan lahan perkebunan.

"Hal itu dikarenakan habitat mereka habis dikarenakan penebangan hutan. Sehingga konflik antara masyarakat dan perusahaan sering terjadi karena persoalan ini," katanya

Ia menambahkan, persoalan lainnya adalah lahan kritis. Hal itu disebabkan usia perkebunan yang sudah tua. Tanpa peremajaan, jangan mimpi Inhil mampu meningkatkan produktivitas kelapa.

Terakhir yang menjadi persoalan alih fungsi lahan. Akibat gencarnya serangan kelapa sawit, kelapa seakan tidak menjadi primadona di negeri ini. Padahal karakter dan pola masyarakat, tidak cocok untuk menanam sawit.

"Apa yang saya sebutkan tadi semua persoalan hulu. Saat ini kemampuan Pemkab untuk menyelesaikan itu semua, sangat tidak sebanding dengan kerusakan yang terjadi untuk setiap tahunnya," sebutnya.

Sedangkan persoalan harga adalah persoalan hilir. Kondisi ini memang penting, tapi tidak mendesak. Dengan turunnya produktivitas kelapa, dan tingginya permintaan, harga kelapa tidak akan jatuh dan terpuruk untuk beberapa waktu ke depan.

Dengan masuknya beberapa perusahaan baru di Inhil menjadikan harga jadi bersaing. Harga tidak dimonopoli oleh salah satu perusahaan lagi. Ditambah dengan dengan perdagangan lintas batas dengan masuknya kapal dari Malaysia ke Inhil untuk membeli kelapa masyarakat menjadikan harga akan terus bersaing

Makanya ia bingung dengan pola fikir pemerintah. Persoalan hulu tidak ada keseriusan untuk diselesaikan, tak tahunya sudah loncat menyelesaikan persoalan hilir dengan merancang Ranperda Resi Gudang.

"Saya rasa lebih bijak eksekutif dan legislatif merancang ranperda penyelamatan kebun kelapa rakyat. Sehingga anggaran, dan kebijakan fokus kesana. Ketika nantinya sudah setengah terselesaikan, barulah Ranperda Resi Gudang dibuat," ujarnya. ***

(M Yamin Indra)
Kategori : Inhil, Umum
wwwwww