Pesan Rahmat, Tenaga Pendidik Panutan SDN 171 Pekanbaru: Guru Profesi Mulia, Menjalaninya Harus Sabar dan Tidak Boleh Kasar...

Pesan Rahmat, Tenaga Pendidik Panutan SDN 171 Pekanbaru: Guru Profesi Mulia, Menjalaninya Harus Sabar dan Tidak Boleh Kasar...

Rahmat, Guru SD Negeri 171 Kulim, Kecamatan Tenayanraya Kota Pekanbaru.

Mukhlis
Kamis, 26 November 2015 08:06 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Tiga puluh dua tahun silam, Rahmat, mulai mengabdi menjadi guru di Kota Pekanbaru. Tiap hari, dengan modal tekad mengabdi bagi anak-anak didiknya, dia bangun subuh menyiapkan diri untuk ke sekolah. Bukan mengejar materi apalagi penghargaan yang menjadi motivasi pria ini menjadi seorang guru, karena memang sudah cita-citanya sejak kecil.

"Motivasi saya jadi guru karena memang keinginan dari kecil, bukan karena faktor materi atau mendapat penghargaan," ujar Rahmad M SPd dalam suatu percakapan dengan potretnews.com, di kediamannya Jalan Singgalang II Kelurahan Kulim, Kecamatan Tenayanraya, Pekanbaru, Rabu (25/11/2015).

Pria yang telah menjadi guru sejak tahun 1981 ini mengaku yang sering menjadi kendala adalah sikap malas para murid. Di situ, dia sering kali mengingatkan mereka tentang pentingnya pendidikan.

"Saya selalu bilang kepada orang tua atau wali murid, sekolah itu bukan hanya untuk anak orang kota atau kaya tapi untuk semua orang," tutur Rahmat.

Saat berbincang-bincang terkait Peringatan Hari Guru yang jatuh pada 25 November 2015 kemarin, dengan gayanya yang lembut, Rahmat menuturkan, dalam kurun waktu 32 mengabdi sebagai guru, telah banyak mengalami suka dan duka.

Salah satu dukanya adalah ketika kesejahteraan guru belum seperti sekarang. Rahmat yang kini menjadi guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 171, Kelurahan Kulim, Kecamatan Tenayanraya Pekanbaru, sempat menikmati gaji Rp275 per bulan.

”Hidup itu harus dijalani dengan sabar dan ikhlas. Allah pasti menjamin rezeki hambanya mau mau bekerja keras dan berdoa. Gaji segitu ya dicukup-cukupkan,” tuturnya.

Sementara yang membuat dia bahagia, karena keinginannya sejak kecil menjadi guru, akhirnya terwujud. ”Lebih banyak sukanya. Karena ketika impian kita dikabulkan Allah, itu tidak bisa dinilai dengan materi. Batin kita merasa senang.”

Rahmat bersyukur, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan guru makin meningkat.

”Kalau dulu kesejahteraan belum sebagus sekarang. Apalagi teman-teman yang mengajar di daerah terpencil atau pulau terluar. Mereka patut diberi penghargaan,” ucap ayah tiga orang anak ini.

Dia berpesan kepada rekan seprofesinya agar benar-benar menjalankan profesi dengan tulus, menjadi teladan dengan selalu bersikap sebagai orang tua terhadap murid.

”Guru itu profesi mulia. Dengan demikian janganlah berkata kasar, membentak apalagi sampai memukul murid. Karena itu perilaku buruk yang kelak bisa dicontoh anak didik. Jadi guru itu seharusnya sabar,” ujar Rahmat. ***

(Akham Sophian)
Kategori : Profil
wwwwww