Kenapa Ya... Kok Makin Banyak Anak Durhaka, Ada yang Hajar Ayah sampai Sekarat dan Tikam Ibu sampai Tewas

Kenapa Ya... Kok Makin Banyak Anak Durhaka, Ada yang Hajar Ayah sampai Sekarat dan Tikam Ibu sampai Tewas

ilustrasi

Rabu, 06 Juli 2016 08:00 WIB
SURABAYA, POTRETNEWS.com - Fenomena kasus anak durhaka kini makin jelas terlihat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Mulai yang melukai hingga membunuh orang tuanya. Jumlah kasus yang berujung ke meja hijau pun terus bertambah. Bahkan, jumlahnya sama dengan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) antara suami dan istri yang terjadi akibat perselingkuhan. Data yang dilansir Jawa Pos, selama 2016 perkara KDRT yang disidangkan di Pengadilan Negeri Surabaya mencapai 14 kasus. Jenis kasusnya beragam.

Misalnya, kecemburuan anak terhadap saudara ipar yang berujung pada perkelahian. Ada juga kasus kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri karena ketidakcocokan.

Selain itu, ada kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri yang marah lantaran diingatkan sering pulang malam. Bukan itu saja. Ada juga dua kasus suami yang marah dan menghajar istri karena menolak ketika diajak berhubungan intim.

Yang membuat miris adalah kasus KDRT yang dilakukan anak terhadap orang tuanya. Jumlahnya sama banyak dengan kasus kekerasan yang dilatarbelakangi perselingkuhan. Yakni, tiga kasus.

"Ada yang dilukai, ada juga yang korbannya meninggal," kata Efran Basuning, juru bicara PN Surabaya.

Salah satunya adalah anak yang nyaris membunuh bapaknya sendiri dan menghajar sampai babak belur. Pemicunya, korban menolak anaknya menitipkan cucu kepada sang nenek.

Penolakan itu membuat anak tersinggung. Dalam kondisi emosional, dia mengambil parang dan menyabetkan ke tubuh sang bapak. Untung, dia berhasil menghindar.

Namun, korban tidak selamat ketika dihajar hingga babak belur. Mereka akhirnya berdamai ketika korban menjadi saksi untuk kasus anaknya di pengadilan. Meski begitu, kasus itu tetap disidangkan sampai selesai.

Kasus lain adalah anak yang membunuh ibu kandungnya. Penyebabnya, sang anak memberikan duit Rp 350 ribu. Sebanyak Rp 200 ribu digunakan untuk selamatan kematian bapaknya dan sisanya untuk membayar listrik. Hanya saja, duit Rp 150 ribu ternyata hilang.

Hal itu membuat si anak marah besar. Bahkan, dia mengucapkan kata-kata kotor kepada ibunya. Mereka terlibat pertengkaran hebat. Ending-nya, si anak mengambil pisau dapur dan menusukkannya ke pinggang ibunya. Nyawa korban tidak tertolong meski sudah dilarikan ke rumah sakit.

Direktur Yayasan Embun Surabaya Joris Lato mengatakan, kasus anak durhaka terhadap orang tua hingga berujung ke meja hijau bukan fenomena biasa. Menurut dia, hal itu berkaitan dengan pola interaksi antara orang tua dan anaknya.

"Apa yang terjadi sekarang adalah apa yang dididik orang tuanya dulu," katanya.

Pria yang konsisten mengamati permasalahan anak-anak dan KDRT itu menuturkan, ketika orang tua terbiasa berperilaku kasar, anak akan menirunya. Juga, dianggap sebagai perbuatan yang benar. Anak melakukannya karena belajar dari lingkungannya.

Dalam kasus seperti itu, anak tidak bisa sepenuhnya disalahkan. "Harus dilihat sejarahnya dulu. Pasti ada apa-apa," ungkapnya.

Sebab, bentuk dan karakter anak bergantung pada lingkungan yang mendidiknya sejak kecil. Meski begitu, dia juga tidak sepakat jika ada anak yang melakukan kekerasan terhadap orang tuanya. ***

editor: wawan s
sumber: jpnn.com

Kategori : Nusantara
wwwwww