Ngaku Dapat Warisan Emas Satu Lemari, ironisnya Eks Bupati Ini Diberhentikan karena Korupsi

Ngaku Dapat Warisan Emas Satu Lemari, ironisnya Eks Bupati Ini Diberhentikan karena Korupsi

Fuad Amin. (foto: tempo.co)

Jum'at, 18 September 2015 20:33 WIB
JAKARTA, POTRETNEWS.com - Bekas Bupati Bangkalan, Fuad Amin Imron kembali duduk di kursi pesakitan Pengadilan Tipikor. Kali ini, Fuad Amin menjalani sidang lanjutan perkara dugaan suap gas Bangkalan dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dengan agenda pemeriksaan terdakwa. Sidang dimulai dengan sejumlah pertanyaan baik dari majelis hakim ataupun Jaksa Penuntut Umum (JPU) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang harus dijawab Fuad Amin. Dengan lugas, semua pertanyaan dijawab Ketua DPRD Bangkalan nonaktif itu.

Namun, suasana tiba-tiba berubah haru saat Fuad Amin menceritakan kisah hidupnya. Air mata seketika keluar dari mata Fuad Amin saat menceritakan masa kecilnya. Sejak usia 2 tahun, Fuad Amin sudah ditinggal ibunya.

Pada tahun 1950, ibunya memilih meninggalkan ayahnya, Kiai Amin. Ibunya lebih memilih untuk tinggal di Makkah, Arab Saudi dan membangun keluarga dengan warga Indonesia yang sudah menjadi warga negara Arab.

"Saya kecil orang tua sudah pisah. Waktu itu umur 2 tahun. Kalau tidak salah setelah pemilu pertama (1955) ibu saya pergi ke Makkah dan menikah dengan orang orang Indonesia yang sudah jadi warga sana," kata Fuad Amin dalam sidang di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis (17/9/2015).

Dengan lirih, Fuad Amin terus menceritakan kehidupannya hingga kerutan di wajah yang menua itu basah. Di hadapan majelis hakim, Fuad Amin mengaku mendapat harta warisan dari sang ibu. Tanah milik ibunya yang terletak di kawasan pemakaman istri Nabi Muhammad itu dibeli oleh pemerintah Arab Saudi dengan harga yang fantastis.

"Rumah itu dapat penggantian dari pemerintah Arab. Ibu saya tidak punya anak lagi dari suaminya. Dan warisan itu diberikan ke saya waktu ibu saya meninggal," tuturnya.

Kendati demikian, Fuad Amin tidak bisa menyebutkan total dari jumlah uang warisan dari ibunya tersebut. "Uangnya banyak. Saya lupa. Yang saya ingat itu ada di tas sangat besar. Kalau diangkat sama dua orang itu enggak bakal mampu terangkat," ujarnya.

Menurut dia, harta yang didapatnya sangat banyak. Bahkan, sejak kecil Fuad Amin mengaku tidak pernah merasa kekurangan. Apa lagi, kata dia, pamannya, Kiai Munir yang merupakan kerabat Presiden pertama, Soekarno di Partai Nasional Indonesia (PNI) menganggap dirinya seperti anak.

"Waktu ibu saya pisah, saya diambil Kiai Munir. Beliau meninggal itu saya diberikan lempengan perak dan emas dari zaman Belanda itu banyak. Ada 1 lemari. Saya jual saja. Saya dari kecil tidak pernah kekurangan. Sepupu saya ada 170 orang, mereka percayakan sama saya, tidak ada yang protes. Sampai sekarang di tahanan saya makan dari situ," beber dia.

Fuad Amin mengatakan harta kekayaan yang dimilikinya bukan hanya bersumber dari warisan ibu dan pemberian pamannya. Dia mengaku, kekayaannya dia dapatkan dari sumbangan masyarakat pada acara haul kakeknya, Syaikhona Cholil yang digelar setiap tahun.

"Kalau acara haul itu setiap malam takbiran, paling tidak 10 ribu orang yang menyumbang. Mereka itu menyumbang dari mulai Rp 10 ribu sampai juga ada yang Rp 10 juta. Dan pengelolaannya ini diserahkan ke saya," ungkap dia.

Fuad Amin kemudian terdiam, tak sepatah katapun terlontar dari mulutnya. Sembari mengusap air matanya, Fuad Amin menghentikan cerita kisah hidupnya tersebut.

"Saya tidak sanggup mengingat ini," tutup Fuad yang mengenakan kemeja putih dan peci hitam itu.***

(Akham Sophian)
Kategori : Nusantara
Sumber:Merdeka.com
wwwwww