Home > Berita > Umum

Dua BUMDes di Bengkalis Kenalkan Produk Baru saat GPM

Dua BUMDes di Bengkalis Kenalkan Produk Baru saat GPM

Direktur BUMDes Bandar Jaya Kuala Zulkifli dan anggota perlihatkan tiga produk dari pohon nipah, Senin (16/10/2023).

Rabu, 18 Oktober 2023 15:26 WIB
Junaidi Usman
BENGKALIS, POTRETNEWS.com — Kegiatan Gerakan Pangan Murah (GPM) tajaan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bengkalis melalui Dinas Ketahanan Pangan (Dinas Ketapang) menjadi wadah bagi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kualaalam dan Kelurahan Damon. Selama ini, BUMDes Bandar Jaya Kuala Desa Kualaalam identik dengan hasil olahan nanas dan ikan lomek, dalam GPM tadi tampil mengenalkan 3 produk baru hasil dari olahan pohon nipah yang dahulu daunnya yang tua dijadikan atap, daun muda dijadikan rokok, dan "buah Tematu" nama buah dari pohon nipah yang biasanya nama pohon akan sama dengan nama buahnya, misalnya pohon nanas berbuah nanas, pohon dendan menghasilkan buah dendan, namun beda dengan buah nipah yang bernama Tematu, buah yang ingin dinikmati seorang warga Bogor, Jawa Barat El Badrun sang artistik film Ketika Cinta Bertasbih melalui jurnalis media ini beberapa tahun silam.

Kita tidak membahas tentang buah Tematu, ayo kembali kepada 3 produksi BUMDes Banda Jaya Kuala ini yang mewawancarai Direktur BUMDesnya, Zulkifli yang telah melakukan pengembangan hasil pohon nipah.

”Sebagai potensi di Pulau Bengkalis yang banyak di pesisir-pesisir pantai belum dimanfaatkan masyarakat kite secara umum untuk sumber ekonomi. Kite BUMDes Bandar Jaya Kuala besame penggiat nira melakukan proses penyadapan nira dari tandan pohon nipah tadi. Satu tandan ini bisa menghasilkan 1 liter nira per hari dengan mase produksi selama 3 bulan artinye dari satu tandan pohon nipah akan menghasilkan 90 liter nira. Hari ini kite baru menggarap sekitar 30 tandan tetapi kita bisa menghasilkan sebanyak 50 liter nira per hari hanye dari 30 tandan pohon nipah tadi," kata Direktur BUMDes Zulkifli kepada potretnews.com, Senin (16/10/2023) kemarin.

Nira nipah ini, terang Zulkifli, permentasinya terlalu cepat sehingga perlu proses pembekuan dengan menyimpan di tempat dingin, di dalam kulkas. ”Kami overload untuk penyimpanan, kami akhirnye membuat olahan-olahan baru diantaranye gule nipah yang bagus dikonsumsi penderita diabetes. Gule nipah same seperti gule aren, gule tebu. Ini yang kite kembangkan sebagai potensi ekonomi di masyarakat untuk memanfaatkan sumber daye alam yang ade di wilayah Pulau Bengkalis khususnya yaitu pohon nipah," pungkasnya.

Hasil pengujian di Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kabupaten Bengkalis, terang Zulkifli, untuk uji gizi. "Secara umum, oleh masyarakat kite pohon nipah ini sudah banyak dikembangkan di beberape daerah di nusantara termasuk di Malaysia. Produk ini bukan produk inovasi dari kite tetapi ini adelah pengembangan-pengembangan yang dilakukan oleh masyarakat luo di sane dan kite cube melakukan pengembangannye di Bengkalis melalui BUMDes Bandar Jaya Kuala Desa Kualaalam. Untuk permintaan gule nipah pade kami, hari ini 26 Oktober kite kirim ke Palembang. Tamu-tamu yang datang pare penggiat-penggiat mangrove rutin membeli olahan ini khususnye gule nipah yang ketike kite campou dengan kopi, sangat sedap dan berpotensi untuk kite kembangkan sebagai minuman Kopi Nipah," beber Zulkifli didampingi beberapa anggotanya.

Dengan luasnya wilayah tumbuhan pohon nipah yang diperkirakan Zulkifli di setiap desa yang ada pesisir pantai memiliki 20 sampai 40 hektar lahan mangrove yang banyak pohon nipah.

"Dan untuk BUMDes kami sendiri, nira nipah sebanyak 50 liter per hari baru menyadap 20 sampai 30 tandan pohon nipah. Kalau ada ribuan tandan pohon nipah yang berpotensi untuk disadap make akan banyak menghasilkan nira-nira yang bisa kita kembangkan sebagai sumber ekonomi," ungkapnya.

"Harapan kami, untuk pengembangan produksi dari pohon nipah ini tidak hanye BUMDes Bandar Jaya Kuala Desa Kualaalam aje yang melakukannye tapi butuh kolaborasi, keje same khususnye pemerintah daerah atau pihak-pihak penggiat-penggiat mangrove, bagaimane kite mengembangkan produksi dari pohon nipah ini sebagai potensi ekonomi selain kite melestarikan pohon nipah di Pulau Bengkalis ini," harapnya melalui media ini.

Sementara itu, Ketua UED Kelurahan Damon Dafril Firdaus pula yang memamerkan produksi bahan bakal baju batik dengan 3 motif karya mereka yang saat ini dalam proses pengurusan Hak Paten tetapi telah diminati masyarakat. Kepadanya diberikan saran, "Masukannya hanya penambahan motif, kemudian peningkatan produksi karena semakin tinggi produksi maka harga semakin bisa ditekan," tuturnya mengawali wawancara seraya menyebutkan tiga motif, motif Tanjak Laksemana, Bunga Mahkota Raja, dan motif Keris Panglima telah dimulai produksi pada Januari 2022 lalu.

"Sekarang dalam sebulan produksi kain antara 30 sampai 40 lembar saja. Kendala yang dihadapi saat ini adalah rumah produksi karena masih menumpang di kantor Kelurahan Damon," terangnya.***

Kategori : Umum, Bengkalis
wwwwww