Keberanian Pemuda Sakai Bernama si Kodai Dikaitkan dalam Cerita Misteri Kuburan Jepang dan Tugu Simbol Sejarah Minyak di Bengkalis

Keberanian Pemuda Sakai Bernama si Kodai Dikaitkan dalam Cerita Misteri Kuburan Jepang dan Tugu Simbol Sejarah Minyak di Bengkalis

Pengamat sejarah, Albohari saat berada di depan Tugu Nederlandsche Petroleum Pacific Maatschappij (NPPM) di Balai Pungut, Kabupaten Bengkalis/SUARA.com

Minggu, 20 Juni 2021 09:26 WIB

BENGKALIS, POTRETNEWS.com — Desa Balaipungut yang berada di Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, memiliki sejarah panjang pada masa kejayaan kesultanan Siak. Lokasi ini juga menjadi saksi bisu dimulainya aktivitas eksplorasi minyak bumi hingga kenangan kelam zaman penjajahan Jepang dahulu. Kawasan ini berada cukup jauh dari pusat kota, Duri-Mandau, Bengkalis.

Untuk sampai ke sana, diperlukan waktu kira 40 menit atau lebih kurang 35 kilometer dari Duri menuju Pekanbaru. Di lokasi itu, terdapat tonggak sejarah yang masih berdiri kokoh. Itu merupakan bukti bahwa daerah itu sudah berdiri sejak lama dan dihuni masyarakat terdahulu.

Pengamat Sejarah, Albohari mengungkapkan bahwa di wilayah itu terdapat dua ikon yang menarik dan perlu dilestarikan, yaitu tugu Nederlandsche Petroleum Pacific Maatschappij (NPPM) dan kuburan dengan tulisan Kanji Jepang.

”Tugu NPPM ini untuk mengenang pendaratan pertama yang bersejarah karyawan minyak ke Duri. Pendaratan pertama yang legendaris ini, membuat kota Duri yang tidak dikenal, menjadi kota terkenal di peta nasional, bahkan peta Amerika," kata Albohari.

Menurutnya, orang Amerika semasa itu tidak tahu Riau, atau Pekanbaru, mereka hanya tahu Duri saja. Menurut catatan sejarah, Maskapai minyak NPPM ini melakukan pengeboran pertama di tahun 1935 di Blok Sebanga, yang sekarang masuk wilayah Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Riau. Desa Balaaipungut, adalah sebuah desa di waktu kerajaan Siak yang memegang peran penting.

Disebut Balaipungut, karena di kala itu, daerah ini adalah tempat dikumpulkannya/dipungut barang-barang hasil hutan seperti damar, rotan, gaharu, kayu, hewan liar, hasil sungai seperti ikan, dan lain-lain.

”Barang-barang yang dipungut disimpan di balai sebuah desa di pinggiran Sungai Mandau, dari proses waktu desa tersebut dinamakan Balaipungut," katanya. Barang-barang tersebut lalu dikirimkan ke kerajaan Siak, atau diperdagangkan ke daerah lain seperti Bengkalis, Pekanbaru, Tapung, Kampar, Minangkabau, dan daerah lain lewat Sungai Mandau yang cukup terkenal di kala itu. Dijelaskan Albohari, Sungai Mandau merupakan merupakan salah satu jalur perdagangan yang cukup sibuk di masa kerajaan Siak Sri Indrapura.

”Balaipungut meredup ketika jalan darat dibuka oleh Caltex, dan kini dicoba dihidupkan lagi lewat turis kampung (saya), sambil menikmati panorama sungai Mandau yang bibir sungainya diturap, dibangun monumen, dan tugu NPPM yang ikonik," ungkapnya.

Menurut dia, Sungai Mandau di Desa Balaipungut menyimpan catatan-catatan sejarah yang layak dipromosikan untuk pariwisata. Seperti tugu NPPM tadi. Kemudian, di Desa Balaipungut ada kuburan Jepang. Menurutnya ini perlu diteliti lebih lanjut, apakah benar kuburan Jepang, atau kuburan tidak dikenal.

”Kalau benar ini kuburan Jepang, ada dua kemungkinan menurut pendapat saya, pertama tentara Jepang yang tewas ketika menghadapi kelompok pemuda Sakai dibawah pimpinan si Kodai. Kemudian orang Jepang yang meninggal ketika bekerja di pengeboran minyak bumi," tuturnya, melansir suara.com .

Dari tulisan yang tertera di kuburan tertulis wafat 17-7 1943, sayangnya tulisan berikutnya yang mirip tulisan kanji Jepang sudah tidak terbaca lagi, karena digerus oleh waktu. Saat itu, Jepang masuk ke wilayah Duri (masuk juga wilayah Minas, Pinggir, Mandau, Talang Muandau, Bathinsolapan, dan Dumai) tahun 1943-1944, dengan tujuan ambisius yakni mencari emas yang konon cerita terdapat di Kandis (ternyata tidak terbukti). Dan memproduksi minyak bumi besar-besaran (rampasan dari perusahaan minyak Belanda dan Amerika) untuk keperluan mesin perangnya. Dari bukti sejarah itu, Albohari berharap, sejarah yang begitu berharga bagi warga tempatan tersebut, sebaiknya dilestarikan dan diteliti lebih lanjut oleh ahli-ahli sejarah secara ilmiah. ***

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Bengkalis, Umum
wwwwww