Home > Berita > Umum

Salah Satu Suku di Amazon Punah akibat Covid-19, setelah Pria Terakhirnya Tewas karena Corona

Salah Satu Suku di Amazon Punah akibat Covid-19, setelah Pria Terakhirnya Tewas karena Corona

Ilustrasi

Sabtu, 20 Maret 2021 10:06 WIB

POTRETNEWS.com — Berita mengkhawatirkan datang dari salah satu suku di Amazon. Pria terakhir dalam suku tersebut tewas karena Covid-19. Hal itu membuat garis keturunan dalam suku tersebut terputus. Di masa yang akan datang, Suku Amazon tersebut pun punah lantaran tidak memiliki satu pun pria dalam suku tersebut.

Aruká Juma, dari suku Juma , meninggal karena komplikasi akibat virus corona pada 17 Februari. Kepala terakhir dari suku aslinya hanya menyisakan empat anggota perempuan, mengakhiri garis keturunannya. Dilansir dari Daily Satar, diperkirakan 15.000 orang berada di suku Juma pada abad ke-18 ketika keberadaan mereka pertama kali tercatat di hutan hujan Amazon yang dalam, lapor Independent .

Diyakini virus itu disebarkan ke suku tersebut oleh para penambang dan penebang yang memasuki wilayah mereka secara ilegal. Putri Juma, Mandeí Juma, Maitá Juma dan Boreha Juma dan seorang gadis adalah anggota suku yang masih hidup. Putrinya mengatakan ayahnya telah berjuang keras untuk meneruskan sukunya.

"Ayah kami sering bertempur, dia adalah seorang pejuang, dan perjuangannya akan kami lanjutkan" kata Mandeí Juma.

Juma meninggal karena komplikasi yang disebabkan oleh Covid-19 pada 17 Februari di rumah sakit Brasil di Pôrto Velho, ibu kota negara bagian Rondônia. Dia berusia antara 86 dan 90 tahun dan telah melakukan perjalanan selama dua jam dengan perahu diikuti dengan perjalanan sejauh 75 mil ke rumah sakit. Krisis virus corona telah melanda masyarakat adat yang tinggal di Amazon secara tidak proporsional.

Ketiga putrinya semuanya menikah dengan suku yang berbeda sehingga tidak dapat melanjutkan garis keturunannya. Raphaela Lopes, pengacara Justiça Global, mengatakan kepada NBC bahwa kondisi ini sangat mengkhawatirkan keberadaan masyarakat adat di Amazon.

"Kami telah menyaksikan akhir dari masyarakat adat, seperti, secara harfiah anggota terakhir dari komunitas adat tertentu sedang sekarat dan tidak ada penerusnya." ujar Raphaela Lopes.

Artikulasi Masyarakat Adat Brasil, yang melacak dan mengadvokasi gerakan Pribumi negara itu mengatkan, ada 50.000 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi di antara komunitas adat, dan 900 kematian di Amazon. Hal itu menjadikan populasi masyarakat adat di Amazon berkurang drastis. Covid-19 menjadi pembunuh mengerikan sejak 1934 lalu.

Jumlah suku Juma turun menjadi sekitar 100 anggota pada tahun 1934. Pembantaian 30 tahun kemudian membuat hanya enam anggota suku yang hidup, termasuk Juma dan saudara iparnya, yang meninggal pada tahun 1999. Kantor Kejaksaan Federal Rondônia mengatakan Suku Amazon nyaris punah lantaran berbagai sebab.

"Pada pertengahan tahun 60-an, orang-orang Juma hampir punah karena pembantaian yang diderita kerabat lainnya pada dekade sebelumnya oleh para penyadap karet, penebang dan nelayan di wilayah itu, yang terus berlanjut di tepi Sungai Assuã, di Canutama.

"Aruká adalah salah satu yang selamat dari etnisnya. Pria pribumi meninggalkan tiga anak perempuan, orang terakhir dari kelompok etnis Juma: Mandeí Juma, Maitá Juma dan Boreha Juma." katanya, melansir Tribunnews.com.

Brasil memiliki jumlah kematian Covid per ibu tertinggi di dunia setelah AS, dengan lebih dari 282.000 kematian dan lebih dari 11,6 juta kasus, menurut data kementerian kesehatan. ***

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Umum
wwwwww