Home > Berita > Umum

Beras 10 Kg Harganya Rp2 Juta di Pedalaman Papua, Satu Kardus Mi Instan Dijual Rp1 Juta

Beras 10 Kg Harganya Rp2 Juta di Pedalaman Papua, Satu Kardus Mi Instan Dijual Rp1 Juta

Lokasi tambang di Korowai, Papua/ANTARA

Kamis, 02 Juli 2020 16:46 WIB

PAPUA, POTRETNEWS.com — Harga bahan pokok seperti beras luar biasa mahal di Korowai, tepatnya di Maining 33, Distrik Kawinggon, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Daerah ini merupakan kawasan tambang emas tradisional.

”Beras 10 kilogram itu emas empat gram, kalau dibeli dengan uang, satu karung itu harganya Rp2 juta," kata salah satu pengelola Koperasi Kawe Senggaup Maining Hengki Yaluwo di Korowai, seperti dikutip dari kompas.com melansir Antara Rabu (1/7/2020).

Menurut Hengki, harga beras itu hampir sama di puluhan lokasi penambangan rakyat di wilayah Korowai, Kabupaten Pegunungan Bintang. Hengki mengatakan, tak hanya beras yang mahal. Harga mi instan dan bahan pokok lainnya juga tinggi. Hengki mencontohkan satu kardus mi instan yang dijual seharga Rp 1 juta.

”Mi instan satu karton kalau ditukar dengan emas itu, dua gram, satu karton Rp1 juta, satu bungkus Rp25.000," kata Hengki. Sementara itu, ikan kaleng berukuran bersar dijual seharga Rp150.000.

Selain bahan pokok, harga barang kebutuhan lain juga mahal. Hengki mencontohkan harga ponsel yang dijual menggunakan nilai tukar emas. Menurutnya, ponsel tergantung merek dibanderol seharga 10 gram sampai 25 gram emas.

Kawasan terisolir Wilayah Korowai, Kabupaten Pegunungan Bintang, masih terisolir dan tertinggal. Kawasan itu tak tersentuh pembangunan pemerintah. Wilayah penambangan tradisional di Korowai bisa dijangkau menggunakan helikopter dari Kabupaten Boven Digoel selama satu jam penerbangan. Atau, warga bisa menggunakan logboat dari Boven Digoel selama satu hari. Perjalanan itu harus dilanjutkan dengan berjalan kaki selama dua hari perjalanan menuju kawasan penambangan rakyat Korowai.

Padahal, wilayah Korowai diapit lima kabupaten, yakni Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yakuhimo, Kabupaten Asmat, Kabupaten Boven Digooel, dan Kabupaten Mappi.

Salah satu pemilik dusun Kali Dairam Korowai di Maining 33, Ben Yarik mengatakan, suku Korowai merupakan penghuni asli kawasan itu.

”Bertahun-tahun pemerintah tidak pernah membangun Korowai, Tuhan yang memberikan hasil emas bagi kami, sehingga kami bisa menambang dan membantu kami," kata Ben.

Ben mengatakan, tambang emas tradisional merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat setempat. Ia berharap pemerintah tak menutup penambangan tradisional itu. Sebab, kawasan tambang tradisional itu menghidupi ekonomi masyarakat sekitar.

”Kasihan ini, banyak masyarakat tidak lagi diperhatikan dan terus tertinggal. Selagi masih ada emas yang menjamin," ujarnya. ***/Riau

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Umum
wwwwww