Menguatkan Pendidikan, Pembentukan Karakter, Kompetensi, dan Literasi Abad 21

Menguatkan Pendidikan, Pembentukan Karakter, Kompetensi, dan Literasi Abad 21

Ki Hajar Dewantara diabadikan 11 Maret 1959, sebulan sebelum meninggal. (KOMPAS.com)

Sabtu, 02 Mei 2020 10:08 WIB

Oleh Andrizal* 

SETIAP tanggal 2 Mei bangsa Indonesia selalu memperingati Hari Pendidikan Nasional atau lebih dikenal dengan singkatan Hardiknas. Peringatan ini ditetapkan melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959.

Hari ini bertepatan dengan kelahiran sosok pejuang bangsa yaitu Ki Hajar Dewantara dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berasal dari keturunan keraton Yogyakarta. Dia kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa.

Ki Hadjar dikenal dengan filosofi; Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan), yang kemudian digunakan sebagai semboyan dalam dunia pendidikan Indonesia.

Dengan adanya jenjang pendidikan saat ini diharapkan dapat membantu dan mempermudah generasi muda, siswa dan pelajar dapat memanfaatkannya untuk menimba ilmu yang setinggi-tingginya.

Seperti kutipan dalam kalimat kiasan: Tuntutlah Ilmu dari Buaian hingga ke Liang Lahat atau Tuntutlah Ilmu hingga ke Negeri Cina, dapat kita resapi bahwa menuntut ilmu itu tidak mengenal adanya batasan umur dan tempat.

Lembaga pendidikan formal (SD/SMP/SMA/sederajat) adalah langkah awal dalam meraih cita-cita. Kemudian ilmu merupakan jendela dunia, untuk memiliki keahlian. Maka dengan perpaduan ilmu pengetahuan dan teknologi, kita akan bisa menguasai dunia atau dengan istilah lain; dunia ada dalam genggaman kita.

Seperti yang kita ketahui bersama, pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, dengan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Adapun tujuannya yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraanumat manusia.

Namun tujuan dan cita-cita hanya akan menjadi sebatas mimpi dan angan-angan belaka, jika pemerintah tidak mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional dengan baik, adil dan merata serta mempunyai target dalam peningkatan mutu pendidikan. seperti pembentukan karakter, kompetansi, dan literasi (keterbukaan wawasan)

Kecenderungan global saat ini di antaranya fenomena Abad Kreatif, yang menempatkan kreativitas, inovasi, dan jejaring sebagai sumber daya strategis, dan adanya revolusi digital (industri 4.0).

”Adanya revolusi digital (industri 4.0) yang membuat hidup menjadi mudah dan nyaman, sekaligus berpotensi masalah, tantangan dalam menghadapi abad 21, antara lain munculnya generasi milenial dengan ciri tidak bisa dilepaskan dari teknologi terutama internet dengan berbagai media sosial yang sudah menjadi bagian dari gaya hidup modern.

Konsep pendidikan yang dibangun pada era revolusi industri 4.0 yaitu digitalisasi dan komputerisasi. Hal tersebut memungkinkan adanya interaksi pembelajaran yang tidak mengenal ruang dan waktu. Pembelajaran lewat kelas yang tidak harus dilakukan dengan tatap muka langsung dengan guru.

Peserta didik dapat belajar kapan saja, dimana saja bahkan dengan siapa saja tidak harus bertatap muka langsung dengan guru. Tatap muka dapat dilakukan dengan media konferensi video (video conference atau disingkat vicon).

Untuk mempersiapkan diri pada era industri 4.0, ada beberapa aspek yang sangat dibutuhkan. Pertama, literasi atau keterbukaan wawasan terhadap literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, literasi budaya, dan kewargaan, karena sekarang bukan saja sekadar calistung (baca, tulis, dan hitung).

Kalau hanya baca, tulis dan hitung, maka semenjak di bangku sekolah dasar kita sudah belajar. Dan yang paling dibutuhkan dari poin literasi adalah literasi baca.

Baca itu harus ditingkatkan dan harus dimulai hari ini. Jika minat baca tinggi, daya baca rendah, indikasi dilihat dari tingginya minat membaca WhatsApp, Masangger, Instagram, dan Twitter. Namun, daya baca buku rendah.

Kalau baca pesan WhatsApp, Masangger, Instagram, Twitter, bisa berjam-jam. Begitu baca buku agak tebal, langsung mundur. Berarti ini tandanya minat baca tinggi, daya baca rendah. Maka yang harus dibentuk dan dikembangkan adalah daya baca yang efektif.

Sedangkan aspek kedua adalah kompetensi. Kompetensi utama peserta didik tersebut adalah kemampuan beradaptasi di lingkungan yang dinamis. Nilai karakter di antaranya kritis, kreatif komunikatif, dan kolaboratif.

Jika pembentukan dasar ini dilakukan, maka generasi mendatang tidak akan bisa dikalahkan oleh mesin atau artificial intelligent. Karena sepandai-pandainya komputer, dia tidak akan memiliki rasa ingin tahu, tidak bisa berpikir kritis, berkomunikasi satu sama lain secara mandiri, apalagi bekerja sama.

Dengan begitu, sistem pendidikan yang mengedepankan persaingan akademik dan persingan pribadi yang sehat ego inplovement untuk menjadi yang terbaik, yang paling pandai, berubah menjadi sebuah pendidikan yang mengedepankan kerjasama untuk meraih hasil terbaik secara bersama-sama tanpa menjatuhkan orang lain.

Kemudian yang ketiga adalah karakter/akhlak. Karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan oleh seseorang.

Demikian juga perlu dipahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan seseorang. Karakter dibagi dua. Bagian pertama Karakter Moral (iman, takwa, jujur, rendah hati, sabar, ikhlas). Kedua adalah Karakter Kinerja (Kerja keras, ulet, tangguh, tak mudah menyerah, tuntas).

Jika cita-cita dalam menguatkan pendidikan, pembentukan karakter, kompetensi, dan literasi (keterbukaan wawasan) abad 21 bisa terlaksana dengan baik, maka pertanyaan yang tepat kepada generasi hari ini dan mendatang adalah, Mau membentuk apa kalian nanti? Bukan pertanyaan; Mau sekolah di mann kalian nantinya?

Kalau tiga komponen tadi disiapkan (akhlak karakter, kompetensi, literasi), sesudah itu biarkan mereka terbang, maka mereka akan siap untuk menghadapi apa saja di masa depan. ***

https://www.potretnews.com/assets/imgbank/02052020/potretnewscom_lph3p_1824.jpg

*Andrizal, S.PSi, M.Pd.I adalah Dosen Psikologi Belajar Universitas Kuantan Singingi (Uniks).

Kategori : Kuansing, Umum
wwwwww