Tak Sekadar Cegah Abrasi, Ini Manfaat Turap Pemecah Gelombang bagi Nelayan Bengkalis

Tak Sekadar Cegah Abrasi, Ini Manfaat Turap Pemecah Gelombang bagi Nelayan Bengkalis

Syahrudin memperlihatkan hasil tangkapannya bersama anggota Pramuka purna SMAN 1 Bukitbatu, Selasa (28/1/2020).

Selasa, 28 Januari 2020 20:51 WIB
Junaidi

BENGKALIS, POTRETNEWS.com — Sebuah perahu nelayan dari arah Selat Melaka tepatnya laut Desa Simpangayam Kabupaten Bengkalis, Riau, terlihat mengarah ke turap pemecah gelombang pada Selasa (28/1/2020) pukul 15:43 WIB.

Seorang lelaki paruh baya mengenakan kaos bertuliskan di belakangnya ”Passus SMAN 3 Bengkalis” bernama Syahruddin-lah yang berada di atas perahu bermesin tempel dua tadi.

”Lebih kughang due belas tahun saye keje sebagai nelayan (lebih kurang dua belas tahun saya bekerja sebagai nelayan, red). Sebelumnye menggunekan jaghing udang ni, dulu jaghing halus 2 inci dan 2,5 inci (sebelumnya menggunakan jaring udang, dulu jarring halus, red),” tutur Syahruddin kepada potretnews.com, Selasa (28/1/2020) mengawali wawancara.

Hari itu Syahruddin mendapatkan hasil 1 kg lebih udang putih yang biasa dibeli toke Rp90.000/kg-nya. Selain itu dia juga mendapatkan sedikit ikan berbagai jenis, ada ikan beliak mata, hiu, gelebei, dan lainnya. Dia pergi pagi pulang petang.

”Alhamdulillah, kalau untuk nelayan, turap ini sangat bemanfaat lah, meletak sampan di sini. Kalau masalah abrasi tetap ade masalahnye angin di sini telalu kuat. Angin Taghe, Baghat (Barat), Timu Laot (Timurlaut), jadi ghuntuh (runtuh). Masalahnye turap ni masih pendek. Memang peghelu (perlu) dibangun panjang tapi pemeghintah peghelu meninjau," sebutnya.

Menurut Syahruddin, turap sepanjang 100 meter dengan ketinggian sekitar 3,5 meter saat pasang besar akan lepas ombak sebab lebih rendah dibandingkan turap 80 meter di sebelahnya yang dijadikan tempat menambat 16 perahu milik 16 nelayan warga desa yang dipimpin oleh Mujiono. Nasib para nelayan ini tergantung musim.

”Kalau mengharapkan hasil ini memang macam tak mencukupi, tapi istri juge membantu dengen keje sebagai penugheh getah," ungkapnya seraya menambahkan dirinya menempuh Selat Melaka dari pantai desa ini sekitar sejam perjalanan.

Syahruddin ayah dua anak ini menambahkan, jika tak dibangun turap pemecah gelombang maka abrasi akan terus menghantam gigi pantai. Dia saat itu menunjukkan tahun 2012 hingga saat ini telah terjadi abrasi ratusan meter.

”Alhamdulillah, tahun ini tidak terjadi longsor sebab tidak musim hujan, tak ade banjir. Saat panas tanah merkah, pas ujan lebat tanah tu anyot (hanyut). Alhamdulillah, pemeghintah membangun turap ini untuk masyarakat. Kami selaku nelayan mengucapkan banyak-banyak terime kasih,” ujarnya didampingi nelayan lain bernama Sugeng. ***

Kategori : Bengkalis, Umum
wwwwww