Lahan PT Adei Plantation Perusahaan Malaysia di Pelalawan Disegel Kementerian LHK Terkait Kasus Karhutla

Lahan PT Adei Plantation Perusahaan Malaysia di Pelalawan Disegel Kementerian LHK Terkait Kasus Karhutla

Plang yang dipasang Kementerian LHK di lahan PT Adei di Pelalawan.

Jum'at, 13 September 2019 20:48 WIB

JAKARTA, POTRETNEWS.com - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyegel lahan perusahaan kelapa sawit asal Malaysia, PT Adei Plantation and Industry, di Kabupaten Pelalawan, Riau, Rabu (11/9/2019) terkait kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Perusahaan itu diduga sengaja membakar hutan dan lahan. Siti juga mengirimkan dokumentasi proses penyegelan yang dilakukan Direktorat Jenderal Penegakkan Hukum KLHK.

”Sudah kami periksa perusahaan pembakar hutan dari Malaysia. Sudah disegel tanggal 11 (September) kemarin," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, Kamis (12/9/2019).

Sebagian besar saham PT Adei, kata Siti, dimiliki oleh Kuala Lumpur Kepong (KLK) yang berpusat di Malaysia. "Saham terbesarnya KL-Kepong Plantation," ujarnya.

Siti mengatakan pihaknya saat ini tengah mendata daftar perusahaan asal Malaysia dan Singapura yang lahannya terbakar. Semua akan diidentifikasi lebih dalam. ”Saya sedang minta Dirjen cek seluruh daftar perusahaan Malaysia dan Singapura yang (lahannya) terbakar. Data sedang dikumpulkan ya," tuturnya.

Minta Menteri Malaysia Objektif
Siti lalu membantah dirinya berkelit soal kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang masuk ke wilayah Malaysia. Siti menyatakan bahwa dirinya menjelaskan analisis data satelit dari tanggal 3 sampai 8 September.

”Data itu yang saya jelaskan. Saya minta supaya obyektif. Kalau yang dibahas data yang hari ini ya tentu lain dong situasinya. Makanya harus sekuensial dong melihat dan mengolah data," ujarnya.

Politikus Partai NasDem itu menyatakan bahwa pemerintah Indonesia sudah bekerja sejak Januari mengatasi masalah karhutla serta asap yang menyelimuti sejumlah wilayah di Sumatera dan Kalimantan.

Menurutnya, saat ini sudah ada 46 helikopter yang diterjunkan untuk mengatasi karhutla. Hujan buatan juga sudah dilakukan di Kalimantan Barat. Sementara itu Kalimantan Tengah sedang meminta tambahan 2 helikopter untuk memadamkan titik panas. "Jadi ya terus kerja saja dengan wilayah begini luas, saya tidak sempat berpolemik," tuturnya.

Siti lantas meminta Menteri Energi, Teknologi, Lingkungan Hidup, dan Perubahan Iklim Malaysia, Yeo Bee Yin agar objektif dalam melihat data titik panas yang berada di wilayah Indonesia dan Malaysia. Ia tak ingin berpolemik lebih jauh dengan Yeo Bee Yin terkait kabut asap ini.

”Saya hanya minta dia obyektif dan sekuensial melihat analisis data. Sudahi aja ya, kami kerja saja, jaga masing-masing langkah," ujarnya.

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengidentifikasi setidaknya terdapat 6.255 titik panas dengan kategori tingkat kepercayaan tinggi di seluruh wilayah Asia Tenggara. Data itu dari hasil pemantauan citra Satelit Terra, Aqua, Suomi-NPP, NOAA-20, dan Satelit Himawari-8 (JMA) selama 10 hari terakhir, sejak 1 sampai 10 September.

Dari hasil pemantauan BMKG mulai 1 September 2019 sebanyak 381 titik naik menjadi 787 titik pada tanggal 4 September 2019. Kemudian sempat menurun menjadi 513 titik pada 6 September 2019 dan kembali naik menjadi 829 titik pada 10 September 2019.

Lokasi titik panas itu antara lain berada di wilayah Indonesia, seperti Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Selain itu juga terdeteksi di Malaysia, seperti Semenanjung Malaysia dan Serawak, hingga Thailand, Filipina, Papua Nugini, Vietnam, dan Timor Leste.

Gubernur Sumsel Tuding Malaysia
Sementara itu, Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru menyebut salah satu faktor kualitas udara memburuk di wilayahnya adalah akibat kiriman asap dari Serawak, Malaysia.

Kekeringan juga faktor yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan sangat mudah terjadi di wilayah Sumsel.

Berdasarkan indeks standar pencemaran udara (ISPU) pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) Palembang, konsentrasi partikulat (PM10) pada pukul 01.00 mencapai 366.90 mikrogram per meter kubik dan masuk kategori berbahaya dengan indikator warna ungu.

"Malaysia sumbang [kabut asap] itu, di Serawak itu. Sampai ibu KLHK marah-marah," ujar Herman, Kamis (12/9).

Herman tidak membantah bahwa banyak titik api di Sumsel, terutama di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Banyak dari lahan yang terbakar tersebut, lanjutnya, merupakan lahan yang tidak produktif. Pemadaman melalui darat mau pun udara juga terus dilakukan oleh Satgas Karhutla Sumsel setiap hari.

Namun, titik api baru selalu muncul setiap kali pemadaman dilakukan. Banyak dari titik api tersebut pun tidak bisa dijangkau melalui jalur darat, sehingga pemadaman terbatas hanya mengandalkan water bombing dari 7 heli yang beroperasi di Sumsel.

"Jumlah helikopternya pun kurang untuk waterbombing ke titik api yang tersebar di banyak wilayah. Sekarang kita sedang minta tambahan untuk helikopter ini," kata dia.

Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II BMKG Palembang Bambang Beny Setiaji berujar, asap diperkirakan berasal dari kebakaran lahan di beberapa daerah seperti Cengal, Pangkalan Lampam, dan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Asap terbawa oleh angin yang bertiup dari tenggara.

"Kondisi kemarau saat ini hampir serupa dengan 2015 lalu walau El Nino tahun ini tidak aktif. September ini sudah masuk puncak musim kemarau. Bahkan 1 minggu ke depan tidak ada potensi hujan," pungkasnya. ***

Berita ini telah tayang di cnnindonesia.com dengan judul "Karhutla, Menteri Siti Segel Anak Perusahaan Asal Malaysia"

Editor:
Akham Sophian

wwwwww