Cerita Seorang Ayah yang Anaknya Salah Satu Jenazah Terapung di Selat Malaka

Cerita Seorang Ayah yang Anaknya Salah Satu Jenazah Terapung di Selat Malaka

Mayat yang terapung di Selat Malaka.

Sabtu, 08 Desember 2018 10:46 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Salah satu korban yang ditemukan di perairan Selat Malaka, Kabupaten Bengkalis, Riau, teridentifikasi bernama Faisal Ardiyanto (25), warga Dusun Gelam II, Kecamatan Bandar Khalifah, Labu Serdang Bedagai, Sumatera Utara (Sumut). Korban dibawa oleh keluarganya ke kampung halamannya, Jumat (7/12/2018), setelah dilakukan identifikasi oleh Rumah Sakit Bhayangkara Polda Riau.

Effendi, ayah kandung korban, saat ditemui wartawan mengakui bahwa Faisal sebelum ditemukan meninggal dunia di Selat Malaka, bekerja di Malaysia dan akan pulang ke Indonesia. 

”Jadi, pada hari Selasa (20/11/2018), dia nelepon ke mamanya bahwa akan pulang Rabu (21/11/2018), naik speedboat dari Malaysia. Dia bilang Jumat (23/11/2018) akan sampai ke kampung. Tentu kami siap-siap menyambutnya di rumah," kata Effendi.

Pada Jumat siang, baru selesai menjual ikan keliling kampung, Effendi tiba-tiba dipanggil oleh keponakannya.

"Saya dipanggil ponakan. Terus dia bilang jangan pulang ke rumah dulu. Kenapa tak pulang ke rumah kata ku. Dia bilang pulang ke rumah nenek. Dibentak-bentaknya aku. Baiklah aku pergi ke rumah nenek," ujar Effendi.

Setelah sampai di rumah neneknya, istri, anak, dan saudaranya sudah menangis. Dia pun masih bingung apa yang sedang terjadi.

”Saya tanya, mengapo (mengapa) kalian menangis, ada apa. Terus mereka bilang ini abang, abang (Faisal) tenggelam. Terus saya tengok (lihat), ini betul abang. Bajunya sama dengan yang di foto," ucap Effendi.

Sebab, sebelum ditemukan meninggal di perairan Selat Malaka, Faisal sempat mengirim foto selfie ke keluarganya. Kemudian, ada informasi tentang mayat yang ditemukan di Selat Malaka dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Riau di Pekanbaru. Namun, dia mengaku bingung saat itu tidak ada uang untuk berangkat ke Pekanbaru.

”Duit cuma pegang Rp 150.000. Gimana nak ke sana kemari bayar ongkos. Jadi aku disuruh ke Pekanbaru. Aku ambillah uang sama adik ku Rp 650.000 untuk berangkat. Setelah itu, ku datangilah teman ku si Prizal, dia punya motor minta tolong sama dia. Jadi, kami berangkat pakai motor ke Pekanbaru," cerita Effendi, bercucuran air mata.

Dia mengatakan, berangkat dari rumahnya di Dusun Gelam II, Kecamatan Bandar Khalifah, Serdang Bedagai, Sumut, sekira pukul 15.00 WIB dan sampai di Pekanbaru keesokan harinya sekira jam 08.00 WIB.

Setelah sampai di RS Bhayangkara, Effendi bertemu dengan pihak rumah sakit dan menceritakan tentang kondisi korban sebelum pulang ke Indonesia. Tak sabar untuk memastikan yang meninggal itu anaknya, dia pergi melihat mayat di kamar jenazah di dampingi petugas. Beberapa mayat yang dicek, Effendi awalnya tidak menemukan jasad anaknya. Sehingga, dia hendak kembali pulang ke Sumut. Belum jauh meninggalkan rumah sakit, dia ditelepon oleh pihak rumah sakit karena ada yang perlu di tanda tangan. Dia dan temannya balik lagi.

”Setelah selesai tanda tangan, foto-foto, dan salam-salaman, kami baliklah lagi. Tapi, sampai di depan lapangan bola (Stadion Rumbai Pekanbaru) itu, saya ditelepon lagi sama orang rumah sakit. Rupanya ada bungkusan plastik yang belum dibuka," ujar Effendi. Dia pun balik lagi dengan temannya Prizal ke RS Bhayangkara untuk mengecek isi plastik tersebut.

”Setelah plastik itu dibuka, dikeluarkanlah satu persatu. Jadi, saya lihat baju itu. Itu baju abang (Faisal). Terus ada lagi ikat pinggang yang dibelikan mamanya," kata Effendi, menangis.

Setelah dipastikan itu anaknya, selanjutnya dia akan membawa korban ke kampung halamannya di Sumut. Satu setengah tahun bekerja di Malaysia Effendi mengatakan, anaknya Faisal, sudah 1,5 tahun bekerja di Malaysia.

Selama itu korban belum pulang ke Indonesia. Sambil bercerita, dia bercucuran air mata mengenang anaknya. Sesekali, Effendi meneguk air mineral yang dipegangnya. Bibirnya terlihat bergetar saat bercerita.

”Anak saya sudah satu tahun setengah kerja di Malaysia. Kerjanya dia sana macam-macam. Kerja bangunan ada. Ganti-ganti kerja dia di sana," kata Effendi. Saat mendapat kabar anaknya akan pulang ke kampung, Effendi dan keluarganya sudah bersiap-siap menyambut kepulangan Faisal.

”Kami sudah lama tak jumpa. Lama tak nengok, tak jumpo (jumpa), lama tak pegang dia. Paling kami nengok pas video call. Terus nelepon. Tentu kami nak sambut kepulangan dia. Tapi, dia tak sampai," kata Effendi, sesekali menggunakan bahasa Melayu.

Selama di Malaysia, putra sulungnya itu sering mengirimkan uang untuk adik-adiknya yang masih sekolah dan juga buat ibunya.

Penemuan sebelas jenazah ini awalnya dari informasi nelayan di sekitar kawasan Selat Malaka, di Desa Pambang, Kabupaten Bengkalis, Riau, Pada sepekan lalu.

Sehingga, petugas gabungan dari Basarnas, Polairud, dan BPBD, langsung melakukan proses evakuasi. Empat jenazah sudah teridentifikasi yakni Mimi Dewi, Ujang Chaniago, Marian Suhadi, dan Faisal Ardiyanto. Sementara, enam jenazah masih dilakukan identifikasi di RS Bhayangkara Polda Riau.

Sementara itu, terkait kasus ini, pihak kepolisian belum bisa menyimpulkan apakah jenazah yang ditemukan ini korban kapal tenggelam atau tidak. ***

Tulisan ini sudah tayang di kompas.com dengan judul Cerita Effendi, Anaknya Salah Satu Jenazah yang Ditemukan di Selat Malaka

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Bengkalis, Peristiwa
wwwwww