Home > Berita > Umum

Oh Batam, Ada Apa Denganmu? Dalam Tiga Tahun Terakhir Sudah 170 Perusahaan Tutup

Oh Batam, Ada Apa Denganmu? Dalam Tiga Tahun Terakhir Sudah 170 Perusahaan Tutup

Salah satu kawasan di Pulau Batam.

Sabtu, 07 Oktober 2017 07:32 WIB

BATAM, POTRETNEWS.com - Batam, Kepulauan Riau kembali dihadapkan pada persoalan perusahaan tutup dan pengangguran baru akibat pemutusan hubungan kerja (PHK). Kali ini terjadi pada PT Sanmina yang berlokasi di kawasan Mukakuning, Batam.

Terhitung sejak 3 Oktober 2017, perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur itu sudah tak beroperasi lagi.

Alasannya, sepi pesanan yang berujung tak ada pekerjaan, membuat perusahaan ini akhirnya memilih tutup. Pemegang saham diketahui sudah melakukan rapat umum pemegang saham (RUPS), beberapa waktu lalu.

Termasuk juga sudah mengurus akta notaris untuk penutupan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) itu. "Ya, per 3 Oktober lalu tutupnya," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Batam, Rudi Syakyakirti, Jumat (6/10/2017), dilansir potretnews.com dari tribunnews.com.

Setelah PT Sanmina, tak memungkiri akan ada lagi perusahaan yang akan tutup. Rata-rata perusahaan tutup itu memang karena sepi pesanan atau karena perusahaan induknya tutup.

Di samping karena pengaruh krisis global yang tidak hanya terjadi di Batam, tetapi juga di negara-negara lainnya. "Mana bisa kita larang-larang mereka tutup kalau memang sudah ada tak lagi pekerjaan. Ya, kami hanya bisa mengimbau ke BP Batam. Permudah perizinan," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Promosi dan Humas BP Batam, Purnomo Andiantono membenarkan tutupnya PT Sanmina. Dia mengatakan, sudah dua tahun ini perusahaan tersebut tak ada pesanan.

"Jadinya tutup. Tapi belum ada surat resmi terkait penutupan ini ke Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)," kata Andi. Sekuriti perusahaan yang biasanya berjaga di sana, kini sudah digantikan dengan sekuriti kawasan industri.

Terakhir, PT Sanmina memiliki karyawan sebanyak 191 orang. Sebanyak 170 diantaranya sudah dibayarkan hak pesangon. 21 lainnya, belum mengambil pesangonnya. "Tapi tak ada kendala. Artinya sudah sesuai ketentuan," ujarnya.

Dari catatan Disnaker Batam dan dari berbagai sumber, sepanjang tahun 2014 lalu, sudah ada 25 perusahaan tutup. Selanjutnya, tahun 2015 terdapat 54 perusahaan tutup. Kemudian sepanjang tahun 2016, sebanyak 60 perusahaan resmi hengkang.

”Hingga bulan Oktober ada 59 perusahaan tutup di Batam dengan ditambah yang terakhir PT Sanyo Energi maka genap ada 60 perusahaan tutup,” ungkap Kadisnaker Batam Rudi Sakyakirti, Rabu (2/11/2016).

Rudi Sakyakirti, Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Batam mengakui lesunya perusahaan di Batam. Data yang diterima Disnaker Batam terhitung Januari sampai Mei 2017, ada 23 perusahaan tutup. "Dari 23 perusahaan tersebut, ada sekitar 889 orang karyawan yang sudah di-PHK," ujar Rudi.

Dari Januari 2017 sampai dengan Awal April 2017, sebanyak 23 perusahaan, subcont, penyalur, dan jasa yang harus gulung tikar karena tidak adanya orderan yang bisa dikerjakan.

Jika dihitung, sejak Januari hingga Oktober 2017 ini, setidaknya sudah ada 31 perusahaan yang sudah tutup. Berarti periode 2014-Oktober 2017 sudah 170 perusahaan tutup. Ada apa dengan Batam?

Rudi, mengatakan perusahaan yang tutup tersebut rata-rata perusahaan penyalur barang ke perusahaan. "Jadi masalah yang mereka hadapi, di mana perusahaan yang memesan barang kepada mereka tidak berproduksi lagi, jadi barang meraka tidak ada yang pesan, ini yang membuat perusahaan tersebut tutup,"kata Rudi.

Menurut Rudi, selain perusahan elektronik maupun manufacturing, umumnya perusahaan tutup itu didominasi industri shypiard atau galangan kapal.

Namun demikian pihaknya tidak bisa menyebutkan berapa jumlah tenaga kerja korban PHK akibat tutupnya perusahaan. ”Yang pasti jumlah karyawan terkena PHK pasti tidak sama saat perusahaan tersebut mau tutup,” jelas Rudi.

Ia mengatakan rata-rata penyebab tutupnya perusahaan di Batam cukup beragam, mulai konflik internal, sepi proyek, kalah bersaing hingga akibat tidak mendapatkan izin kuota impor dari BP Batam.

Kondisi tersebut jelas sangat meresahkan bagi masyarakat Batam terlebih kini angka pengangguran terus membengkak. Tahun 2016 lalu, dari 1.800 perusahaan yang terdaftar di Batam, 400 perusahaan masih menunggak iuran BPJS Ketenagakerjaan.

Namun, surat peringatan yang ia kirim tak semuanya berbuah hasil. Hanya 17 dari 400 perusahaan itu yang membayar utang iurannya. Karena kerepotan, pihak BPJS Ketenagakerjaan menempuh jalur hukum. Tahun 2016 saja, BPJS telah melaporkan 27 perusahaan ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Batam.

Perusahan-perusahan tersebut memiliki utang sampai ratusan juta lebih kepada BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Dengan kondisi seperti ini, maka tak heran, jika masyarakat menganggap Batam itu seperti mati suri.

Rudi Sakyakirti mengakui, lesunya perusahaan di Batam akibat tidak ada order produksi. "Karena sepi order, perusahaan mengalami rugi, sehingga mereka mengambil keputusan untuk tutup," ujarnya.

Sementara perusahaan galangan kapal yang masih beroperasi saat ini menggantungkan hidup dari pekerjaan-pekerjaan perbaikan kapal. Jumlahnya sedikit, sehingga hanya mampu menutupi biaya operasional.

Jadi tidak heran, pengangguran di Kota Batam, semakin hari semakin meningkat. Dari 23 perusahaan saja bisa menyerap 800 karyawan. Tapi malah ter-PHK. "Jadi masalah yang mereka hadapi, di mana perusahaan yang memesan barang kepada mereka tidak berproduksi lagi, jadi barang mereka tidak ada yang pesan, ini yang membuat perusahaan tersebut tutup," ujar Rudi. ***

Editor:
Muh Amin

Kategori : Umum
wwwwww