Home > Berita > Riau

Sejak Akhir Mei Harga Terus Melonjak Naik, Industri Pulp & Paper Hadapi Tantangan

Sejak Akhir Mei Harga Terus Melonjak Naik, Industri Pulp & Paper Hadapi Tantangan

Ilustrasi.

Senin, 05 Juni 2017 07:16 WIB
JAKARTA, POTRETNEWS.com - Sejak akhir Mei lalu, harga pulp terus melonjak naik. Kenaikan bahan baku kertas ini tentu saja mempengaruhi industri di dalamnya. Pengamat Industri Pulp dan Kertas, Rusli Tan mengatakan kondisi saat ini menunjukkan harga pulp bakal sulit turun. ”Namun juga tidak mudah dinaikkan, lantaran permintaan pulp tidak meningkat akhir-akhir ini,” ujar Rusli yang juga menduduki posisi Dewan Pakar Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), Ahad (4/6/2017).

Harga 1 ton pulp sampai dengan 31 Juni sekitar US$ 796,74. Nilai tersebut terus naik, yang pada 30 Mei masih dikisaran US$ 792,54. Salah satu cara menekan harga, menurut Rusli, Industri harus meningkatkan kapasitas terpasangnya semaksimal mungkin. Harapannya harga jual pulp bisa lebih kompetitif, baik di pasar dalam negeri maupun ekspor.

Asal tahu saja, sampai saat ini dengan penambahan beberapa pabrik pulp baru, Indonesia memiliki kapasitas terpasang produksi pulp kisaran 15-16 juta ton per tahunnya. “Sayangnya produksi itu masih 70 persen dari kapasitas yang ada,” ujar Rusli, dilansir potretnews.com dari kontan.co.id.

Karena banyak produsen pulp yang juga punya lini produksi kertas, harga naik belum tentu membahagiakan. Kata Rusli, tentu ada pertimbangan rugi jika harga pulp melonjak. Bisnis ini harus pertimbangkan demand dan supply.

Suplai saat ini tengah banyak di dunia, pabrik-pabrik baru banyak yang keluar. “Industry kertas kalau tidak untung, mereka cenderung hati-hati memproduksi. Mereka memproduksi supaya survive saja,” ucap Rusli.

Rusli berharap pemerintah harusnya banyak berikan suplai bahan baku, kayu, itulah nanti yang menyebabkan harga bahan baku pulp turun. Suplai kayu yang banyak tentu cost-nya akan turun. “Kalau cost turun mereka tentu bersedia jual di harga yang lebih murah,” katanya.

Indonesia menurutnya harus terus ekspansi, supaya mendapatkan cost yang rendah. Karena kalau tidak, consume jadi tinggi. Rusli mengatakan industry pulp dan paper berharap pemerintah bisa member keleluasaan dengan ijin HTI, penanaman lahan gambut, dan diskon gas.

Sementara itu kontan.co.id mencoba menghubungi produsen pulp dan kertas. Salah satunya PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), APRIL Group Corporate Affairs Director Agung Laksamana enggan banyak berkomentar. Ia memaparkan soal kenaikan harga pulp ini, perusahaannya senada dengan apa yang dipaparkan APKI.

”RAPP tetap optimistis permintaan pulp dan kertas nasional dan global tahun ini tetap tumbuh. Namun permintaan masih menghadapi tantangan akibat pengaruh dari perekonomian dunia yang masih belum pulih menyebabkan pertumbuhan permintaan kertas secara umum belum terlalu tinggi,” ungkap.

Asal tahu, tahun lalu RAPP merampungkan pembangunan pabrik kertas atau paper mill (PM) 3 berkapasitas 250.000 ton. Nilai investasi Rp 4 triliun. PM 3 menggenapi total kapasitas produksi menjadi 1,1 juta ton kertas per tahun.

Tak cuma kapasitas yang mendaki, PM 3 memproduksi kertas high grade digital paper. RAPP mengklaim, PM 3 akan menjadi pabrik kertas tercanggih di dunia yang bisa menghasilkan 1,7 km kertas per menit.

Sementara itu Suhendra Wiriadinata, Direktur PT Pabrik Kertas tjiwi kimia Tbk pada kesempatan yang sama menolak berkomentar. “Nanti saja ya, saat public expose,” katanya Ahad (4/6/2017). Suhendra selain menjabat di Tjiwi Kimia, juga berada di jajaran direksi PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP).

Mengintip laporan keuangan TKIM di kuartal pertama, penjualan bersih stagnan, dari US$ 272 juta di tahun lalu menjadi US$ 272 juta di kuartal satu tahun ini. Sedang perolehan laba bersih menyusut, dari US$ 9,6 juta di kuartal pertama tahun lalu menjadi US$ 7,7 juta di tahun ini.

Sedangkan INKP mencatat pertumbuhan 9,8 persen di kuartal pertama tahun ini, dari US$ 678 juta menjadi US$ 745 juta pendapatan bersihnya. Laba bersih pun terkerek hampir tiga kali lipat, dari US$ 26 juta menjadi US$ 85 juta. ***

Editor:
Hanafi Adrian

Kategori : Riau, Umum
wwwwww