Home > Berita > Riau

Ketika Konsumen Pertalite Meningkat, Pertamina Malah Naikkan Harganya, Warga Riau: Tagline ”Melaju Lebih Jauh” Harusnya Diubah Jadi ”Harganya Makin Laju”

Ketika Konsumen Pertalite Meningkat, Pertamina Malah Naikkan Harganya, Warga Riau: <i>Tagline</i> ”Melaju Lebih Jauh” Harusnya Diubah Jadi ”Harganya Makin Laju”

Ilustrasi.

Senin, 22 Mei 2017 18:38 WIB
JAKARTA, POTRETNEWS.com - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mempertanyakan kenaikan tarif bahan bakar minyak (BBM) tertentu yakni Pertamax, Pertalite, dan Dexlite. Pasalnya, kenaikan tersebut dilakukan saat jumlah konsumen BBM tertentu meningkat. Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi menuturkan, kenaikan BBM tertentu menjadi keluhan masyarakat. Meski tidak terlalu banyak yang mengeluh, YLKI melihat ada yang harus dijelaskan pemerintah atau PT Pertamina (Persero) sebagai operator penyaluran BBM.

"Kalau dilihat kan, ini naik saat jumlah konsumen di Pertalite meningkat. Mesti ada yang menjelaskan ini," jelas Tulus seperti diberitakan okezone.com, belum lama ini.

Berdasarkan catatat perseroan, saat ini impor jenis Premium turun 30 persen. Hal ini karena ada peralihan konsumsi masyarakat dari Premium ke Pertamax Cs. Dari jumlahnya 7,8 juta barel menurun 5,4 juta barel pada Oktober 2016.

Tulus menuturkan, masyarakat sudah tidak perlu dijelaskan perihal adanya BBM bersubsidi maupun nonsubsidi. Semua jenis BBM saat ini sama, artinya ketika harga mesti naik maka semua harus dinaikan.

"Keluhan yang disampaikan konsumen kan ketika mereka beralih dari Premium ke Pertalite dan sudah bergantung, eh harganya malah naik sedangkan Premium tidak kan," terangnya.

Harga Pertalite Riau Termahal se-Indonesia Bikin Geram Warga
Harga Pertalite di Riau justru lebih mahal yakni Rp 7.900 per liter (data di website resmi Pertamina), harga ini sama dengan harga Pertalite secara umum yang diterapkan di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Namun berbeda dengan daerah lain di Indonesia yang harga jual Pertalite-nya rata-rata Rp 7.500 dan Rp 7.700 per liter.

Area Manager Communication & Relations Sumbagut, Fitri Erika mengatakan perbedaan harga tersebut sangat berkaitan dengan penerapan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB). Menurutnya, pertamina dalam menjalankan tugasnya patuh terhadap aturan baik yang dikeluarkan pemerintah pusat maupun aturan di daerah. “Harga Pertalite dan Pertamax sangat berpengaruh terhadap komponen PBBKB,” kata Fitri.

Dia memaparkan, berdasarkan peraturan presiden nomor 191 tahun 2014, PBBKB untuk jenis bahan bakar seperti premium maupun solar dikenakan 5 persen. Sementara bahan bakar nonsubsidi seperti Pertalite dan Pertamax mengacu pada PBBKB yang ditetapkan daerah dan tertuang dalam peraturan daerah.

“Perda Kepri Nomor 8 Tahun 2012 menetapkan PBBKB 10 persen. Begitu juga di Riau 10 persen, dalam Perda Nomor 4 Tahun 2015,” terangnya, dilansir potretnews.com dari batampos.co.id.

Menurutnya, hal ini berbeda dengan daerah lain yang menetapkan PBBKB lebih rendah dari dua daerah tersebut. Maka bukan hal yang tak mungkin harga pertalitenya pun lebih murah. “Berbeda dengan wilayah Sumatera Utara atau Sumatera Barat yang menerapkan PBBKB 5 persen,” ujar dia.

Pihak Pertamina sah-sah saja punya argumentasi demikian, namun menurut seorang warga Kota Pekanbaru, Yulyanto, 38, pemerintah daerah harus bisa menjelaskan kepada rakyatnya mengapa harga Pertalite di Riau merupakan yang termahal di Indonesia.

”Pemerintah daerah nggak boleh diam, apalagi sampai membiarkan bahwa seolah-olah warga Riau menerima apa pun keputusan soal Pertalite. Para pemimpin harus hadir dalam kasus-kasus seperti ini. Tagline Pertalite ’Melaju Lebih Jauh, sepertinya berubah jadi ’Harganya Makin Laju’,” tandas pria yang pernah menjadi aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), itu. ***

Editor:
Farid Mansyur

wwwwww