Home > Berita > Siak

Wilmar, APP, dan Indofood Dituding Terlibat Skandal Lingkungan

Wilmar, APP, dan Indofood Dituding Terlibat Skandal Lingkungan

Aksi yang digelar Rainforest Action Network (RAN).

Selasa, 02 Mei 2017 18:45 WIB
JAKARTA, POTRETNEWS.com - Rainforest Action Network (RAN) dalam laporannya berjudul Every Investor Has a Responsibility, A Forests and Finance Dossier mengungkap dugaan deforestasi (kegiatan penebangan hutan, red) dan pelanggaran hak asasi manusia melalui kegiatan yang dilakukan oleh delapan perusahaan besar kelapa sawit, bubur kayu dan kertas, karet dan penebangan kayu di Asia Tenggara. Laporan ini dirilis pada acara konferensi Responsible Investor Asia yang berlangsung di Tokyo Stock Exchange, Jepang. Delapan perusahaan itu yakni, Felda Global Ventures, Indofood Sukses Makmur, IOI, Wilmar, Asia Pulp and Paper (APP), Oji Holdings, Marubeni, dan Itochu.

Perusahaan itu dituding terlibat dalam berbagai skandal sosial dan lingkungan yang terdapat di rantai pasok operasional mereka. Skandal ini termasuk di antaranya menggunakan tenaga kerja anak dan buruh secara paksa, perampasan lahan masyarakat adat, pembukaan hutan, perusakan lahan gambut dengan nilai karbon tinggi, serta mengambil keuntungan dari korupsi dan menjual produk komoditas ilegal.

”Investor dan bank yang ikut membayar atas kerusakan hutan hujan dan penyalahgunaan hak masyarakat lokal tersebut memiliki kewajiban moral dan keuangan untuk segera menyadari masalah ini. Mereka harus mengerti kerugian lingkungan, masyarakat, dan resiko investasi mereka,” kata Tom Picken, Direktur Kampanye Hutan & Pendanaan Rainforest Action Network (RAN) seperti diberitakan jurnas.com yang dilansir potretnews.com.

Delapan perusahaan tersebut, difasilitasi setidaknya 6,5 miliar USD investasi saham dan obligasi gabungan. Selain itu, telah menerima lebih dari 28 miliar USD dengan fasilitas pinjaman dan penjaminan sejak tahun 2010.

Bank-bank besar yang mendanai 8 perusahaan ini di antaranya, Sumitomo Mitsui Financial Group, Mizuho Financial, Mitsubishi UFJ Financial, China Development Bank, RHB Banking, CIMB Group dan HSBC. Japan’s Government Pension Investment Fund, Vanguard, Employees Provident Fund, BlackRock, dan Dimensional Fund Advisors juga tercatat sebagai investor terbesar 8 perusahaan tersebut.

Skandal sosial dan lingkungan jelas terjadi di rantai pasok perusahaan, meskipun delapan perusahaan ini sudah memiliki beberapa komitmen dan kebijakan yang ditujukan untuk mengatasi masalah sosial dan lingkungan dalam lingkup operasional mereka. Beberapa perusahaan bahkan telah menjadi anggota dan memiliki sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).

”Bankir dan investor harus berhenti menutup mata pada masalah ini, dan mengakui dari mana sebenarnya sumber bonus dan keuntungan jutaan-dollar mereka,” ujar Picken.

”Berbagai usaha nasional dan internasional untuk menegakkan hukum perlindungan hutan, mencegah perubahan iklim, dan menghentikan penyalahgunaan wewenang oleh perusahaan akan terus tergerus hingga sektor keuangan berkomitmen untuk menghentikan kucuran kredit mereka pada perusahaan bermasalah.”

Dengan laporan itu, RAN mendesak agar investor dan bank mengembangkan kebijakan pembiayaan sektor kehutanan bagi semua perusahaan yang terkait dengan produk komoditas yang berasal dari hutan tropis dan rantai pasok hilir yang berisiko.

Kebijakan tersebut juga harus mampu mengidentifikasi dan memantau risiko spesifik terkait deforestasi dan pelanggaran hak. Investor dan bank juga harus melakukan proses seleksi kelayakan yang disempurnakan, hingga memastikan pemantauan independen terhadap operasional perusahaan dan berkomitmen untuk menghentikan pendanaan pada perusahaan yang gagal menjalankan bisnis secara bertanggung jawab.

Deforestasi, isu sosial dan dampak terhadap pasar menjadi isu materialitas bagi investor. Sejak tahun 2000 sampai 2012, hutan hujan tropis seluas hampir tiga kali ukuran luas Jepang hilang di seluruh dunia, dengan angka kehilangan tertinggi terjadi di Asia Tenggara.

Tekanan pada hutan ini sebagian besar berasal dari meningkatnya permintaan perusahaan dunia pada minyak kelapa sawit, bubur kertas, kayu, karet dan komoditas lunak lainnya. Hampir setengah dari deforestasi hutan tropis disebabkan oleh konversi hutan ilegal untuk perkebunan komersial, setengahnya merupakan akibat langsung dari konversi ilegal untuk pasar ekspor.

Laporan RAN menekankan bagaimana sektor keuangan, melalui bentuk penyediaan pinjaman miliaran-dolar setiap tahunnya, menjadi aktor yang berpengaruh dalam sektor komoditas hutan dengan memberikan jaminan dan investasi kepada sektor komoditas hutan yang berisiko. ***

Editor:
Muh Amin

Kategori : Siak, Riau, Dumai, Umum, Lingkungan
wwwwww