Home > Berita > Riau

Pondok Pesantren Pencipta Generasi dan Benteng Terakhir Penjaga Akhlak di Provinsi Riau

Jum'at, 21 Oktober 2016 22:58 WIB
Advertorial
pondok-pesantren-pencipta-generasi-dan-benteng-terakhir-penjaga-akhlak-di-provinsi-riauRibuan santri dari perwakilan pesantren di Riau menghadiri Apel Akbar Hari Santri Nasional Tahun 2016 di halaman kantor gubernur, Kamis (6/10/2016).
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Sebagai institusi pendidikan Islam tertua di Indonesia, sejarah mencatat pesantren tidak hanya sekadar mampu bertahan menghadapi tantangan zaman, tetapi juga berkembang pesat.https://www.potretnews.com/assets/imgbank/03112016/potretnewscom_w2pvm_649.jpg
Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman bertindak sebagai pemimpin upacara pada Apel Akbar Hari Santri di halaman kantor gubernur, Kamis (6/10/2016).

Menurut data Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama, jumlah pesantren di Tanah Air lebih dari 28 ribu dengan jumlah santri lebih dari empat juta.

Sebagai lembaga pendidikan berbasis agama, pesantren tentu diharapkan mampu melahirkan generasi penerus yang berakhlak mulia. Betapa tidak, pesantren merupakan pencipta dan benteng terakhir dalam menjaga perilaku, moral dan akhlak dari anak-anak bangsa. Sayangnya, pondok pesantren terkadang masih dianggap sebelah mata.

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, pengaruh budaya asing sangat sulit untuk dikendalikan. Akibat dari hal itu, kalangan remaja dan dewasa mudah teracuni iming-iming gemerlap budaya asing yang menyuguhkan berbagai macam kesenangan dunia. Tak hanya di perkotaan saja, budaya asing pun kini tengah leluasa merambah di pedesaan.

https://www.potretnews.com/assets/imgbank/03112016/potretnewscom_plhkv_651.jpg
Menteri Ketenagakerjaan RI Muhammad Hanif Dhakiri RI didampingi Gubernur Riau H Arsyadjuliandi Rachman ketika mengunjungi dan menandatangai prasasti peresman Ponpes AlMujtahadah-Pekanbaru, belum lama ini.

Alhasil, tak jarang remaja zaman sekarang lebih senang memakai budaya asing ketimbang budaya kita sendiri, yaitu budaya timur yang terkenal ramah dan beretika. Pengaruh budaya asing sekarang banyak kita jumpai dari remaja yang rambutnya dicat warna-warni, tubuh bertato, memakai celana yang dirobek bagian lututnya, bertutur kata kasar, mengonsumsi minuman keras dan obat-obatan terlarang.

Pelbagai kasus penyimpangan perilaku yang melibatkan pelajar merupakan perkara yang sangat serius. Hal ini mengingat para pelajar adalah generasi penerus dan generasi pengganti estafet keberlangsungan sebuah bangsa. Penetrasi budaya dan pemikiran Barat yang sekuler-liberal merupakan akar masalah utama kerusakan perilaku ini.

	https://www.potretnews.com/assets/imgbank/03112016/potretnewscom_5qn9h_652.jpg
Gubernur Riau H Arsyadjuliandi Rachman menghadiri perayaan dan peresmian pemberian ijazah santri Pondok Pesantren Darul Mahdinah Thawalib Bangkinang, Minggu (29/5/2016).

Kontribusi pondok pesantren di negara ini telah lama hadir dalam wujud nyata.Tidak terkecuali di Provinsi Riau, pesantren melalui konsep dan implementasi pendidikan, telah memberikan andil signifikan terhadap upaya pembentukan generasi yang berakhlak mulia. Pemerintah mestinya banyak belajar dari pesantren dalam menyusun konsep pendidikan karakter bangsa.

Bagaimana perkembangan pendidikan berbasis pondok pesantren di Provinsi Riau? Sepertinya sudah mengalami banyak kemajuan yang bisa dibanggakan. Buktinya, tak kurang Menteri Ketenagakerjaan RI Muhammad Hanif Dhakiri dalam kunjungan ke provinsi ini menyatakan mengapresiasi Provinsi Riau yang memiliki pondok pesantren (ponpes) dengan jumlah santri mencapai puluhan ribu.

"Saya minta pesantren jangan pernah meninggalkan karakternya, meski di zaman serba canggih. Karakter pengertian, budi pengerti dan ahlak mulia," kata Menteri Hanif saat kunjungan ke Ponpes Al Mujtahada Pekanbaru, Kamis (6/10/2016). Oleh karena itu secara khusus menteri asal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu meminta kepada Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman untuk mendukung perkembangan ponpes dalam pembangunan daerah.

Dia juga menitipkan pembangunan pesantren kepada pemda supaya alumni-alumni pesantren bisa juga bekerja selayaknya lulusan lainnya. "Pemerintah bisa mendukung pembangunan pesantren ini. tentunya dunia pesantren menyambut baik itu, gubernur saya titip pesantren. Kalau mau menghancurkan Indonesia gampang, tinggal menghancurkan pesantren saja," ucap Hanif.

Menurut menteri, ponpes telah menjadi bagian Indonesia, tanpa ponpes, santri dan kiai Indonesia tidak ada. Hal itu, kata dia, karena pesantren dapat menyesuai perkembangan zaman, dan turut serta membangun Tanah Air. Sebagai mantan santri di Ponpes Salatiga, Jawa Tengah, dia mengaku seperti bernostalgia ketika menghadiri acara peresmian bangunan Ponpes Al-Mujtahadah, Pekanbaru. "Berada di tengah-tengah pesantren seperti nostalgia," tuturnya.

https://www.potretnews.com/assets/imgbank/03112016/potretnewscom_4b25t_653.jpg
Gubernur Riau H Arsyadjuliandi Rachman (ketika masih berstatus pelaksana tugas) saat melakuakn peletakan batu pertama pembangunan pesantren Pesantren Raudhatussalam Desa Mahato Tambusai, beberapa waktu lalu.

Gubernur Riau Ir H Arsyadjuliandi Rachman MBA menyambut baik dengan banyaknya ponpes di Riau. Karena menurut hematnya, semakin banyak ponpes, Riau semakin aman. Perkembangan ponpes juga semakin baik dengan banyaknya masyarakat luar yang datang. "Kalau dulu anak Riau belajar ke ponpes luar daerah, sekarang terbalik, mereka belajar ke Riau. Ini kan perkembangan positif," kata pria yang akrab disapa Andi Rachman itu.

Pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Mujtahadah KH Prof Ahmad Mujahidin mengemukakan di Riau terdapat 283 pesantren dengan lebih 37 ribu santri. Itu bisa terlihat pada acara Hari Santri Nasional yang digelar di halaman kantor gubernur, Kamis (6/10/2016) sore yang dihadiri lima ribu santri sebagai perwakilan pesantren se-Riau. "Santri-santri ini akan ikut membangun negeri supaya lebih maju lagi," tandasnya.

Selain yang digagas dan dilaksanakan oleh pemeritah, dalam hal ini Pemerintah Provinsi Riau, pertumbuhan dan perkembangan pondok pesantren di daerah ini juga ikut diwarnai oleh partisipasi yang tinggi dari berbagai lapisan masyarakat. Misalnya saja, Pondok Pesantren Darul Huda, Sepungguk, yang pada tahun pelajaran 2015/2016 menggratiskan biaya pendidikan. Program ini dilakukan untuk meningkatkan kuantitas peserta didik atau jumlah murid.

Demikian disampaikan Kepala Pondok Pesantren Darul Huda, Muhammad Yunus, Rabu (11/3/2016). "Selain itu, program pendidikan gratis ini juga mengikuti arahan dari Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kampar, tentang madrasah gratis atau sekolah gratis," ucapnya.

Yunus mengemukakan, tahun pelajaran 2015/2016, kepada santri baru, akan digratiskan uang pendaftaran, uang pembangunan, uang bulan atau SPP dan gratis uang ujian. Bagi santri yang tinggal di asrama (pondok) juga digratiskan. Tidak itu saja, pihak sekolah juga akan memberikan bonus 1 stel baju/pakaian olahraga bagi seluruh santri baru yang ingin mendaftarkan diri.

"Bagi santri baru yang ingin mendaftar atau yang ingin didik di Ponpes Darul Huda ini, tempat pendaftaran di Gedung Ponpes Darul Huda, Sepungguk, setiap hari dan jam kerja," jelas Yunus.

Seperti tak mau ketinggalan, Pondok Pesantren Darel Hikmah Pekanbaru diharapkan dapat terus mempersiapkan lulusan sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten dan berakhlak di tengah-tengah perkembangan zaman yang semakin modern.

Kepala Kanwil Kemenag Riau Ahmad Supardi Hs memberikan sambutannya dengan menerangkan sejarah panjang kemerdekaan Indonesia, diawali dengan kehidupan pondok pesantren. Di antaranya banyak para pejuang kemerdekaan berasal dari santri

"Banyak orang hebat di negeri kita berasal dari santri di pondok pesantren. Dengan pendidikan yang menanamkan akhlak mandiri dan tentunya pengetahuan agama yang sangat berkualitas diharapkan dapat membentuk moral dan akidah yang berkualitas bagi SDM Riau kedepannya," ujar Kakanwil Kemenag Riau. (adv)

Narasi:
Redaksi potretnews.com

Foto-foto:
Berbagai sumber/istimewa

Kategori : Riau, Umum, Pemerintahan
wwwwww