Wasiat Terpidana Mati Asal Selatpanjang: Ingin Dikebumikan di Samping Makam Ibu…

Wasiat Terpidana Mati Asal Selatpanjang: Ingin Dikebumikan di Samping Makam Ibu…

Ilustrasi.

Jum'at, 29 Juli 2016 14:28 WIB
SELATPANJANG, POTRETNEWS.com - Pujo Lestari satu dari 14 terpidana hukuman mati tahap III. Pria asal Selatpanjang, Kepulauan Meranti itu sudah pasrah menjalani eksekusi regu tembak. Kepada pihak keluarga dia minta jasadnya dikebumikan di samping pusara ibunya di TPU Sepakat, Selatpanjang Selatan. Kamis (28/7/2016) siang itu, rumah orang tua Pujo Lestari di Selatpanjang terlihat sepi. Rumah itu bercat biru. Berbagai jenis tanaman menghiasi rumah papan itu. Terlihat juga parabola terpampang di depan rumah. Saat diketuk berulang kali, tidak ada sahutan dari dalam. Bahkan beberapa kali dipanggil, tidak ada tanda-tanda rumah tersebut ditempati.

Para awak media tidak kehilangan akal untuk mengorek informasi tentang pria yang divonis mati karena kedapatan membawa 25.449 butir pil ekstasi dari Malaysia ke Batam pada 2006 lalu itu. Koordinasi pun dilakukan dengan Lurah Selatpanjang Selatan, H A Karim yang kebetulan tetangga keluarga Pujo. Saat itu Karim mencoba mengontak keluarga Pujo melalui selulernya. Tak lama menunggu, akhirnya keluarga Pujo tiba. Yakni adik Pujo, Siti Nuriah dan ayah tirinya Ngateno. Turut pula hadir Ketua RT 03 Suyanto, Ketua RW 04 Mahmudin yang sekaligus menjabat Ketua RT setempat dan sejumlah tetangga. Sementara istri Pujo dan kedua anaknya sejak dua hari lalu tidak menempati rumah itu lagi. Namun tinggal di rumah Siti Nuriah di Jalan Cempaka, Kampung Baru.

Siti pun membukakan pintu rumah. Dia mempersilakan sejumlah wartawan masuk ke rumah papan itu. Keadaan sempat tegang saat Siti mulai bercerita dengan mata berkaca-kaca. Dia menceritakan, Sabtu (23/7/2016) lalu, jaksa pendamping dari Kejaksaan Negeri Batam datang ke Selatpanjang berkoordinasi terkait rencana eksekusi mati Pujo. Mulai dari berkoordinasi untuk proses pemakaman, sampai dengan membawa perwakilan keluarga mendampingi Pujo di ruang isolasi di Nusakambangan.

Dikatakan Siti, perwakilan keluarga yang berangkat adalah suaminya Irwan dan Surya, kerabat keluarga. Saat bertemu Pujo, Selasa (26/7/2016), Irwan menelepon Siti. Pada saat itu Irwan pun memberikan kesempatan kepada Pujo berbincang dengan adiknya.

“Mas Pujo kemarin telepon saya melalui HP Mas Irwan. Dia minta jasadnya dikebumikan di samping pusara ibu. Sebelum dikebumikan, dia juga minta disinggahkan di rumah ini,” cerita Siti sambil menyeka air mata yang tak kuasa ditahannya.

Siti mengaku percakapan lima menit dengan abangnya itu adalah yang pertama setelah lebih kurang 10 tahun tak bertemu. Siti juga mengatakan, Pujo begitu kesal. Sebab dalam kasus ini dia hanya korban.

“Yang buat kami tak puas hati, bos yang punya barang (Ationg alias Suryanto, red) tak ikut dalam ruang isolasi yang akan dihukum mati. Sementara abang kami harus menanggung hukuman mati lebih dulu,” ujarnya kesal.

Sementara Karim mengaku akan mempersiapkan pemakaman sesuai keinginan Pujo. Sehingga nantinya pesan terakhir Pujo bisa terlaksana dengan baik.

“Secara pribadi saya tidak masalah jika Pujo dimakamkan di sini. Sehingga pihak keluarga mudah bertakziah,” sebutnya.

Karim menyayangkan Pujo bisa terjebak dalam bisnis haram tersebut. Padahal menurutnya Pujo merupakan salah satu warga yang baik dan rajin menolong.

“Mungkin karena keluguan Pujo, sindikat narkoba memanfaatkannya. Saya sangat menyayangkan putusan hakim yang telah memvonis mati Pujo. Seharusnya dalam pengajuan PK kemarin,pihak kejaksaan meminta pertimbangan kami sebagai masyarakatnya,” sebutnya.

Hidup Susah
Selaku tetangga Pujo, Karim mengakui kehidupan keluarga Pujo hidup susah. Mereka harus berjuang keras agar bisa bertahan hidup. Dia menceritakan sejak Pujo menjalani hukuman, istrinya berjuang menghidupi dua orang anaknya. Bahkan istri Pujo harus berjualan pecel dan menjaga anak orang lain. Ini agar dia bisa menghidupi dan menyekolahkan dua buah hatinya.

“Kami kasihan istri dan anaknya pasti terpukul. Mudah-mudahan mereka tabah menghadapi cobaan ini,” sebut Karim.

Sepengetahuan Karim, Pujo yang merupakan sulung dari tiga bersaudara itu hanya bekerja di sebuah kapal pengangkut sembako di Batam. Kalau memang berniat berbisnis barang haram tentuakeluarganya tidak hidup serba kekurangan seperti saat ini.***

Editor:
Farid Mansyur

Sumber:
Riaupos.co

wwwwww