Inilah Asal-usul Nama Tabek Gadang dan Jalan Pekanbaru-Bangkinang yang Tak Banyak Orang Tahu

Inilah Asal-usul Nama Tabek Gadang dan Jalan Pekanbaru-Bangkinang yang Tak Banyak Orang Tahu

Pohon besar tumbuh liar, bersamaan dengan ilalang menutupi Tabek Gadang (kolam besar), Jalan HR Subrantas, Panam. Tabek Gadang ini memiliki sejarah dan kaitan dengan pembangunan jalan Pekanbaru-Bangkinang di zaman Jepang.

Rabu, 15 Juni 2016 20:57 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Tabek Gadang, nama yang samar-samar terdengar bagi warga Pekanbaru. Namun, nama tersebut memiliki sejarah panjang, pembangunan jalan menghubungkan Pekanbaru-Bangkinang, kini diberi nama Jalan R Soebrantas-SM Amin. Berdasarkan penelusuran, nama Tabek Gadang merupakan pemberian dari beberapa masyarakat Kampar. Sejak zaman Belanda, masyarakat sudah hijrah ke daerah ini akibat pertempuran sengit antara penjajah dengan pejuang dibantu warga.

Tabek Gadang, diartikan dalam bahasa Indonesia memiliki arti kolam besar. Tabek artinya kolam, gadang, besar. Pembuatan kolam itu tidak terlepas juga dari kerja paksa diterapkan Pendudukan Jepang, untuk mengerjakan jalan menghubungkan Pekanbaru-Bangkinang-Sumatera Barat.

Material jalan penghubung itu diambil dari tanah kemudian membentuk kolam besar. Penuturan Ketua RT 003, Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Zulfahmi, sejarah Tabek Gadang dari orang tuanya, sebelum kelahirannya penduduk sekitar dijadikan budak untuk menggali tanah, sehingga terbentuklah kolam besar.

"Saya saja lahir tahun 1970-an, sebelum itu mereka kata bapak (orang tua, red) sudah mulai menggali tanah itu. Termasuk Bapak saya juga terlibat di dalamnya. Tujuannya sebagai tanah timbun untuk pembuatan jalan perbatasan Sumatera Barat dengan Riau," tuturnya, Minggu, 12 Juni 2016.

Selama penggalian tanah itu, kata Zulfahmi, banyak memakan korban. Baik warga sekitar, maupun pendatang dari Sumatera Barat. "Mungkin jumlahnya tidak terhitung," katanya.

Setelah jalan itu selesai penimbunannya. Maka terbentuklah kolam yang dalam. "Waktu mereka dulu, tabek itu dijadikan tempat mencuci dan mandi," tuturnya.

"Itu juga ada kaitannya dengan kerja paksa yang di Telukkuantan itu kan. Mereka dipaksa untuk mebuatan rel kereta api. Sehabis penimbunan jalan itu, mereka pergi ke situ. Orangtua saya juga kembali pergi,"jelasnya.

Saat ini Tabek Gadang sebahagian besar sudah ditimbun dan dipagar kemudian dijadikan ladang usaha bagi penduduk sekitar. Selain itu, juga sudah ditumbuhi pohon besar dan semak belukar. "Paling sekarang seukuran 10 X10 meter lah. Sudah banyak di timbun untuk membangun ruko," tandasnya. ***

Editor:
Mukhlis

Sumber:
Riauonline.co.id

Kategori : Peristiwa, Umum, Pekanbaru
wwwwww