Home > Berita > Riau

Effendi Simbolon Bikin Masyarakat Melayu Berang, Ketua Umum LAM Riau: Dia Berpikir ala Penjajah!

Effendi Simbolon Bikin Masyarakat Melayu Berang, Ketua Umum LAM Riau: Dia Berpikir ala Penjajah!

Politikus PDI Perjuangan, Effendi Simbolon.

Kamis, 11 Februari 2016 04:03 WIB

JAKARTA, POTRETNEWS.com - Masyarakat Melayu di Kepulauan Riau sedang merasa kesal. Penyebabnya adalah dana bagi hasil (DBH) minyak dan gas (migas) yang turun hingga lebih 94 persen, serta pernyataan politikus PDI Perjuangan, Effendi Simbolon yang menyebut demokrasi ala Melayu menjadi berkonotasi negatif.

Sebelumnya, Effendi secara blak-blakan menyebut bergabungnya tiga partai politik asal Koalisi Merah Putih (KMP) ke kabinet Presiden Joko Widodo merupakan bentuk politik ala Melayu yang tidak punya idealisme. Sebab, PAN, PPP dan Golkar sebelumnya memang menjadi pendukung Prabowo Subianto di pemilu presiden 2014 lalu.

Tentu saja pernyataan Effendi membuat tokoh-tokoh Melayu gerah. Budayawan Kepulauan Riau, Husnizar Hood menganggap pernyataan Effendi sebagai sebuah pelecehan tak mendasar. Analogi yang digunakan juga tidak mencerminkan realitas sebenarnya.

"Ini sangat melukai kami. Karena itu, Effendi harus datang ke Penyengat dan meminta maaf pada orang Melayu. Kenapa harus ke Penyengat, itu adalah titik temu orang Melayu," katanya, Rabu (10/2/2016).

Seperti dikutip batampos.co.id, Husnizar mengatakan, penyebutan Melayu sebagai bangsa yang pragmatis dan mengedepankan unsur transaksional semata itu juga bukan analogi yang tepat. Husnizar pun menyarankan Effendi  belajar budaya Melayu.

"Jangan rendahkan Melayu. Bercakap biar beradab. Bertutur biar teratur," ucap pria yang juga menjabat sebagai ketua Dewan Kesenian Provinsi Kepulauan Riau ini.

Husnizar menambahkan, Melayu justru terbuka menerima keragaman. Hal itu terbukti dengan harmonisnya masyarakat Provinsi Kepulauan Riau yang multietnis dan multikultural.

Bahkan, katanya, di wilayah Kepri tidak pernah terdengar konflik bernuansa suku, agama, ras dan antar-golongan (SARA).  "Negeri Melayu ini menerima dengan terbuka suku-suku lain berkerja cari makan dan beranak-pinak di sini tanpa pernah melukai perasaan mereka," ujarnya.

Husnizar juga mengingatkan Effendi tentang sumbangsih Melayu bagi Indonesia. Misalnya, dari Kepulauan Riau pula bahasa Indonesia berasal. Berkat peran Raja Ali Haji yang merawat dan melestarikan bahasa Melayu melalui penulisan kamus dan tata bahasa, akhirnya berkembanglah  bahasa Indonesia yang kemudian disepakati jadi bahasa pemersatu.

Sumbangsih lainnya adalah hasil migas dari Natuna dan Anambas. "Berapa besar negeri melayu ini menyumbang untuk periuk nasi orang Jakarta dan bangsa ini. Kalau kalian terus-menerus menganggap Melayu itu rendah, mungkin sebaiknya kami berpisah menjadi negara Melayu sebenarnya," ungkap Husnizar dengan nada kesal.

Sementara Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Provinsi Kepulauan Riau, Abdul Razak menilai, pernyataan Effendi  itu sangat tendensius. "Bagaimana mungkin bisa menilai Melayu secara demikian?” ucap Razak.

Menurutnya, Effendi sebaiknya mencabut ucapannya itu. "Minta maaf juga secara terbuka. Agar tidak menimbulkan kegaduhan lebih heboh lagi," ucapnya.

Tanggapan lain juga datang dari Ketua Umum DPH LAM Provinsi Riau, Al Azhar. Menurutnya, Effendi justru berpikir ala penjajah. "Cara berpikir kolonialis macam ini seharusnya sudah kikis dari tanah air Indonesia ini. Lebih-lebih di dalam alam pikiran elit bangsa seperti oknum Anggota DPR RI yang konon terhormat itu," katanya. ***

(M Yamin Indra)
Kategori : Riau, Umum, Pemerintahan
Sumber:Jawapos.com
wwwwww