Sudah Berbulan-bulan Terpapar Asap, Anak-anak di Pekanbaru Kini Mulai Stres

Sudah Berbulan-bulan Terpapar Asap, Anak-anak di Pekanbaru Kini Mulai Stres

ilustrasi

Rabu, 21 Oktober 2015 19:32 WIB
.
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Para orangtua di Kota Pekanbaru dan sekitarnya dilanda cemas. Sebab, anak-anak mereka mulai stres akibat terpapar asap yang menyelimuti daerah itu, sejak tiga bulan terakhir. Seorang warga Kelurahan Kampung Tengah, Kecamatan Sukajadi, Pekanbaru, Jasmaniar (45) mengatakan, dampak asap berimbas menjadi beban mental kepada anaknya, Keysa (10). Keysa saat ini duduk di kelas V sekolah dasar.

"Kondisi darurat asap yang kian bertambah pekat ini, telah menimbulkan stres dan kecemasan pada anak saya, yang ditunjukkannya dalam bentuk kegelisahan, mengeluh sakit di dada, mimpi buruk, mengigau, demam tinggi," kata Jasmaniar, seperti dilansir dari Antara, rabu (21/10).

Padahal, lanjut Jasmaniar, pada Oktober ini anak-anak sedang menghadapi ujian tengah semester (UTS). Setelah pulang sekolah, mereka justru mengeluh UTS tidak bisa dikerjakan dengan baik.

"Bagaimana aku bisa lulus UTS mama, kepalaku pusing, perut mual-mual mau muntah rasanya. Membaca soal itu saja aku tidak bersemangat," kata Jasmaniar menirukan Keysa.

Senada dengan Jasmaniar, Hafifah (38) mengatakan, anaknya sering berperilaku sulit atau tidak kooperatif, ketakutan, dan lainnya sebagai dampak dari resiko terpapar asap.

Seharusnya, lanjut Jasmaniar, semua pihak sadar bencana asap telah menimbulkan banyak kerugian, sehingga pembakaran lahan dan hutan tidak lagi dilakukan.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Riau, Andra Sjafril mengatakan, orangtua atau pengasuh sedapat mungkin harus mempertahankan rutinitas keluarga biasa dilakukan.

"Orangtua agar dapat lebih memberikan perhatian, membantu ekspresi anak misalnya melalui kegiatan musik, seni, membuat buku harian, memberikan pelukan, serta lebih sabar dalam menghadapi tingkah laku anak yang tidak biasa seperti ini, akibat terpapar asap itu," kata Andra.

Andra mengatakan, asap terdiri atas organik partikel yang sangat kecil, droplet cairan, dan gas seperti karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), dan bahan organik volatil lain, seperti formal dehida dan akrolein. Namun kandungan sebenarnya adalah bahan yang terbakar.

Pengaruh asap terhadap kesehatan anak, lanjut Andra, paling umum yaitu iritasi mata dan saluran pernapasan, penurunan fungsi paru, dan perburukan penyakit paru dan jantung yang sudah ada sebelumnya (seperti asma). Inflamasi (pembengkakan) paru dan pengaruh pada jantung dan pembuluh darah karena menghirup asap dapat menyebabkan sesak napas, napas cepat, wheezing, batuk, rasa panas atau terbakar pada saluran nafas dan mata, nyeri dada, pusing atau berkunang-kunang, dan gejala lainnya.

Andra pun pesimis dengan langkah mengungsikan anak-anak. Sebab menurut dia, Sumatera sudah dikepung oleh asap. Berbeda dengan banjir, warga bisa diungsikan ke tempat yang tidak terendam air.

Meski demikian, lanjut Andra, bagi anak-anak yang rentan terhadap resiko terpapar asap, terutama anak usia di bawah sepuluh tahun, ibu hamil, lansia, penderita penyakit jantung paru-paru, disarankan tidak ke luar rumah.

"Ada yang lebih memprihatinkan dengan lansia yang masih bekerja mencari nafkah di luar rumah. Lalu bagaimana bisa kita menyarankan mereka untuk tidak ke luar rumah?" ucap Andra.

Akan tetapi, guna mengurangi terpapar asap, Andra menyarankan sebaiknya tetap di dalam ruangan, dengan jendela dan pintu tertutup. "Tutup tiap ada akses ke luar ruangan, air conditioner (AC) dalam mode "re-circulate", ganti filter secara teratur," saran Andra.

"Ketika ada periode berkurangnya asap, buka ventilasi-ventilasi rumah, bersihkan rumah dari partikel debu yang sudah sempat menumpuk di dalam rumah," sambung Andra.
(ant)
Sumber:merdeka.com
wwwwww