Asap Riau Makin Parah sampai Masuk ke Rumah, Selain Diserang ISPA dan Nyeri Otot, Ekonomi Juga Lumpuh

Asap Riau Makin Parah sampai Masuk ke Rumah, Selain Diserang ISPA dan Nyeri Otot, Ekonomi Juga Lumpuh

Ilustrasi sindiran pelajar menggunakan oksigen. (www.majalah-holiday.com)

Kamis, 01 Oktober 2015 07:56 WIB
Ishar D
PANGKALANKERINCI, POTRETNEWS.com - Pekatnya kabut asap di Riau akibat kebakaran hutan dan lahan, membuat hampir semua warga sakit-sakitan. Pada umumnya mengalami batuk, otot nyeri dan lemas, mual, pusing serta radang tenggorokan.

"Kondisi asap tahun ini lebih parah dari tahun lalu. Bencana kabut asap tahun kemarin dari hari ke hari pekatnya berkurang, kalau yang sekarang makin hari makin pekat. Sudah pakai masker pun, tetap sakit kepala saya kena asap ini, sampai ke dalam rumah asapnya," ujar Lilis Supiyani, seorang ibu rumah tangga di Pangkalankerinci, Kabupaten Pelalawan, Riau, kepada potretnews.com, Rabu (30/9/2015). Lilis yang sehari-hari berjualan bakso keliling membandingkan, jika tahun kemarin jarak pandang sempat mencapai 200 meter, tahun ini jarak pandang hanya 100 meter. Kemudian, penyakit yang diderita masyarakat akibat kabut asap hanya batuk batuk kecil dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Tapi, saat ini penyakit nyeri otot dan mulai menderita nyeri otot dan badan lemas. Derita masyarakat khususnya yang berprofesi sebagai pedagang seperti dirinya, kata Lilis, makin sempurnya dengan merosotnya pendapatan akibat mayoritas warga membatasi diri untuk keluar rumah.

Selain Lilis, Rahmat warga Kecamatan Sorek, kabupaten yang sama, yang dihubungi secara terpisah, juga mengeluhkan dampak kabut asap terhadap anak-anaknya yang kesemuanya masih berstatus pelajar sekolah dasar. Gejala ISPA mulai terlihat pada anak-anaknya. Bagaimana tidak, masih bocah sudah disuguhi asap, meski hanya berada di dalam rumah.

Pada bagian lain, Rahmat berharap agar pemerintah segera mengatasi kabut asap yang melanda Riau dan wilayah lain di Indonesia. ”Anak-anak sudah merindukan udara segar dan kembali ke sekolah sebagaimana aktivitas mereka sebelum adanya kabut asap,” tukas Rahmat.

Kepala Dinas Kabupaten Pelalawan dr Endid R Pratikno hingga berita ini diterbitkan belum berhasil dimintai keterangan tentang solusi terhadap warga yang menderita penyakit akibat kabut asap.

Sekadar mengingatkan, kabut asap yang melanda Provinsi Riau telah membuat korban berjatuhan. Pada 10 September 2015 lalu, seorang siswi kelas VI SD Negeri 171 Kulim, Kecamatan Tenayanraya, Pekanbaru, bernama Muhanum Anggriawati meninggal dunia setelah dirawat intensif selama beberapa hari di RSUD Arifin Achmad karena gagal pernafasan.

Ayah kandung Hanum, Mukhlis SW, menyebut sebelum terjadinya kabut asap, putri sulungnya terlihat segar-bugar dan tidak pernah mengeluh sakit.

"Seminggu yang lalu anak saya mengalami batuk yang keras, saat itu dalam kondisi kabut asap yang tebal. Jadi kami bawa langsung ke UGD RSUD Arifin Ahmad. Saat itu, ia langsung masuk ke ruang PICU dan akhirnya dia pergi Kamis (10/9/2015) kemarin. Dokter mengatakan anak saya mengalami gagal pernapasan akibat paru-parunya disesaki oleh lendir, " kata dia kepada potretnews.com pada Jumat (11/9/2015) silam, di kediamannya di Komplek Mutiara Kulim Permai, Pekanbaru.

Meski diagnosa dokter mengatakan bocah Hanum mengalami gagal pernafasan, toh banyak kalangan meyakini, penyakit gagal pernafasan yang dideritanya dikarenakan keganasan kabut asap.***

(Akham Sophian)
wwwwww