Menongkah Kerang; Berselancar di Atas Lumpur, Cara Unik Berburu Kerang ala Warga Meranti

Menongkah Kerang; Berselancar di Atas Lumpur, Cara Unik Berburu Kerang ala Warga MerantiMenongkah Kerang; Berselancar di Atas Lumpur, Cara Unik Berburu Kerang ala Warga MerantiMenongkah Kerang; Berselancar di Atas Lumpur, Cara Unik Berburu Kerang ala Warga Meranti
Minggu, 22 November 2015 10:01 WIB

MENONGKAH kerang merupakan kegiatan tradisional yang dilakukan warga Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Tradisi menongkah kerang ini dipandang unik dan cukup ekstrim, karena kegiatan berburu kerang tersebut dilakukan seperti berselancar di pantai dengan menggunakan sekeping papan yang dibuat secara khusus, dan terkadang bisa bersenggolan dengan warga lainya.

Menongkah adalah istilah masyarakat setempat yang merupakan tekhnik dalam menangkap kerang di pantai yang biasa dilakukan oleh masyarakat pesisir di Provinsi Riau, khusunya di Kabupaten Kepulauan Meranti.

Kegiatan tradisional ini menggunakan sekeping papan atau yang disebut tongkah, sebagai tumpuan sebelah kaki dan tempat mengumpulkan kerang yang telah didapatkan. Sementara sebelah kaki lagi berfungsi sebagai pengayuh/pendorong tongkah, layaknya seperti berselancar.

Tongkah itu sendiri bagi warga Meranti tidak sembarangan, karena pada umumnya harus terbuat dari jenis kayu Pulai dan Jelutung. Namun seiring makin langkanya dua jenis kayu tersebut, saat ini masyarakat membuat Tongkah, dari kayu lainnya yang lebih ringan.

Ujung tongkah biasanya berbentuk lonjong (lancip) dan sedikit melengkung ke atas supaya pergerakannya lancar. Sebab, bila kurang melengkung atau biasa disebut melentik, seringkali tongkah menghujam atau menancap ke dalam lumpur.

Bentuk tongkah ini juga unik, sangat mirip sekali dengan papan selancar yang sering digunakan untuk para altet/ olahragawan air (peselancar).

Menongkah kerang yang kerap dilakukan sebagian besar masyarakat khususnya kaum nelayan ini dinilai merupakan kegiatan yang unik dan punya daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Bahkan tidak sedikit para bule (sebutas wisatawan luar negeri) acap kali turut serta berbaur dengan warga dan mencoba menongkah diatas lumpur.

Tradisi ini, menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Riau Fahmizal Usman, merupakan kebiasaan masyarakat yang berisfat atraktif, unik dan layak untuk diangkat menjadi objek wisata di Kabupaten Kepulauan Meranti.

"Karena unik inilah kita memandang perlu untuk dilakukan promosi terhadap kegiatan masyarakat tersebut. Alhamdulilah 2015 adalah tahun ketiga dimana akan digelar kembali Pesta Pantai Tanjung Pisang di pesisir Pulau Padang, guna lebih diperkenalkan kepada wisatawan," ungkap Fahmi, Sabtu (21/11/2015).

Menurutnya, kegiatan yang digelar di Desa Tanjung Pisang, Kecamatan Tasik Putri Puyu itu akan dikemas dengan berbagai perlombaan khas daerah terutama lomba mendongkah atau berselancar di lumpur.

"Kegiatan tersebut direncanakan akan dilaksan setiap setahun sekali, tepat di bulan November. Untuk itu kami akan terus menyokong jalanya iven tersebut dengan cara mempromosikan kepada halayak ramai, termasuk juga di stand kami Cerita Baru Center yang ada di gedung Dinas Pariwisata Riau," sambungnya.

Sementara itu Sekretaris Disparpora Kepulauan meranti Drs H Ismail Arsyad MSi kepada GoRiau.com mengatakan, bahwa pesta pantai Tanjung Pisang akan dilaksanakan seperti tahun lalu. Di mana terdapat perlombaan mendongkah, dan panggung hiburan di tepi Pantai Desa Tanjung Pisang.

"Melalui kegiatan yang sudah memasuki tahun ketiga ini, kami berharap bisa lebih meriah dan ramai, sehingga nantinya dapat membantu meningkatkan ekonomi masyarakat tempatan," tutur Ismail.

Ditambahkannya bahwa pada tahun 2015 ini, Dinas Pariwisata Riau juga ikut mendukung dan berpartisipasi membantu menyediakan seragam, termasuk juga mengirimkan tim penari dari provinsi untuk memeriahkan pesta pantai tersebut.

"Dalam acara festival mendongkah ini juga akan ditonjolkan kuliner khas daerah seperti "Susu Dara" yang berbahan dasar biota laut. "Susu Dara" ini diharapkan bisa menjadikan daya tarik bagi wisatawan," ungkapnya lagi.

Festival Mendongkah menurut Ismail, awalnya merupakan sebuah tradisi masyarakat Kecamatan Tasik Putripuyu dalam mencari kerang. Agar mempermudah masyarakat dalam mencari kerang di lumpur, masyarakat setempat menggunakan sebilah papan yang mirip papan selancar.

"Uniknya itu terlihat saat masyakarat meluncur di atas lumpur. Keunikan itu yang kita angkat dalam festival tersebut," pungkasnya. ***

sumber: Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Riau

(Wawan Setiawan)
Kategori : Wisata
Sumber:GoRiau.com
wwwwww