Malu Tubuhnya Dipenuhi Kutil, Basir Mengucilkan Diri di Hutan Selama 20 Tahun

Malu Tubuhnya Dipenuhi Kutil, Basir Mengucilkan Diri di Hutan Selama 20 Tahun

Basir (35) warga Binuang Polewali Mandar terpaksa memiliih hidup terkucil di tengah hutan sejak 20 tahun lalau karena malu dna minder bergaul akibat kondiisi penyakit aneh berupa kutil yang tumbuh di sekujur tubuhnya. (kompas.com)

Senin, 11 Januari 2016 10:10 WIB
POLEWALI MANDAR, POTRETNEWS.com - Lantaran malu dan minder bergaul dengan masyarakat sekitarnya karena mengidap penyakit aneh sejak kecil—mirip kutil, berukuran kecil hingga sebesar bola, dan memenuhi sekujur tubuhnya—seorang pemuda sebatang kara di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, memilih hidup menyendiri di tengah hutan. Hidup tak menentu di tengah kondisi yang serba kekurangan termasuk untuk makan sehari-hari sudah dijalaninya selama hampir 20 tahun terakhir.

Basir, pemuda berusia 35 tahun yang hidup sebatang kara di Dusun Passembarang, Desa Batetangga, Kecamatan Binuang, Polewali Mandar, ini terpaksa memilih hidup terasing alias menyendiri di hutan, di sebuah gubuk 2 x 3 meter beratap rumbia dan berdinding papan.

Kondisi ini sudah dilakoni Basir selama hampir 20 tahun. Selain malu, ia juga tak punya sanak keluarga sejak kedua orangtuanya meninggal beberapa tahun lalu.

Salah satu kutil berukuran besar, yang melebihi ukuran bola, diakui Basir sangat menyiksa, terutama ketika ia tidur.

Menurut Basir, kutil ini semula hanya tumbuh beberapa biji di badannya. Namun, lama-kelamaan, tubuhnya semakin dipenuhi kutil.

Kutil tak hanya tumbuh liar di badan, tetapi juga di kepala, di hidung, hingga di kelopak mata yang membuat Basir makin kesulitan melihat.

Basir bingung karena tak bisa mengakses sarana kesehatan seperti warga lainnya. Jangankan berobat atau menjalani operasi agar penyakitnya sembuh, untuk membeli makanan saja, hal itu tak menentu.

"Malu bergaul karena penyakit saya, Pak. Orangtua saya meninggal beberapa tahun lalu. Saya tinggal sendiri," ujar Basir.

Basir tak hanya harus hidup seorang diri di tengah hutan selama bertahun-tahun lamanya tanpa sanak saudara. Di tengah kondisi penyakit yang tak kunjung sembuh, Basir masih harus berjuang hidup mengurus dirinya sendiri.

Basir mengaku hanya hidup dari belas kasihan warga yang bersimpati dan prihatin dengan hidupnya. Jika tak ada pemberian makan dari warga, Basir kerap hidup berburu hewan liar atau buah-buahan musiman yang jatuh dari pohonnya.

Basir mengaku sering kali merasakan kesakitan luar biasa, terutama pada malam hari. Akibat penyakit kutil yang terus tumbuh di badannya, Basir pun kesulitan untuk tidur nyenyak. Penyakit aneh ini diderita Basir sejak dia masih berusia 12 tahun.

Belum diketahui, penyebab penyakit aneh yang diderita pemuda malang ini. Ia mengaku sudah menggunakan ramuan tradisional, termasuk jasa dukun kampung. Namun, ia tak kunjung sembuh.

Kehidupan Basir di gubuk yang kecil ini pun sungguh memprihatinkan. Tak ada fasilitas listrik. Pada malam hari, Basir hanya berteman gulita hingga pagi hari. Jangankan ada televisi dan kulkas, radio saja tak punya.

Basir setiap malam hanya ditemani dua bantal kapuk yang sudah usang dan sobek tanpa alas kasur. Kondisi ini membuat badan Basir yang dipenuhi kutil merasakan sakit luar biasa saat terbaring lantaran tidur hanya beralaskan papan.

Menurut Basir, meski sudah bertahun-tahun hidup dengan penyakit yang menyiksa tubuh dan jiwanya seperti ini, ia tak sekali pun dikunjungi petugas kesehatan.

Basir tak punya mimpi yang muluk-muluk. Ia hanya berharap, kelak ia bisa sembuh dan ia bisa hidup normal di tengah masyarakat.

Basir mengharapkan uluran tangan dari pemerintah dan para dermawan agar penyakit yang dideritanya kelak bisa disembuhkan. ***

(M Yamin Indra)
Kategori : Serbaneka
Sumber:Kompas.com
wwwwww