Suami Ini Ceraikan Istrinya karena Setiap Kali Ingin "Begituan" Si Istri Telat Datang Sementara Dia Terlanjur Minum Obat Kuat

Suami Ini Ceraikan Istrinya karena Setiap Kali Ingin

Ilustrasi pasangan.

Rabu, 11 November 2015 03:28 WIB
SURABAYA, POTRETNEWS.com - Memilih jadi wanita karier yang jauh dari suami memang berat. Kendati demikian, sebagai istri yang baik, Karin, 40 (nama samaran), tetap bertanggung jawab dengan selalu menyempatkan pulang-pergi Solo-Surabaya setiap akhir pekan. Si suami, sebut Donjuan, 44, selalu setia menunggu kehadiran istri tercinta supaya bisa ”setor” tiap minggu. Jauh dari suami sungguh tidak enak. Itu dirasakan Karin. Wanita karier di salah satu instansi pemerintahan di Surabaya, Jawa Timur tersebut termasuk golongan jablai alias jarang dibelai.

Ingin disayang suami, nunggu libur. Ingin bobok berdua, nunggu libur. Bahkan, ingin sekadar dicium suami, juga harus nunggu libur.

Maklum, Karin baru bisa bertemu suaminya yang menetap di Solo pada akhir pekan saat libur kerja. Itu pun tidak lama. Minggu malam dia harus sudah balik ke Surabaya untuk kembali bekerja.

Karin tak bisa berbuat apa-apa. Sebab, Donjuan tidak mau hijrah ke Surabaya demi mempertahankan bisnis tekstilnya di Kota Batik. Padahal, bisnis yang turun-temurun dari keluarga besar Donjuan itu acap merugi.

Sebagai pebisnis, Donjuan termasuk kaku. Dia tidak mau mengutangkan produknya atau menggunakan teknik pemasaran modern secara online maupun lewat media sosial dan lainnya. Sebagai pebisnis tekstil yang harus mengikuti perkembangan fashion, dia juga termasuk old style.

Bisnisnya kian habis karena kini banyak pebisnis muda yang lebih kreatif dalam memasarkan produk dan memadupadankan produk tekstil. ”Pada 2007 sebelum batik booming, saya sudah minta dia buka toko di Surabaya. Tapi, dia belani urip nang Solo yang jelas-jelas tidak ada masa depannya,” ujar Karin dengan ketus di sela sidang gugatan cerainya di Pengadilan Agama Surabaya, Jalan Ketintang Madya, Senin (9/11/2015).

Tentu sebagai PNS yang merintis karier di Surabaya, Karin tak bisa ikut ke Solo. Sejak kecil, dua anaknya juga tinggal di Surabaya. ”Mertua sudah meninggal. Makanya, anak-anak ikut saya di Surabaya. Kalau saya kerja, anak-anak diasuh sama bapak dan ibu,” papar wanita yang tinggal di kawasan Nginden itu.

Dengan pekerjaan dan seluruh keluarganya di Surabaya, seharusnya Donjuan bisa mengalah. Orang tua Karin pun siap merenovasi rumah supaya bisa digunakan untuk bisnis tekstil. Tapi, upaya tersebut tak mendapat respons dari Donjuan.

”Usaha saya merayu suami sudah mentok. Akhirnya saya yang ngalah. Tiap Jumat malam, saya yang pulang ke Solo menemui suami,” jelas Karin.

Hampir 12 tahun Karin rela bolak-balik Surabaya-Solo demi menemui sang suami. Selain melepas rindu, pulang ke Solo juga merupakan ibadah untuk menunaikan tanggung jawabnya sebagai seorang istri.

Donjuan pun selalu menyambut istrinya dengan penuh mesra dan perasaan bahagia. Waktu libur selama dua hari, Sabtu dan Minggu, benar-benar mereka manfaatkan sebaik mungkin. Kadang Donjuan yang mengajak jalan-jalan Karin ke Jogja atau menginap di hotel.

Pokoknya, selama berdua, mereka berprinsip ”dunia milik berdua”. Sayang, romantika hubungan long distance tersebut mulai redup setahun terakhir. Karin merasa bahwa pengorbanannya selama ini tidak pernah dihargai oleh Donjuan.

Setiap pulang ke Solo, dia tidak disayang, tapi malah dimarahi. Karin pun mengajukan gugatan cerai ke PA Surabaya awal Oktober lalu. ”Bayangkan, saya belani naik bus atau kereta api, meninggalkan anak-anak di rumah, dan pastinya kena macet. Eh, datang bukannya dipijitin atau disayang, tapi dimarahi habis-habisan sama suami. Alasannya, dia sudah kadung minum obat penguat dari tadi,” ungkap Karin sembari tersenyum ketika membuka rahasia rumah tangganya.

Mungkin, karena telanjur bertenaga sekuat Bima setelah minum jamu Kuku Bima, Donjuan ternyata tak bisa langsung ”membasahi” ladang istrinya karena kecapekan atau si istri malah datang kesiangan karena macet.

Imbasnya, badannya malah sakit semua dan kepala jadi pusing. ”Saya juga paham itu, tapi mbok dia tidak egois dan mengerti fisik dan psikis saya yang habis di jalan. Memang Surabaya-Solo iku koyok kene (PA) nak Royal tah?,” ucap Karin dengan nada ketus.

Dengan blak-blakan, dia mengakui bahwa alasan proses pendaftaran gugat cerai itu adalah urusan biologis. ”Biar saja semua tahu,” tandasnya.

Sementara itu, pengacara Donjuan, Hendro Kusumo, menerangkan bahwa kliennya masih mencintai Karin dan anak-anaknya. Bahkan, Donjuan rela datang jauh-jauh ke Surabaya untuk memperbaiki hubungan mereka.

”Tapi, kalau Pak Juan disuruh tinggal di Surabaya, kayaknya belum mau. Dia kan punya bisnis keluarga di Solo. Saya di sini cuma membantu Pak Juan mengurus proses cerainya karena dia di Solo,” paparnya. ***

(M Yamin Indra)
Kategori : Serbaneka
Sumber:Jawapos.com
wwwwww