Sudah 14 Tahun Tak Ada Daging Kurban di Dua Desa Ini

Sudah 14 Tahun Tak Ada Daging Kurban di Dua Desa Ini

Walau masih masuk wilayah Kabupaten Bogor, akses menuju Desa Sirna Jaya dan Desa Warga Jaya cukup ekstrim karena harus melewati lembah, jalan tanah, dan sungai.

Sabtu, 26 September 2015 00:08 WIB
BOGOR, POTRETNEWS.com – Ada pemandangan berbeda pada Idul Adha 1436 Hijriah di Desa Sirna Jaya dan Desa Warga Jaya, Kecamatan Sukamakmur, Bogor. Sebanyak 20 ekor kambing sengaja didatangkan untuk dibagi kepada 491 kepala keluarga pada Kamis (24/9/2015). "Belum pernah ada kurban sejak 2001 di sini," kata Usuf Kodok, Ketua RT Kampung Rawa Gede, Desa Sirna Jaya.

Dua desa terpencil di Kabupaten Bogor itu terpilih menjadi salah satu tujuan program "Kurban Pak Kumis" dari Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu). Program tersebut memang singkatan beken dari penghimpunan dan penyaluran kurban Lazismu yang menyasar pedesaan, wilayah terpencil, dan kantong-kantong kemiskinan.

Pemilihan kedua desa tersebut bukan tanpa alasan. Warga setempat yang mayoritas berprofesi sebagai petani kopi kebanyakan berasal dari keluarga miskin. Bahkan, Usuf menuturkan, banyak penduduk desa harus rela menjual tanah, harta mereka satu-satunya, untuk menyambung hidup.

"Mau bagaimana lagi. Kalaupun bertani, hasilnya tidak banyak terjual karena kemampuan kami terbatas," kata Usuf.

Sebelumnya, komunitas hobi offroad yang bekerja sama dengan Lazismu dalam pendistribusian kurban telah melakukan survei ke tempat itu. Komunitas tersebut adalah Indonesia Ride Adventure dan Nusantaride. Mereka menjadi penanggung jawab khusus distribusi kurban ke dua desa itu.

"Kawan-kawan juga mendapat peta baru dan pengalaman baru saat melintasi kampung-kampung terpencil," kata Jack, relawan dari Indonesia Ride Adventure yang sudah sepuluh tahun malang-melintang di komunitas motor offroad.

Jack mengatakan, walaupun masih masuk wilayah Kabupaten Bogor, akses menuju kedua desa itu cukup ekstrem. Perjalanan kesana harus melewati lembah dan jalan tanah.

"Jarak tempuh yang jauh dengan medan berat seperti ini tidak menyurutkan niat kami untuk beramal," kata Gitri, rider perempuan satu-satunya yang berpartisipasi bersama Nusantaride.

Kehidupan warga di kedua desa itu masih terbilang sangat tradisional karena jauh dari sentuhan kota. Tufail, salah satu anggota komunitas, mengaku melihat realitas berbeda dari yang biasa dia temui di perkotaan.

"Ketimpangan sosial yang menganga saya temui di raut wajah anak-anak Kampung Rawa Gede (Desa Sirna Jaya) yang jauh berbeda dengan anak-anak sebaya yang tinggal di kota," ujar Tufail.

Untuk itulah, momen hari kurban itu dijadikan beberapa kalangan sebagai waktu yang tepat untuk mengekspresikan kepeduliannya terhadap kaum papa.

"Inilah waktunya mereka bahagia," kata Gitri.

"Kami bahagia karena dapat menikmati daging segar kurban bersama-sama," ucap Hasan, warga Desa Warga Jaya.***

(Akham Sophian)
Kategori : Serbaneka
Sumber:Kompas.com
wwwwww