Beberapa Versi Asal-usul Nama ”Siak” dan Rahasia yang Belum Terungkap

Beberapa Versi Asal-usul Nama ”Siak” dan Rahasia yang Belum Terungkap

Ilustrasi.

Rabu, 20 Januari 2016 22:51 WIB
SIAK, POTRETNEWS.com - Karena sangat terbatasnya bukti-bukti pemberitaan dan peninggalan sejarah yang ditemui, belum dapatnya ditunjukkan suatu kepastian tahun bila sebenarnya Siak atau kerajaan Siak pertama ini timbul. Tetapi perihal adanya suatu kerajaan Siak pada zaman itu dapat dipastikan, yaitu disebutnya nama “Siak” dalam sumber-sumber sejarah Indonesia. Misalnya dalam Negarakertagama pupuh 13/1-2; Pararaton; Tarich Tiongkok; Sedjarah Melajoe dan dalam karangan yang ditulis oleh N.J. Ryan., Prof. Dr. Slamet Muljono, Prof. Hamka, serta ahli sejarah mutakhir.

Dalam berita sumber-sumber sejarah kuno (zaman Hindu/Budha) meskipun tidak tersebut dengan tegas bahwa Siak itu kerajaan, namun sangatlah mendekati kepastian bahwa yang disebut Siak itu adalah suatu kerajaan yang lokasinya pasti di salah satu tempat di sepanjang sungai Siak.

Lazimnya bahwa sejak dahulu penyebutan nama kerajaan tidak senantiasa harus disebut secara lengkap dengan wilayahnya. Demikian pula halnya dengan kerajaan Siak, dimana dalam sumber-sumber sejarah sering hanya disebut “Siak” saja.

Bahkan Kerajaan Siak bersama-sama kerajaan Melayu lainnya seperti: Indragiri, Kampar, Bintan dalam sejarah Indonesia sudah lama dikenal dan lazim dicakup saja dalam satu sebutan yaitu kerajaan “Melayu”. Bahkan ada yang berpendapat bahwa kerajaan Sriwijaya itu adalah kelanjutan dari kerajaan Melayu Lama.

Penyebutan kata “Siak” sudah terdapat di berbagai sumber sejarah nasional Indonesia. Baik yang ditulis oleh pujangga-pujangga zaman Hindu/Budha dahulu maupun oleh para sejarawan modern Indonesia dan asing.

Adapun sekarang, kata “Siak” tersebut menjadi nama dari sebuah sungai, yaitu Sungai Siak yang didapati bekas-bekas Kerajaan Siak di sepanjang aliran sungai tersebut. Mengenai arti kata “Siak” terdapat bermacam-macam pendapat, seprerti:

1). Kata “Siak” menurut bahasa Tapanuli Selatan berarti “pedas”
2). Kata “Siak” ada yang mengatakan berasal dari kata “Suak”
3). Kata “Siak” ada yang menyatakan berasal dari suatu nama panggilan yang diberikan kepada orang yang menjaga mesjid.
4). Kata “Siak” ada yang menyatakan berasal dari nama tumbuh-tumbuhan sejenis perdu yang bernama “Siak-siak”.

Dari beberapa arti kata tersebut, timbul beberapa kemungkinan

ad. 1. Apabila diartikan “pedas” (bahasa Tapanuli Selatan), pastilah mempunyai latar belakang hubungan dengan Tapanuli. Sedangkan kenyataannya tidak ada fakta-fakta menunjukkan bahwa dalam kerajaan Siak ada unsur-unsur Tapanuli yang bersifat monumental.

ad. 2. Kalau yang dimaksud dari arti kata “Suak” tentulah perkataan “suak” mempunyai arti keseragaman. Kenyataannya sampai sekarang kata “suak” dan kata “siak” dalam arti yang berdiri sendiri, seperti kata Sungai Siak, kota Siak. Sedangkan “Suak” diartikan nama suatu tempat atau kampung yang dialiri oleh anak sungai yang kecil sebagaimana banyak terdapat di sepanjang Sungai Siak, misalnya: Suak Gelanggang, Suak Rengas, Suak Lanjut, Suak Santai, Suak Djil, dan sebagainya. Dalam hal ini tidak dipakai kata “siak”. Dengan demikian jelaslah bahwa kata “siak” bukanlah kata yang diturunkan atau perubahan mophologis dari kata “suak”.

ad. 3. Kalau kata “siak” diartikan seorang penjaga masjid tentulah dahulunya daerah siak itu merupakan kerajaan Islam dan kalau kita pelajari ketika Siak di bawah pengaruh Melaka dan Johor merupakan kerajaan yang beragama Islam. Akan tetapi jauh sebelum ini kerajaan Siak sudah ada, sebagaimana disebutkan dalam Kertagama pupuh 13/1-2 menyebut: “Minangkabau, Siak, Rokan dan Kampar di bawah kekuasaan Majapahit”. Dalam perkembangan sejarah Indonesia tidak pernah ada sumber yang menyebutkan kerajaan beragama Islam yang tunduk di bawah kekuasaan Majapahit (Hindu/Budha).

ad. 4. Jika kata “Siak” diambil dari nama tumbuh-tumbuhan yang bernama “siak-siak”, maka harus ada hubungan antara kerajaan Siak dengan tumbuh-tumbuhan tersebut.

Dalam hal ini dapat dihubungkan teori yang diketengahkan oleh J. Kern., Prof. Pubotjoroko dan Prof. Muhammad Yamin tentang pemberian nama kerajaan/raja berdasarkan flora-fauna, dimana nama-nama kerajaan lazim diambil dari nama tumbuh-tumbuhan (flora) dan nama raja diambil dari nama-nama hewan (fauna) seperti halnya nama kerajaan dan raja berikut ini:

a. Majapahit, dari nama pohon “maja” yang buahnya pahit.
b. Tarumanegara, dari nama pohon “tarum”.
c. Galih Pakuan, dari nama tumbuh-tumbuhan “paku-pakuan/pakis”.
d. Malaka, dari nama pohon “malaka”.
e. Johor, dari nama pohon”johar”.

Sedangkan nama-nama raja:
a. Hayam Wuruk, dari kata “hayam/ayam”.
b. Gajad Mada, dari kata “gajah”.
c. Si Singamangaraja, dari kata “singa”.
d. Munding Wangi, dari kata yang bermakna “kerbau”.
e. Sawunggaling, dari kata yang bermakna “ayam jantan”.

Berdasarkan hal tersebut, berkemungkinan sekali bahwa sebutan kata “siak” diambil dari nama tumbuh-tumbuhan (flora). Dan memang di sekitar aliran sungai Siak maupun di sekitar bekas kerajaan Siak banyak sekali terdapat tumbuhan jenis perdu yang bernama “siak-siak”. Oleh masyarakat setempat, tumbuh-tumbuhan itu biasa dipergunakan sebagai bahan obat-obatan dan wangi-wangian. (Tim Penulis: hlm. 4-5).

Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa; kata “Siak” dalam anggapan masyarakat Melayu sangat bertali erat dengan agama Islam, Orang Siak ialah orang-orang yang ahli agama Islam, kalau seseorang hidupnya tekun beragama dapat dikatakan sebagai Orang Siak. Selanjutnya nama “Siak”, dapat merujuk kepada sebuah klan di kawasan antara Pakistan dan India, Sihag atau Asiagh yang bermaksud pedang. Masyarakat ini dikaitkan dengan bangsa Asii, masyarakat nomaden yang disebut oleh masyarakat Romawi, dan diidentifikasikan sebagai Sakai oleh Strabo seorang penulis geografi dari Yunani. Berkaitan dengan ini pada sehiliran Sungai Siak sampai hari ini masih dijumpai masyarakat terasing yang dinamakan sebagai Orang Sakai. ***

Sumber:
facebook.com/notes/gp-ade-darmawi

(Mukhlis)
Kategori : Potret Riau
wwwwww