Setelah Positif HIV, Nenek Ini Jadi Konselor ODHA

Setelah Positif HIV, Nenek Ini Jadi Konselor ODHA

Ilustrasi.

Selasa, 01 Desember 2015 23:30 WIB
KENDARI, POTRETNEWS.com - Dunia serasa runtuh ketika dokter menyampaikan bahwa HT telah terjangkit virus human immunodeficiency virus (HIV). Ibu rumah tangga berusia 54 tahun warga Kota Kendari, Sulawesi Tenggara itu tertular virus mematikan tersebut dari suaminya yang telah meninggal dunia lima tahun silam, akibat penyakit paru-paru. “Suamiku paru-parunya sudah dilumuri dengan cairan dan harus dioperasi, saya sempat dikeluarkan dari ruangan kamar dan sempat protes karena itu suami saya. Kemudian saya bawa suamiku ke rumah sakit di Makassar dan di situ dokter melakukan pemeriksaan dan dia positif HIV,” kenang HT, Selasa (1/12/2015).

Pascakematian suaminya, HT kemudian menemui Ketua konselor RS Wahidin di Makassar dr Mahmud. Dokter menyarankan HT untuk menjalani pemeriksaan HIV.

“Dua kali dites dan benar saya positif, langsung saya drop dan pingsan. Dokter Mahmud terus memberikan saya semangat hidup, pulang ke rumah di Kendari ada dua konselor rumah sakit provinsi Sultra datangi saya terus dan saya usir,” ungkapnya.

Awalnya, lanjut HT, hanya anaknya yang mengetahui jika dirinya adalah orang dengan HIV AIDS (ODHA).

Namun, belakang lingkungan sekitarnya juga telah mengetahui kondisi kesehatannya itu.

“Saya sempat dikucilkan tetangga, tapi ada beberapa orang yang juga pegawai rumah sakit selalu membela saya dan memberikan pemahaman kepada warga termasuk ibu lurah dan camat turun langsung dan alhamdullilah sekarang sudah biasa," ujar dia.

"Seharusnya sudah tidak ada lagi diskriminasi dan stigma jelek terhadap ODHA, karena Kota Kendari dan Pemerintah Provinsi sudah menerbitkan perda penangulangan HIV AIDS,” katanya.

Sejak kondisinya sebagai ODHA diketahui banyak orang, usaha yang selama ini menjadi pendukung ekonomi keluarganya mulai menurun.

Meski demikian, HT berusaha tetap bersemangat menjalani hidup. Sejak dirinya tertular virus HIV tahun 2012 lalu, HT rajin melakukan terapi antiretroviral (ARV).

Terapi itu dilakukan untuk melawan infeksi yang diakibatkan virus tersebut.

“Obatnya itu mahal bu, satu butir sampai Rp 80.000. Nah kalau saya mungkin masih bisa beli obatnya karena anak-anakku bisa membantu, lalu bagaimana dengan ODHA yang kurang mampu tidak semua penderita orang mampu,” imbuhnya.

Saat ini, HT bergabung dengan Lembaga Advokasi HIV AIDS (LAHA) Sultra. Bahkan, dia menjadi petugas Dukungan Konselor Sebaya (KDS) yang memotivasi para ODHA. ***

(M Yamin Indra)
Kategori : Nasional
Sumber:Kompas.com
wwwwww