Modus Investigasi, Ujung-ujungnya Minta Uang Damai Rp 5 Juta, Eks Wartawan Tewas Dikeroyok

Modus Investigasi, Ujung-ujungnya Minta Uang Damai Rp 5 Juta, Eks Wartawan Tewas Dikeroyok

Ilustrasi pengeroyokan. (tempo.co)

Sabtu, 12 September 2015 03:25 WIB
BANDUNG, POTRETNEWS.com - Rian Permana, 35 tahun, tewas setelah dikeroyok warga di Desa Gelarwangi, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, Rabu malam, 9 September 2015. Aksi pengeroyokan tersebut diduga akibat korban melakukan pemerasan terhadap warga dengan mengaku sebagai wartawan. Kepala Bidang Humas Kepolisan Daerah Jawa Barat Komisaris Besar Sulistio Pudjo mengatakan latar belakang terjadinya pengeroyokan tersebut diduga dilaterbelakangi oleh aksi pemerasan yang dilakukan korban terhadap warga. Menurut dia, saat itu Rian dan temannya bernama Syahrim, 44 tahun, mendatangi warga yang sedang membangun rumah.

“Kemudian dengan alasan investigasi, mereka menanyakan asal usul kayu yang digunakan masyarakat untuk membangun rumah,” ujar Pudjo kepada wartawan, Jumat, 11 September 2015.

Pudjo melanjutkan, setelah diketahui warga tersebut menggunakan kayu yang diambil dari hutan, para korban mengancam akan melaporkan warga kepada pihak berwenang dengan isu ilegal logging. “Tapi itu hanya upaya menakut-nakuti masyarakat,” ujar dia.

Keesokan harinya, kedua korban tersebut, mendatangi si pemilik rumah untuk mencapai kesepakatan bahwa si pemilik rumah tidak akan dilaporkan dengan syarat si pemilik rumah memberikan uang sebesar Rp 5 juta kepada para korban. “Entah apa penyebabnya, malam harinya kedua korban dikeroyok warga,’ ujar Pudjo.

Menurut Pudjo, hingga saat ini profesi kedua korban masih simpang siur. Apakah pada saat ia mendatangi warga mereka benar-benar melakukan peliputan sebagai seorang jurnalis atau profesi jurnalis hanya menjadi kedok kedua korban. Namun, ia mengatakan, berdasarkan informasi dari wartawan yang bekerja di wilayah Cianjur, kedua korban tersebut merupakan wartawan tidak jelas atau perusahaan medianya tidak diketahui.

“Sementara menurut keterangan dari rekan-rekan media cetak dan elektronik di Cianjur dua orang tersebut wartawan tidak jelas,” ujar Pudjo. “Hasil pelacakan kedua korban bukan wartawan Metro Jabar, bukan Wartawan Garut Express bukan pula Warta Jabar

Untuk memastikan hal tersebut, Tempo mencoba menghubungi salah satu redaktur pelaksana Garut Express Ecep Muhamad Agus. Kepada Tempo, ia memastikan bahwa Rian pernah bekerja sebagai reporter di harian Garut Express.

Namun, pada saat peristiwa pengeroyokan tersebut terjadi, Rian sudah resmi keluar dari Garut Ekpres. “Sudah sekitar 4 bulan yang lalu almarhum sudah tidak bekerja di Garut Express,” ujar Ecep kepada Tempo melalui sambungan telepon, Jumat, 11 September 2015.

Ecep mengatakan, Rian sempat bekerja menjadi reporter di harian Garut Express selama satu tahun. selain menjadi reporter,ia mengatakan, Rian pun merangkap sebagai agen di wilayah Garut Selatan. “Dulu dia ditugasi di wilayah Garut Selatan,” ujarnya.

Ia pun mengatakan, alasan Rian keluar dari harian tersebut lantaran masalah utang. Rian, kata dia, berurusan dengan perusahaan lantaran belum mengembalikan uang penjualan koran kepada perusahaan. “Dia diskor lantaran punya utang ke perusahaan. Tapi sampai saat ini dia masih memakai kartu pers Garut Express,” ujar dia.

Akibat peristiwaa pengeroyokan tersebut Rian meninggal dunia, saat ini jenazah Rian masih berada di Rumah Sakit Sartika Asih untuk divisum. Sedangkan Syahrim mengalami luka seurius akibat poengeroyokan. Saat ini Polisi telah menangkap sepuluh warga yang diduga pelaku pengeroyokan terhadap korban. (iqbal t lazuardi s)

(Mario A Khair)
Kategori : Nasional
Sumber:Tempo.co
wwwwww