Kisah Sedih Nurlaila,TKI Aceh Korban Kapal Karam di Malaysia

Kisah Sedih Nurlaila,TKI Aceh Korban Kapal Karam di Malaysia

Ilustrasi kapal karam. (remacle.org)

Kamis, 10 September 2015 06:34 WIB
TEMPO.CO, POTRETNEWS.com - Lima jenazah warga Aceh korban kapal karam di Malaysia, tiba di Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, Selasa 8 September 2015. Salah satu jenazah adalah Nurlaila binti Abdul Wahab, 41 tahun, TKI yang telah dua tahun bekerja di sana. Begitu tiba, jenazah Nurlaila dibawa langsung ke kampung halaman, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar. “Malam itu juga kami kebumikan,” kata Maryana, kakak korban kepada Tempo, Rabu 9 September 2015.

“Begitu ada kepastian jenazah adiknya dibawa pulang, masyarakat langsung menyiapkan liang lahat untuk almarhumah,” sambungnya.

Nurlaila adalah TKI yang telah berada di Malaysia sejak pertengahan 2013 lalu. Dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Setelah satu tahun, masa kerjanya selesai dan pulang ke Aceh. Selanjutnya pada November 2014, dia berangkat lagi setelah mendapat pekerjaanbaru di sana. “Dia berangkat secara resmi,” kisah Maryana.

Nurlaila mendapat majikan yang kurang bersahabat dan beda agama. Majikannya kerap berlaku kasar dan melarang dia beribadah. Paspornya ditahan saat mulai bekerja. “Hal itu sempat diceritakannya ke saya.”

Karena tidak tahan, setelah hampir satu tahun bekerja, Nurlaila melarikan diri dari rumah majikannya. Tentu saja paspornya tak bisa dikantonginya. Keluarganya di Aceh dikabarkan, bahwa dia akan segera pulang. Tetapi bukan lewat jalur resmi.

Satu hari sebelum musibah, Rabu 2 September 2015, Nurlaila menghubungi Maryana. Dia memastikan akan pulang dengan jalur belakang, memakai kapal laut. “Baju untuk anak-anak dan handphone murah-murah, telah saya beli,” kata Maryana mengutip kalimat Nurlaila.

Itulah komunikasi terakhir Maryana dan Nurlaila. Kapal yang membawanya bersama puluhan TKI lainnya karam di Perairan Sabak Bernam, Selangor Malaysia, 3 September 2015. Sebanyak 62 orang ditemukan meninggal dan 20 orang lainnya selamat dalam musibah tersebut. Kapal itu seharusnya bermuatan maksimal 16 orang.

Maryana mengetahui nasib adiknya setelah dikabari seorang rekan Nurlaila dari Malaysia. Rekannya itu juga yang mencari data ke KBRI, sampai akhirnya pihak KBRI menghubunginya untuk memberi kabar duka.

Nurlaila meninggalkan empat anaknya; Nurul Aflah (22 tahun), Ujang Supriadi (20 tahun), Putri (14 tahun), Reza Fahlevi ( 10 tahun). Anaknya yang paling tua telah berumah tangga. “Dua anak yang masih di bawah umur tinggal bersama saya dan neneknya,” kata Maryana.(adi warsidi)

(Mario A Khair)
Kategori : Nasional
Sumber:Tempo.co
wwwwww