Kisah Bocah 10 Tahun Pimpin Pasukan Melawan Taliban dan Berakhir Tragis

Kisah Bocah 10 Tahun Pimpin Pasukan Melawan Taliban dan Berakhir Tragis

Pemerintah Afghanistan menyatakan Wasil Ahmad, bocah berusia 10 tahun, sebagai pahlawan karena memimpin pasukan milisi berperang melawan Taliban tahun lalu.

Kamis, 04 Februari 2016 15:46 WIB
KABUL, POTRETNEWS.com - Pemerintah Afghanistan menyatakan Wasil Ahmad, bocah berusia 10 tahun, sebagai pahlawan karena memimpin pasukan milisi berperang melawan Taliban tahun lalu. Namun pada Senin (1/2/2016) lalu, Taliban mengumumkan telah menembak mati bocah tersebut dengan dua peluru bersarang di kepalanya. Wasil ditembak di kota Tirin Kot, ibu kota Provinsi Oruzgan selatan, beberapa bulan setelah korban meninggalkan milisi dan mendaftar ke SD kelas 4.

Wasil menjadi tentara anak karena mengikuti jejak pamannya, Mullah Abdullah Samad. Saat itu, Samad adalah komandan Taliban yang memutuskan keluar dan mendukung pasukan pemerintah. Samad memiliki 36 anak buah termasuk ayah Wasil.

Sebagai balasan atas dukungan Samad, pemerintah Afghanistan menunjuk dia sebagai komandan yang memimpin 70 anggota milisi Polisi Lokal Afghanistan di Distrik Khas Oruzgan. Pasukan Samad menjadi garda depan pemerintah melawan Taliban. Samad kehilangan 18 anak buahnya, termasuk ayah Wasil, dalam peperangan melawan Taiban.

Pada musim panas lalu, ketika Talban memperluas serangan di Afghanistan, pasukan milisi Samad tersudut. Taliban mengepung pasukan Samad selama lebih 2 bulan.

Selama pengepungan itu, Samad dan 10 anak buahnya mengalami luka akibat diserang Taliban. Dia kemuidian menunjuk keponakannya, Wasil, untuk menjadi komandan pertahanan.

"Dia bertempur seperti sebuah kejaiban," kata Samad dalam sebuah wawancara. Pengepungan oleh Taliban berakhir pada Agustus, dan pasukan Afghanistan dan Nato mengevakuasi Samad dan anak buahnya ke Tirin Kot. Mereka disambut layaknya pahlawan.

Dalam penyambutan itu, Wasil menjadi pusat perhatian karena pernah memimpin pasukan pertahanan melawan Taliban. Dengan mengenakan seragam polisi yang kedodoran, Wasil diarak oleh polisi mengelilingi kota Tirin Kot.

Namun, kehidupan Wasil tidak berlangsung lama. Pada Senin lalu, ketika Wasil berjalan keluar rumah untuk membeli sayuran, seorang pria bersenjata dengan mengendarai sepeda motor menembak bocah tersebut sebanyak dua kali di kepala. Wasil pun tewas di lokasi kejadian.

Samad mengatakan, Wasil dikubur di pemakaman Shahidano, Distrik Tirin Kot. Almarhum meninggalkan dua saudaranya. Taliban dalam website-nya bertanggung jawab atas penembakan itu.

Sementara itu, komisi Hak Asasi Manusia Afghanistan menyatakan prihatin banyaknya anak dijadikan tentara, baik oleh pemerintah maupun Taliban. Juru bicara Komisi HAM Rafiullah Baidar bocah seusia Wasil mestinya bersekolah, bukannya mengangkat senjata.

Baidar juga mengecam Taliban yang menembak mati Wasil karena bocah tersebut bukan sebuah ancaman. Dia juga menyayangkan kepolisian Afghanistan yang mengarak Wasil sambil menenteng senjata.***

Sumber:
Kompas.com

Editor:
M Yamin Indra

Kategori : Internasional
wwwwww