Gadis Yatim Piatu Disuruh Memijat oleh Oknum Pemuka Agama, Ujung-ujungnya Disuruh Pegang Alat Vital

Gadis Yatim Piatu Disuruh Memijat oleh Oknum Pemuka Agama, Ujung-ujungnya Disuruh Pegang Alat Vital

Ilustrasi pijat.

Minggu, 04 September 2022 19:24 WIB
SULUT, POTRETNEWS.com — Di usianya ke 14, Bunga (bukan nama sebenarnya, red), ditinggal sang ibu. Ibunya meninggal, menyusul ayah Bunga yang sudah meninggal 5 tahun sebelumnya. Bunga pun menjadi yatim piatu.
Suratan takdir membawanya tinggal di sebuah panti asuhan di Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara (Sulut). Dirawat di panti asuhan itu, keluarga yang masih tersisa punya harapan besar pada Bunga. Mereka memimpikan Bunga dapat cepat move on, menyongsong masa depan bahagia, unggul dalam pengetahuan, dan kuat dalam iman.

Maklum saja, pengasuh panti asuhan itu adalah seorang pemuka agama berinisial FP (46). Namun harapan tinggal harapan, yang indah dalam angan-angan, tapi menyakitkan dalam realitas. Bukannya move on, Bunga malah kian depresi. Ia diduga jadi korban pelecehan seksual dan penganiayaan yang diduga dilakukan FP. Bunga mengalami pukulan batin. Harga dirinya hancur dan ia merasa jadi orang paling malang di dunia.

Dalam periode hidupnya yang paling gelap, ia nyaris mengakhiri hidup. Jika hidup adalah penderitaan, lebih baik ia mati menyusul ayah dan ibunya. "Dia terduga pelaku," kata Satryano Pangkey, Pengabdi Bantuan Hukum YLBHI-LBH Manado, Ahad (4/9/2022), seperti tribunmanado.co.id.

Begitu tiba di panti asuhan, ia langsung diperlakukan dengan tidak layak oleh FP. Bunga diminta memijit FP, sedangkan FP mulai menyentuh Bunga. Jika menolak, FP akan menyuruh Bunga kerja berat. Sejumlah rekan Bunga yang juga menjadi korban pernah dipukul karena melawan. Saat Bunga menginjak SMK dan berumur 17, perilaku FP kian menjadi-jadi.

FP yang kerap dipanggil Father oleh penghuni panti, tak hanya meminta dipijat, tapi meminta Bunga memegang alat vital FP. Hal tersebut terjadi rutin 3-4 kali sepekan. Bunga yang tak tahan akhirnya melarikan diri dari panti asuhan pada 2021. Hanya bermodalkan sandal dan pakaian di badan, kondisinya sangat nelangsa. Tak ada tempat berteduh, pun mengadu.

Ia sempat berpikir akan mati menyusul ayah dan ibunya. Bunga lantas tinggal di Manado bersama kakaknya. Kemudian Bunga kembali Bolmong, ke rumah paman dan bibinya. Ia yang awalnya periang, jadi pemurung. Bunga sering menyendiri. Tatapannya kosong. Dia jadi malas makan, lebih sering menangis di pojok kamar.

Sang paman dan bibi yang sudah mencium gelagat buruk, lantas menanyai bunga. Ia pun mengaku telah dilecehkan.
Satryano Pangkey menuturkan, tim LBH Manado turun ke lokasi untuk menyelidiki. "Terungkap semuanya ada tujuh orang anak jadi korban, bahkan ini bisa bertambah," kata dia. Sebutnya, korban sudah melapor ke Polda Sulut. Ia berharap Polda Sulut serius menangani kasus ini. ***

Editor:
Muhammad Amin

Kategori : Hukrim
wwwwww