Home > Berita > Umum

Dari Temuan Lapangan, 243 Sapi di Riau Terpapar Lumpy Skin, Tiga Ekor Mati

Dari Temuan Lapangan, 243 Sapi di Riau Terpapar Lumpy Skin, Tiga Ekor Mati
Kamis, 10 Maret 2022 07:12 WIB

PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Temuan kasus penyakit Lumpy Skin Desease (LSD) pada hewan ternak sapi di Riau telah ditelusuri oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan setempat. Dari temuan di lapangan, setidaknya 243 ekor sapi terpapar LSD. Dari sapi yang terpapar itu, 3 ekor diantaranya mati.

"Sapi yang mati ada tiga ekor," ungkap Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau, Faralinda Sari, Rabu (9/3/2022) kemaren, seperti dilansir dari CNN Indonesia.

Menurut Faralinda, wabah LSD sapi pertama kali ditemukan di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), pada 9 Februari 2022 lalu. Namun saat ini sudah tertular di tujuh kabupaten, yakni Inhu, Pelalawan, Kampar, Dumai, Bengkalis, dan Siak. "Kasus tertinggi saat ini masih di Indragiri Hulu," ujarnya.

Faralinda menambahkan, penyakit LSD menimbulkan gejala benjol-benjol pada kulit sapi. Benjolan itu menimbulkan gatal sehingga membuat hewan ternak gelisah. Penyakit LSD juga bisa menyebabkan suhu badan hewan ternak panas.

Namun, penyakit LSD pada sapi tidak menular terhadap manusia. "Ini bukan penyakit zoonosis, bukan penyakit yang bisa pindah dari hewan ke manusia," jelasnya.

Penyakit LSD, kata Faralinda, tidak membahayakan bagi manusia yang mengkonsumsi
daging sapi. Namun kulit sapi harus dimusnahkan agar tidak menulari ke hewan lainnya.

"Sebaiknya pemotongan dilakukan di rumah pemotongan hewan (RPH), jadi bisa diawasi, untuk kulitnya memang benar-benar dipastikan dimusnahkan karena itu bisa jadi sumber penularan," ujarnya.

Meski terbilang baru, penyakit LSD sejauh ini belum meresahkan peternak sapi di Riau, karena tingkat kematiannya cukup rendah bila dibanding jembrana. Hingga kini, petani di Riau masih lebih mengkhawatirkan jembrana ketimbang LSD.

"Kematian sakit LSD ini hanya satu sampai lima persen, jadi peternak jauh lebih takut dengan penyakit jembrana karena kematiannya sampai 100 persen," tukasnya.

Terlebih progres penyembuhan cukup baik setelah dilakukan penanganan medis. "Karena sakit ini disebabkan oleh virus, belum ada obatnya, jadi kami hanya melakukan peningkatan stamina ternak, berupa pemberian vitamin dan pemberian obat demam," jelasnya.

Kasus Pertama
Temuan penyakit LSD sapi di Riau merupakan kasus pertama di Indonesia. Penyakit LSD disebabkan oleh virus yang masih satu jenis dengan penyebab cacar pada kambing dan domba.

Kasus LSD, kata Faralinda, sudah lebih dulu menyebar di sejumlah negara di Asia, terakhir kali terpantau di Malaysia pada Juni 2021. Letak geografis Provinsi Riau dengan negeri jiran dinilai turut menjadi pemicu terjadinya penyebaran penyakit LSD di Riau.

"Ini penyakit ekosistik di Indonesia, jadi di Riau ini memang pertama. Laporan pertama dilakukan petugas kami di kabupaten Indragiri Hulu," katanya.

Guna mencegah penularan, Pemerintah Provinsi Riau telah memerintahkan pemerintah daerah agar segera melakukan isolasi terhadap hewan ternak terpapar LSD hingga kondisi membaik.

"Sapi yang tertular tidak bisa sama sekali dibawa ke luar daerah," ucapnya.

Selain pengobatan, kata Faralinda, untuk pengendalian penyakit perlu dilakukan vaksinasi. Kementerian Pertanian tengah melakukan persiapan vaksinasi hingga dua pekan ke depan.

"Petugas nantinya akan melakukan vaksinasi pada radius 10 meter dari daerah wabah. Saat ini kami lakukan pelatihan untuk petugas vaksinasi," katanya.

Faralinda mengimbau petani atau peternak sapi agar selalu menjaga kebersihan kandang. Pola tradisional dengan pengasapan di sekitar kandang dinilai efektif untuk mengurangi nyamuk dan lalat yang menjadi penyebab penularan penyakit LSD tersebut.

"Karena ini penularan lewat lalat dan nyamuk, faktor kebersihan kandang sangat penting, harus selalu dibersihkan. Kami juga telah memberikan bantuan disinfektan kepada peternak," jelasnya.

Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan akan mengerahkan sumber
daya terbaik mulai dari dokter hewan hingga paramedis untuk menangani penyakit Lumpy Skin Disease (LSD).

Kasus ini ditemukan pada sapi di Provinsi Riau. "Untuk penanganan LSD di Riau, kita akan kerahkan dokter hewan dan paramedis staf Kementan di Riau untuk membantu melakukan vaksinasi," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Nasrullah dalam keterangan tertulis, beberapa waktu lalu.

LSD atau penyakit kulit berbenjol pada sapi telah ditemukan di 7 Kabupaten di Provinsi Riau. Sebelumnya, kasus serupa terjadi di beberapa negara di Asia termasuk Asia Tenggara seperti Thailand, Malaysia, Vietnam, Myanmar, Laos, dan Kamboja.***

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Umum, Riau
wwwwww