Home > Berita > Rohil

Atib Koambai, Wisata Religi di Rokan Hilir yang Dulunya Ritual Menolak Bala Wabah Kolera

Atib Koambai, Wisata Religi di Rokan Hilir yang Dulunya Ritual Menolak Bala Wabah Kolera

Atib Koambai, wisata religi di Rokan Hilir/INTERNET

Minggu, 04 Oktober 2020 10:20 WIB
Anggi Dwi Safitri

ROKANHILIR, POTRETNEWS.com — Kabupaten Rokan Hilir di Provinsi Riau memiliki sebuah event wisata religius menarik yang disebut "Atib Koambai". Wisata ini bisa ditemukan di daerah Kubu, yang masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Kubu dan Kecamatan Kubu Babussalam.

Tradisi ini biasanya dilaksanakan setiap tahun, tepatnya di hari ke-3 Lebaran. Dan uniknya lagi, peserta tradisi ini hanya dikhususkan bagi laki-laki. Atib Koambai merupakan ritual menolak bala yang memiliki sejarah tersendiri bagi masyarakat Kubu. Meratib dimaksudkan untuk mendoakan orang yang meninggal supaya Allah melapangkan arwah orang tersebut di alam kubur dan menzikirkannya.

Dahulunya, tradisi ini dilakukan oleh warga karena adanya wabah penyakit kolera yang belum diketahui obatnya. Masyarakat setempat menyebut kolera dengan sebutan penyakit taun. Penyakit ini sangat menakutkan bagi masyarakat setempat sebab sangat mudah mewabah dan dianggap sangat membahayakan.

”Atib Koambai itu dulu dibuat karena banyak penduduk yang terkena penyakit taun, jadi pemuka agama di sini berinisiatif untuk membuat tradisi ini," kata pemuka adat di Kubu Babussalam, Ahmad, saat dihubungi melalui telepon oleh potretnews.com, baru-baru ini.

Tradisi Atib Koambai sudah mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Dahulu masyarakat menggunakan sampan perahu dayung biasa hingga memakan waktu yang lama. Setiap peserta diminta membawa dayung. Tetapi kini dilakukan menggunakan boat yang memiliki mesin. Selain itu, dahulu tradisi ini dianggap sebagai tradisi yang benar-benar dilakukan untuk menolak bala.

Peserta yang tidak ikut Atib Komabai diminta pulang dan menutup rumah rapat-rapat sambil membakar atau membuat asap di luar rumah. Namun, saat ini Atib Koambai lebih kepada pertunjukan tradisi semata yang malah menjadi objek wisata tahunan.

Pemuka Adat itu berharap, agar tradisi ini mampu menarik minat pengunjung yang ingin mengetahui tradisi ini secara langsung di daerah tersebut. Apalagi jika dikelola dengan baik sehingga mampu menarik wisatawan-wisatawan luar.

”Saya harap tradisi ini mampu menarik minat masyarakat luar dan pemerintah juga ikut serta dalam mengembangkan tradisi ini,” ujarnya. *1

Kategori : Rohil, Umum
wwwwww