Home > Berita > Siak

Karhutla ”Hantui” Sejumlah Daerah di Siak yang Tak Punya Embung

Karhutla ”Hantui” Sejumlah Daerah di Siak yang Tak Punya Embung

Tim Manggala Agni saat membuat embung.

Jum'at, 07 Februari 2020 19:36 WIB
Sahril Ramadana

SIAK, POTRETNEWS.com — Sejak Januari, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) ”menghantui” sejumlah daerah di Kabupaten Siak, Riau.

Padahal, puncak bencana karhutla dan kabut asap pada 2019 lalu, masih belum hilang dari ingatan. Tapi, kebakaran hutan dan lahan kembali muncul.

Bahkan, jika dilihat dari data yang disodorkan Manggala Agni Daerah Operasi (Daops) Siak, Januari lalu, sudah 27 hektar hutan dan lahan di Siak hangus terbakar. Jika dibandingkan Januari tahun 2019, angka itu lebih tinggi. Sebab karhutla yang terjadi di Siak pada periode itu hanya lebih kurang 12 hektar saja.

Kendati karhutla ini seperti agenda tahunan, petugas pemadam tetap saja kewalahan memperoleh air kala hendak memadamkan amukan si jago merah tersebut. Untuk mendapatkan sumber air, petugas terpaksa selalu membuat embung darurat dengan tangan kosong.

”Rata-rata lokasi yang terbakar sebulan terakhir harus bikin embung. Ukurannya bervariasi. Ada yang 4x4x4 meter. Ada pula 2x2x2 meter. Yang penting dapat air," kata Kepala Manggala Agni Daops Siak, Ihsan Abdillah kepada potretnews.com, Jumat (7/2/2020).

Jika lokasi kebakaran bisa ditempuh kendaraan kata Ihsan, maka alat berat Pemda Siak dikerahkan untuk menggali embung tersebut.

”Itu kalau lokasi bisa ditempuh kendaraan. Kalau tidak, tentu manual. Soal biayanya, itu ranah Pemda Siak. Tugas kita hanya memberitahukan saja, jika sumber air tak ada di lokasi kebakaran, maka harus buat embung," ucapnya.

Meski begitu, menurut Ihsan tidak semua wilayah harus dibikinkan embung. Hanya wilayah yang rawan dan sumber airnya minim saja yang mestinya dibikinkan.

”Kayak di wilayah Kecamatan Sungaiapit. Mestinya, daerah yang rawan karhutla wajib dibikin embung. Sebab, daerah Sungaiapit boleh dikatakan rawan kebakaran. Terbukti, bulan lalu 10 hektar lahan di sana terbakar,” ujarnya.

Dia berpendapat, mestinya dari dulu dibuat embung di kawasan yang rawan karhutla. Jangan sudah terbakar baru dibuat.

”Sebelum terlambat, pemerintah daerah sebaiknya gerak cepat membuat embung ini di daerah-daerah yang rawan terbakar dan sulit memperoleh sumber air. Seperti di Sungaimandau dan beberpa kampung di Kecamatan Kotogasib,” pungkasnya. ***

Kategori : Siak, Lingkungan
wwwwww