Home > Berita > Riau

Musala Waduk Jatiluhur Tersambar Petir, 2 Warga Asal Riau Tewas

Musala Waduk Jatiluhur Tersambar Petir, 2 Warga Asal Riau Tewas

Ilustrasi. (INTERNET)

Sabtu, 28 Desember 2019 04:15 WIB

PURWAKARTA, POTRETNEWS.com — Dua jamaah khuruj tewas akibat tersambar petir saat sedang berada di musala kawasan kolam apung Zona II Waduk Ir H Juanda Jatiluhur, Desa Kembangkuning, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat (Jabar) Jumat (27/12/2019).

Sedangkan seorang jamaah lainnya mengalami luka-luka dan empat lainnya syok atas kejadian itu. Semua korban luka maupun tewas dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih.

Korban tewas diketahui bernama Suryanto (40), warga Rokan Hulu, Riau; dan Sutejo (54) warga Pekanbaru, Riau. Sedangkan korban luka atas nama Hamjah (53), warga Parepare, Sulsel.

Kapolsek Jatiluhur, Kompol Deni Hamari mengatakan, peristiwa nahas itu terjadi saat tujuh jamaah huruz pimpinan Suryanto yang sebelumnya beriktikaf di Masjid Al Ikhlas, Kampung Servis, Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur, berangkat menggunakan perahu ke Musala Ar Rahman yang berada di Zona II (KJA) waduk Ir H Juanda Jatiluhur.

Keberangkatan mereka itu atas undangan dari pemilik kolam terapung yaitu Enjang. Saat sudah berada di musala kolam terapung, mereka berkumpul untuk bermusyawarah. Saat itu hujan turun disertai petir. Tiba-tiba saja petir menyambar mereka yang sedang berkumpul.

Akibatnya tujuh orang yang berada di dalam musala terpental. "Dua korban meninggal dunia di lokasi dengan luka bakar di kepala dan dada. Semua korban langsung dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Bayu Asih, Purwakarta," ungkap Deni dilansir potretnews.com dari SINDOnews.

Mendapat laporan tersebut, anggota Polsek Jatiluhur langsung menuju lokasi kejadian untuk mengevakuasi korban. Mengutip unpad.or.id, dosen program studi Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Hadi Suprapto Arifin dalam disertasinya berjudul ”Studi Kasus Dakwah dalam Khuruj Kaum Terpelajar dan Pengusaha Sebagai Karkun Jamaah Tabligh Bandung dari Perspektif Retorika” dijelaskan, kelompok khuruj rela meninggalkan keluarga, pekerjaan, bisnis, studi, hingga aktivitas duniawi lainnya untuk berdakwah ke daerah lain. Waktu khuruj mereka dilakukan selama 3 hari setiap bulan, 40 hari setiap tahun, atau 4 bulan sekali seumur hidup.

Selama khuruj, mereka melakukan iktikaf di masjid. Meski berperan sebagai penyebar agama Islam, banyak orang menganggap aktivitas khuruj sebagai bidah (bid’ah), tidak logis, konyol, serta menjadi perdebatan panjang.

Hadi memaparkan, khuruj pada hakikatnya merupakan aktivitas dakwah untuk membangun suasana iman, mencoba belajar dan meraih amalan nurani yang dilakukan secara bil al-hal maupun bil lisan. Dalam perspektif retorika, dakwah di medan khuruj ini sebagai dakwah bil lisan dalam jenis majelis musyawarah, ta’lim wa ta’allum, mudzakarah, bayan, taqrir dan jaulah. ***

Berita ini telah terbit di inews.id dengan judul "7 Jamaah Khuruj Tersambar Petir di Musala Waduk Jatiluhur, 2 Tewas, 1 Luka"

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Riau, Peristiwa
wwwwww