Kisah Bripka Ralon Rela Kuras Tabungan dan Jual Perhiasan Istri demi Bangun Sekolah Marjinal di Pelosok Kampar

Kisah Bripka Ralon Rela Kuras Tabungan dan Jual Perhiasan Istri demi Bangun Sekolah Marjinal di Pelosok Kampar

Bripka Ralon Manurung memberikan buku tulis kepada anak-anak di sekolah marjinal.

Selasa, 29 Oktober 2019 21:50 WIB
Muhamad Maulana

PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Tidak ada alasan untuk abai dengan orang-orang yang membutuhkan. Itulah salah satu sisi baik Ralon Manurung, seorang angota polisi berpangkat bripka yang bertugas di Polda Riau.

Hanya segelintir orang yang tahu, jika dia rela menguras isi tabungan dan menjual perhiasan istri buat membangun sekolah anak-anak di pelosok Kabupaten Kampar.

Dari uang itu, akhirnya berdiri dua ruangan belajar dan satu ruangan majelis guru yang digabung dengan ruang perpustakaan di Sekolah Dasar (SD) 010 Dusun Sialang Harapan, Desa Batu Sasak. Sekolah ini dibangun di atas tanah yang diwakafkan Darimi. Berdiri sejak 1996. Alasannya, sekolah induk berjarak 2,5 kilometer.

Meski berada tak jauh dari kota, namun kondisi di lapangan sangat memprihatinkan. Untuk menempuh gedung sekolah induk, para murid harus melewati perbukitan, jalan tanah yang berlumpur saat musim hujan. Bahkan, anak yang tinggal di seberang aliran sungai, harus melewati aliran sungai kecil setinggi lutut orang dewasa.

https://www.potretnews.com/assets/imgbank/30102019/potretnewscom_d3ebb_1710.jpgBripka Ralon Manurung bersama guru dan murid berfoto di ruang kelas sekolah marjinal.

Kisahnya, berawal saat Ralon menjalankan tugas mengatur lalu lintas di Simpang Tugu Zapin, Jalan Sudirman Pekanbaru. Saat itu, sang istri yang sedang berselancar di media sosial (medsos). Beberapa orang yang ingin diseberangkan ternyata ingin meminta sumbangan untuk biaya membangun SD 010. Upaya warga dusun itu menggalang dana ternyata dilakukan secara terstruktur.

Ada juga yang melalui media sosial. Seperti yang dilakukan Riko bersama teman-temannya yang melakukan siaran langsung di Facebook. Postingannya mereka ternyata viral dan diketahui oleh istri Ralon. Sang istri pun meminta Riko mengajak teman-temannya datang ke rumahnya, bermaksud memberikan bantuan. Asyik ngobrol, Rolan pulang bertugas.

”Ternyata tamu istri saya, sama dengan beberapa orang yang saya seberang kan pas tugas pengaturan lalu lintas,” tutur Ralon dalam perbicangan dengan potretnews.com, baru-baru ini.

Pernah merasakan hal yang sama, menjadi salah satu alasan Ralon terpanggil untuk membantu. Karena dia pernah tinggal di Kandis dan bersekolah bersama anak suku Sakai di SD 058, yang jaraknya lumayan jauh.

Pertemuan Ralon dan tim pencari sumbangan berlangsung hangat. Tidak sekadar memberi bantuan kepada perwakilan warga, pasangan suami istri ini berjanji mengunjungi lokasi dan membiayai pembangunan Cabang SD 010.

Saat pertemuan, mereka menyepakati bahwa sekolah cabang dibangun secara swadaya masyarakat setempat yang pandai bertukang. Sementara, Ralon membeli bahan bangunan. ”Itu uang tabungan saya dan istri,” ucap Ralon.

Tatkala pembangunan sedang berjalan, biaya yang sudah dikucurkan sebanyak Rp12,5 juta, ternyata masih kurang Rp2,5 juta. Sehingga, Ralon memutuskan menjual perhiasan istri.

https://www.potretnews.com/assets/imgbank/30102019/potretnewscom_j9ssm_1711.jpg Bripka Ralon Manurung bersama guru, murid, dan warga sekitar berfoto di halaman sekolah marjinal.

Setelah bangunan sekolah yang layak berdiri, bantuan yang diberikan Ralon tidak berhenti sampai di situ. Kadang ia menyempatkan kembali datang, untuk memberikan bantuan berupa buku dan beberapa helai pakaian sekolah.

”Ini saya lakukan karena berkaca pada pengalaman semasa saya bersekolah di SD 058 Kandis, Siak. Hal yang sama saya rasakan, karena harus menempuh jarak yang jauh untuk bisa bersekolah,” sebut Ralon.

Ipul, salah seorang murid mengaku merasa senang belajar. Karena atap dinding, hingga tembok sekolahnya sudah ada. ”Terima kasih Pak Ralon, Alhamdulillah saya dapat belajar dengan tenang dan dapat buku lagi,” ucap Ipul.

Rasa terima kasih juga disampaikan Pendri, seorang tokoh masyarakat setempat. Karena bantuan Ralon Manurung ini, anak-anak di daerahnya bisa nyaman belajar dan tidak kehujanan seperti dulu. ”Sebelum jalan seperti sekarang ini, dulu untuk mencapai sekolah induk butuh waktu berjam-jam. Apalagi, anak-anak juga harus melewati sungai setinggi kaki orang dewasa,” ungkap Pendri.

Meski begitu, Pendri mengungkapkan, pihaknya masih membutuhkan bantuan dari pemerintah. Semata-mata agar kapasitas sekolah tersebut memadai untuk menampung anak-anak warga setempat.

”Tanpa menyampingkan bantuan pak Ralon, sekolah kita ini masih membutuhkan bantuan. Seperti pembangunan jalan, dan fasilitas lainnya yakni buku belajar hingga ketersediaan tenaga pengajar,” ujar Pendri. ***

Kategori : Kampar, Umum
wwwwww