BNPB: Kebakaran Lahan Gambut Disengaja, 80 Persen ”Disulap” Jadi Tanaman Industri dan Sawit

BNPB: Kebakaran Lahan Gambut Disengaja, 80 Persen ”Disulap” Jadi Tanaman Industri dan Sawit

Perkebunan kelapa sawit dan permukiman terlihat dari udara di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo, Riau, 29 April 2015. (ILUSTRASI/TEMPO.co)

Minggu, 15 September 2019 20:27 WIB

JAKARTA, POTRETNEWS.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Munardo menyebut ada kesengajaan dalam kebakaran yang terjadi di lahan gambut. Mereka membakar untuk menanami kembali beberapa jenis tanaman.

Dari hasil pemantauan BNPB, lahan gambut yang pernah terbakar hampir sebagian besar berubah menjadi kebun.

”Ini faktor kesengajaan tidak mungkin ada api di kawasan yang di tengah-tengah pemukiman penduduk. 80 persen bekas kebakaran dari kebun, ada hutan tanaman industri, ada juga sawit," kata Doni usai menghadiri rapat koordinasi tingkat menteri di Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Jakarta, Jumat (13/9/2019).

Membuka kebun dengan cara membakar menjadi kebiasaan dan biayanya lebih murah. BNPB meminta agar Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bisa menemukan teknologi yang tepat, murah, dan efisien agar masyarakat tidak membuka lahan dengan cara membakar.

Peran Kementerian Pertanian juga dinilai penting. Terutama mencari pola dan jenis tumbuhan yang cocok ditanami di lahan gambut. Ekosistem gambut mempunyai karakter yang basah. Namun banyak lahan gambut dimanfaatkan untuk perkebunan sawit dan akasia yang hanya dapat tumbuh di lahan kering.

”Jenis tanaman sedang diinventarisasi ternyata ada jenis kopi liberica dan cocok di lahan gambut. Volume kopi jumlahnya harus diperbanyak agar ekonominya masyarakat lebih baik," tutur dia.

Menurut Doni, sagu bisa dipertimbangkan untuk ditanam di lahan gambut. Sebagian besar lahan gambut di pesisir timur dan utara Riau banyak ditumbuhi tanaman tersebut.

Contohnya, salah satu desa di Tebing Tinggi Timur mengekspor sagu ke negara tetangga. Padahal pada 2014, wilayah itu dilanda kebakaran hutan dan lahan (karhutla) hingga asapnya menyeberang ke Malaysia.

Doni menilai kepedulian semua pihak harus ditingkatkan agar tidak lagi mempraktikan pembukaan kebun dengan cara membakar.

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, total area terbakar pada Januari hingga 31 Agustus 2019 seluas 339.161 hektare (ha). Rinciannya, lahan mineral 239.161 ha, dan lahan gambut seluas 89.563 ha.

Lahan gambut yang terbakar pada 2019 seluas 89.563 ha. Apabila dirinci berdasarkan tutupan lahan, area gambut yang terbakar di kawasan nonhutan seperti semak belukar, belukar rawa, perkebunan, pemukiman, transmigrasi, pertanian lahan kering, rawa, tanah terbuka, tambang, sawah, pertambangan, bandara, dan tubuh air luasnya mencapai 86.014 ha. Jumlah ini lebih besar dibandingkan dengan area gambut di kawasan hutan yang terbakar yakni 3.549 ha.

Untuk rekapitulasi lahan gambut yang terbakar per provinsi, data Kementerian LHK menunjukkan Lampung paling luas yaitu 40.553 ha, disusul Kalimantan Tengah 24.884 ha, Nusa Tenggara Timur 10.025 ha, Jambi seluas 5804 ha, Sumatera Selatan 4717 Ha, Kalimantan Selatan 1949 ha, Kalimantan Timur 223 ha, Sumatera Barat 251 ha, Kepulauan Bangka Belitung 231 ha, Aceh 202 ha, Kalimantan Utara 5 ha, dan Aceh 1 ha. ***

Berita ini telah tayang di medcom.id dengan judul "80% Bekas Kebakaran Disulap jadi Tanaman Industri dan Sawit"

Editor:
Akham Sophian

wwwwww