Home > Berita > Umum

Saat Kunker ke Riau, Korban Banjir di Desa Penyasawan Kampar Berharap Dikunjungi Presiden Jokowi

Saat Kunker ke Riau, Korban Banjir di Desa Penyasawan Kampar Berharap Dikunjungi Presiden Jokowi

Seorang pria bernama Jefrizal (38) mengarungi banjir untuk menuju rumahnya yang banjir di Desa Buluh Cina, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau, Senin (17/12/2018).(foto: kompas.com)

Selasa, 18 Desember 2018 17:50 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Banjir telah merendam sejumlah wilayah di Kabupaten Kampar, Riau, sejak Minggu (9/12/2018). Hujan deras dan dibukanya lima pintu air di PLTA Koto Panjang membuat air Sungai Kampar meluap. Setidaknya 7 kecamatan terendam luapan air dari sungai tersebut. Warga terpaksa mengungsi dan menggantungkan hidup mereka dari bantuan pemerintah. Sayangnya, hingga saat ini bantuan yang datang jumlahnya sangat minim.

Salah satunya para pengungsi di Desa Terantang, Kecamatan Tambang. Anak-anak di tenda pengungsian hanya makan mi instan dicampur nasi putih.

Berikut ini fakta baru bencana banjir di Kampar, Riau:

1. Banyak warga bertahan di rumah
Banjir di Kabupaten Kampar merendam sejumlah kecamatan, antara lain Kecamatan Tambang, Siak Hulu, Kampar Kiri, Kampar Timur, Kampar Utara, Kampar, XIII Koto Kampar, dan Rumbio Jaya.

Akibatnya, sebagian besar warga terpaksa mengungsi, namun tidak sedikit warga yang bertahan di rumah. Mereka membuat panggung di dalam rumah sehingga terhindar dari genangan banjir.

Salah satu warga yang bertahan adalah Nazir (44), warga Desa Buluhcina.

"Saya dan keluarga masih bertahan di rumah. Kami buat panggung di dalam rumah, karena ketinggian air di dalam rumah sekitar satu meter," akui Nazir, Senin (17/12/2018). Selain Nazir, Jefrizal juga memilih bertahan di rumah.

"Tenda dan dapur umum ada, Pak. Tapi jauh di seberang sana di Desa Baru. Dari desa kami jaraknya sekitar tiga kilometer menyeberang sungai. Uang enggak ada mau bayar ongkos robin (perahu mesin)," sebutnya.

2. Hanya dapat bantuan sekali selama bencana
Nazir menjelaskan, warga korban banjir baru dapat satu kali bantuan dari pemerintah. "Bantuan sembako baru sekali datang. Tapi sudah mau habis pula," katanya. Hal senada diungkapkan Sabariah (51).

Dia mengatakan, bantuan dari pemerintah saat itu berupa beras, minyak goreng, mi instan, dan telur ayam. Saat ini bantuan tersebut sudah menipis. Warga sangat membutuhkan sembako untuk bisa bertahan hidup saat banjir masih merendam desa mereka.

Dari pantauan Kompas.com, banjir di Desa Buluhcina sangat parah. Rumah dan perkebunan warga habis terendam air. Warga memanfaatkan waktu untuk menangkap ikan dan menjualnya untuk bertahan hidup.

Sebagian warga yang menjadi bekerja di kebun, harus merelakan kebun mereka rusak terendam banjir.

3. Makan seadanya di tenda pengungsian
Akibat banjir melanda Desa Terantang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau, Sabtu (15/12/2018), para korban banjir di tenda pengungsian pun harus bertahan hidup dengan makanan seadanya.

Bantuan makanan dari pemerintah masih belum mencukupi kebutuhan mereka. Dari pantauan Kompas.com, sejumlah anak makan dengan nasi putih dicampur mi instan di sebuah rumah yang dijadikan posko banjir milik warga bernama Azmi (30).

”Terpaksa makan nasi putih sama mi instan. Bantuan dari pemerintah belum ada," kata Eprita (37), pada Kompas.com. Kehidupan korban banjir semakin pahit. Untuk makan, kadang mereka menangkap ikan di lokasi banjir dan juga nekat masuk ke Sungai Kampar.

4. Warga korban banjir sulit mendapatkan sembako
Akses jalan di Kabupaten Kampar banyak yang tergenang banjir. Hal ini membuat warga sulit mendapatkan kebutuhan pokok.

Sehingga, untuk membeli beras dan kebutuhan lainnya, warga harus pergi ke Desa Danau Bingkuang yang berada di dekat jalan lintas Riau-Sumatera Barat, yang jaraknya sekitar 15 kilometer.

”Untuk pergi ke danau bisa pakai robin (perahu mesin) milik warga di sini. Itu ongkos pulang pergi Rp 400.000. Mikir dua kali kalau mau beli beras ke sana. Kalau lewat darat tidak bisa karena jalan banjir," kata Eprita.

Meski ada warung yang menjual beras di perkampungannya itu, lanjut dia, harganya cukup mahal.

”Di sini (Desa Terantang) ada yang jual beras, tapi harganya selangit. Beras yang biasanya Rp 115.000 per karung, sekarang jadi Rp 155.000. Karena stok beras di kampung kami mau habis," sebut Eprita.

5. Warga korban banjir berharap ingin bertemu Jokowi
Puluhan pengungsi korban banjir di Desa Penyasawan, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Riau, berharap dikunjungi oleh Presiden Joko Widodo. Keinginan itu muncul setelah mereka mengetahui rencana kedatangan Jokowi ke Pekanbaru, Sabtu (15/12/2018).

Informasi yang didapat, Jokowi memiliki beberapa agenda selama di Pekanbaru. Salah satunya adalah pemberian gelar adat "Datuk Seri Setia Amanah Negara" kepada Jokowi oleh Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau.

Untuk itu, warga yang sedang mengungsi di TK Aisyiyah di pinggir jalan lintas Riau-Sumatera Barat (Sumbar) itu, berharap dikunjungi orang nomor satu di Indonesia ini.

"Kami berharap Pak Jokowi bisa tengok (lihat) kami ke sini yang sudah hampir satu minggu dilanda banjir," ungkap Aini (26) salah satu pengungsi korban banjir saat ditemui Kompas.com, Jumat (14/12/2018). ***

Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul "Lima Fakta di Balik Nasib Korban Banjir di Kampar, Berharap Jokowi Datang hingga Minim Bantuan"

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Umum, Kampar
wwwwww