Home > Berita > Umum

Kisah Duka Empat Bocah di Riau Tewas akibat Banjir; Ada yang Tenggelam dan Ada yang Terseret

Kisah Duka Empat Bocah di Riau Tewas akibat Banjir; Ada yang Tenggelam dan Ada yang Terseret

Jenazah Gilang saat berada di rumah duka.

Kamis, 13 Desember 2018 08:12 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Kisah 4 orang anak di Riau tewas akibat banjir, ada yang tenggelam dan ada yang terseret arus sungai yang meluap karena banjir. Ini adalah berita duka, sebanyak 4 orang anak di Riau tewas akibat banjir dalam jangka waktu Bulan November hingga Bulan Desember 2018, ini data lengkapnya.

Berita duka pertama datang dari Indragiri Hulu (Inhu), Riau, ada 2 anak ditemukan tenggelam saat banjir. Korban banjir di Inhu, Riau, pertama adalah Umaira Sari Maulidani (11) bulan. Umaira merupakan anak pasangan Reno Saputra (27) dan Syarifah Mutiah (23).

Mereka beralamat di Desa Kuala Cenaku, Kecamatan Kuala Cenaku, Kabupaten Inhu. Naas bagi kedua pasangan itu ketika mengetahui putri mereka tenggelam di halaman rumah yang tergenang banjir.

Informasi yang diperoleh Tribuninhu.com dari Kapolres Inhu, AKBP Dasmin Ginting melalui Ps Paur Humas Polres Inhu, Bripka Misran Umaira tenggelam saat dititipkan kepada neneknya, Agustina pada Sabtu (10/11/2018) lalu sekira pukul 11.00 WIB.

"Kejadian tenggelamnya Umaira bermula saat ibu korban hendak mandi kemudian menitipkan Umaira kepada neneknya," kata Misran, Ahad (11/11/2018).

Di rumah neneknya, korban asik bermain di depan televisi sementara neneknya sedang sibuk menyetrika pakaian. Nenek korban tidak sadar kalau korban sudah tidak lagi bermain di depan televisi.

Selang beberapa lama kemudian, Agustina mencari keberadaan cucunya itu namun tidak ketemu.

Umaira tidak ditemukan di seluruh ruangan rumah. Situasi mendadak berubah menjadi panik. Agustina dan ibu korban mencari sampai ke rumah tetangga sebelah atas nama Dewi. "Pada pukul 11.30 WIB, korban ditemukan oleh tetangga nenek korban," kata Misran.

Umaira ditemukan di bawah rumah korban yang sudah tergenang air dengan ketinggian 50 centimeter. Malangnya, Umaira ditemukan dalam kondisi kritis.

"Korban sempat dibawa ke Puskesmas Kuala Cenaku untuk mendapat pertolongan, sesampai di Puskesmas Kuala Cenaku korban dinyatakan meninggal dunia dan korban dibawa kembali ke rumah duka," katanya.

Di rumah neneknya, korban asik bermain di depan televisi sementara neneknya sedang sibuk menyetrika pakaian. Nenek korban tidak sadar kalau korban sudah tidak lagi bermain di depan televisi. Selang beberapa lama kemudian, Agustina mencari keberadaan cucunya itu namun tidak ketemu. Umaira tidak ditemukan di seluruh ruangan rumah. Situasi mendadak berubah menjadi panik.

Agustina dan ibu korban mencari sampai ke rumah tetangga sebelah atas nama Dewi. "Pada pukul 11.30 WIB, korban ditemukan oleh tetangga nenek korban," kata Misran. Umaira ditemukan di bawah rumah korban yang sudah tergenang air dengan ketinggian 50 centimeter. Malangnya, Umaira ditemukan dalam kondisi kritis.

"Korban sempat dibawa ke Puskesmas Kuala Cenaku untuk mendapat pertolongan, sesampai di Puskesmas Kuala Cenaku korban dinyatakan meninggal dunia dan korban dibawa kembali ke rumah duka," katanya.

Berita duka kedua, pada hari yang sama sekira pukul 16.45 Wib, seorang anak bernama Dimas Febrianto (7) menjadi korban terseret banjir di Jalan Teluk Erong, Kelurahan Kampung Dagang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Inhu.

Anak dari pasangan Sugiarto (37) dan Iis Rumansyah (35), warga Desa Kuba, Kecamatan Rengat, Kabupaten Inhu tenggelam saat sedang bermain air bersama dengan abang kandungnya, Endah dan ibu kandung korban.

"Korban bersama dengan abang kandung dan ibu kandung korban bermain air di lokasi banjir yang berada di Jalan Teluk Erong," kata Misran.

Korban sempat diperingatkan oleh abang kandungnya agar tidak bermain terlalu ke tengah. Sambil asik bermain air, Endah sempat melihat tangan orang yang terseret air banjir. "Korban melihat tangan yang terseret banjir, namun tidak menyangka bahwa itu adalah tangan adiknya," kata Misran.

Kemudian Endah menanyakan keberadaan Dimas kepada ibunya, namun ibu korban tidak menemukan adiknya. Ibu korban juga tidak tahu dimana keberadaan Dimas. "Hal itu dilaporkan oleh abang kandung korban kepada warga sekitar, dan mengatakan bahwa adiknya sudah tenggelam," kata Misran.

Setelah dilakukan pencairan, korban ditemukan tersangkut di sebatang pohon. "Setelah ditemukan korban langsung dibawa ke Klinik Medisra, namun sudah dalam keadaan meninggal dunia," katanya. Kemudian korban dibawa pulang ke rumah duka dan dimakamkan di TPU Desa Kuba.

Atas dua kejadian anak tenggelam tersebut, pihak Kepolisian Polres Inhu mengimbau warga agar waspada selama banjir di Inhu, Riau melanda dan mengawasi anak-anak mereka agar kejadian serupa tidak terulang.

Berita duka ketiga, Anak Balita Perempuan di Kampar Diduga Tewas Tenggelam di Luapan Air Sungai Kampar

Anak bawah lima tahun (balita) berjenis kelamin perempuan di Kampar diduga tewas tenggelam akibat luapan air Sungai Kampar. Anak balita itu bernama Sazia Sapana.

Sazia Sapana ditemukan pada Senin (10/12/2018) siang sekitar pukul 11.45 WIB di wilayah Desa Bukit Ranah, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Riau, Indonesia.

Anak balita malang itu merupakan anak perempuan dari Zulhendri Zainur (45), warga Desa Bukit Ranah, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar.

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Tribunpekanbaru.com, korban pertama kali ditemukan oleh Yakub alias Akuk (60) warga desa setempat. Menurut penuturannya, ia mengetahui ada korban bayi tenggelam saat dirinya hendak memancing di Sungai Kampar.

Saat tiba di tepian sungai, ia melihat ada benda mencurigakan yang mengambang dekat pinggiran sungai. Melihat itu, dirinya kemudian mendekati benda tersebut untuk mengamatinya.

Setelah dicek, ternyata benda tersebut adalah seorang anak balita perempuan yang mengambang dalam keadaan tertelungkup. Diduga dalam keadaan sudah menjadi mayat. Mendapati mayat balita itu, Akuk langsung memanggil warga sekitar untuk secara bersama mendatangi lokasi kejadian.

Ditemani salah seorang warga, Akuk kemudian turun ke sungai untuk mengangkat mayat korban. Setelah itu, warga membawa korban ke Puskesmas untuk memastikan keadaan korban.

Kapolres Kampar, AKBP Andri Ananta Yudhistira saat dikonfirmasi Tribunpekanbaru.com mengatakan, kejadian tenggelamnya anak tersebut awalnya tidak diketahui oleh orangtuanya karena korban keluar dari rumah sendirian.

Diduga korban terpeleset dan terjatuh ke dalam genangan air sungai yang meluap, diketahui jarak dari rumahnya ke sungai hanya sekitar 8 meter. "Saat ini jenazah korban telah diserahkan kepada pihak keluarganya untuk proses pemakaman," katanya.

Ia menyampaikan bahwa personel yang mendatangi lokasi kejadian telah mendata dan meminta keterangan dari saksi-saksi dan juga telah memintakan visum untuk mengetahui penyebab pasti kematian korban.

"Kita menghimbau masyarakat yang berdomisili disekitar daerah bantaran Sungai Kampar ini untuk berhati-hati serta menjaga anak-anak agar tidak beraktivitas di dekat sungai, terutama saat banjir seperti sekarang," ujarnya.

Berita duka keempat, Gilang, Siswa SMP yang Tenggelam Sungai Air Hitam Ditemukan sudah Tak Bernyawa. Gilang, siswa SMP Negeri 33 Pekanbaru yang tenggelam di sungai Air Hitam, Pekanbaru, Riau Indonesia ditemukan sudah tidak bernyawa.

Korban ditemukan dengan jarak sekitar 200 meter dari posisi dia pertama kali dikabarkan hilang. "Sudah ditemukan dalam posisi mengapung. Tersangkut diantara semak-semak sekitar pukul 21.00 WIB," jelas Kukuh Widodo, Humas Basarnas Pekanbaru.

Diberitakan sebelumnya, seorang pelajar SMP laki-laki dikabarkan hilang tenggelam saat mandi di aliran sungai Air Hitam yang meluap di Jalan Fajar Ujung, Kelurahan Labuh Baru Barat, Kecamatan Payung Sekaki, Pekanbaru, Selasa (11/12/2018) siang.

Pelajar SMP Kelas IX yang diketahui bernama Gilang ini, hingga berita ini diturunkan masih dalam pencarian. Tampak personel BPBPK Kota Pekanbaru dibantu warga dan polisi melakukan pencarian dan penyisiran di sepanjang aliran sungai.

Sementara itu, sejauh ini belum ada konfirmasi atau penjelasan resmi dari pihak berwenang terkait peristiwa ini. Peristiwa ini juga memancing perhatian warga sekitar. Warga tampak ramai melihat proses pencarian korban. Banjir memang melanda sejumlah wilayah di Pekanbaru, Selasa (11/12/2018).

Hujan lebat yang turun Selasa dini hari menyebabkan air menggenangi sejumlah titik dengan ketinggian bervariasi.

Sejumlah pemukiman di Jalan Cipta Karya Ujung, Kelurahan Sialang Munggu dan kawasan Purwodadi di Kelurahan Sidomulyo Barat terkena dampak banjir. Perumahan Sidomulyo di Kelurahan Sidomulyo Barat. Ketiga lokasi banjir ini berada di Kecamatan Tampan.

Lokasi lain yang terdampak banjir yakni Perumahan Witayu di Kelurahan Sri Meranti (Kecanatan Rumbai Pesisir) dan Kawasan Dwikora di Kelurahan Sail (Kecamatan Tenayan Raya). "Ada tiga kecamatan yang terkena dampak banjir," papar Kepala BPBD Kota Pekanbaru, Burhan Gurning kepada Tribun, Selasa (11/12/2018).

Menurutnya, BPBD Kota Pekanbaru mengerahkan 60 personel yang ada untuk upaya penanggulangan banjir. Mereka juga mengerahkan enam perahu karet. Guna membantu proses evakuasi dan mobilisasi masyarakat di kawasan banjir.

Mereka juga mendirikan tenda darurat di sejumlah titik. Di antaranya kawasan Perumahan Sidomulyo, Jalan Cipta Karya, Perumahan Witayu dan Jalan Dwikora. "Untuk tenda memang hanya di beberapa titik saja," ulasnya.

Ini percakapan terakhir Gilang, siswa SMP Negeri 33 Pekanbaru yang tenggelam di Sungai Air Hitam dengan Bapaknya pada Selasa (11/12/2018).

Bapaknya itu bernama Suyoto, saat ditemui Tribunpekanbaru.com, Suyoto sedang menangis. Dia duduk ditemani istri dan kerabatnya di teras masjid dekat rumahnya di Jalan Fajar Ujung, Kelurahan Labuh Baru Barat, Kecamatan Payung Sekaki, Pekanbaru, Riau, Indonesia.

Suyoto tak menyangka anak laki-lakinya bernama Gilang umur 14 tahun hilang tenggelam di aliran sungai Air Hitam, yang ada dekat rumahnya. Dikisahkan Suyoto, anak lelakinya itu baru pulang dari sekolahnya di SMP Negeri 33 Pekanbaru. "Dia ganti baju pulang, terus pergi lagi, katanya mau nangguk ikan sama kawan-kawannya," kata Suyoto.

Disebutkan Suyoto, saat itu ada beberapa orang teman-teman Gilang yang ikut bersamanya main di sungai Air Hitam. Suyoto mengaku, sempat mengingatkan dan mencegah Gilang. Ternyata benar saja, apa yang ditakutkan Suyoto pun terjadi.

Teman-teman Gilang mengabari jika Gilang hilang tenggelam di sungai Air Hitam. "Kata teman-temannya itu, Gilang tenggelam. Saya juga tidak tahu persis gimana kejadiannya. Saya lalu berusaha nyari, dibantu warga," sebutnya lagi. Dibeberkan Suyoto, anaknya itu sebelumnya tidak pernah main ke sungai.

Dia mengungkapkan, jika Gilang pun tidak pandai berenang. "Nggak pandai dia berenang. Ndak pernah juga dia main-main ke sungai. Saya juga heran kok bisa masuk ke air dia," tuturnya. Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edwar Sanger turun langsung ke lokasi.

Kepada Tribunpekanbaru.com ia mengatakan, saat ini tim SAR Gabungan sedang berupaya melakukan pencarian.

"Kita mendapat informasi, tadi ada anak bermain yang main di seputaran sungai Air Hitam, hilang terbawa arus. Saat ini sedang diupayakan pencarian terhadap korban. Mudah-mudahan secepatnya ditemukan," katanya.

Lanjut Edwar, tim SAR sejauh ini sudah melakukan penyisiran sekitar hampir 1 kilometer. "Arus sungai deras, jadi dalam hal ini kita butuh waktu dalam melakukan pencarian. Mohon doanya agar cepat bisa ditemukan," papar Edwar.

Dia mengimbau agar para orangtua bisa mengawasi putra dan putrinya. Jangan sampai bermain di daerah yang rawan, seperti sungai. Apalagi kondisi banjir seperti saat sekarang ini. "Kalau terpeleset saja sedikit, bisa bahaya. Untuk itu, kita imbau supaya orangtua bisa menjaga anak-anaknya," pungkas Edwar.

Sementara itu dari pantauan Tribun, hingga pukul 18.00 WIB, tim SAR masih terus melakukan penyisiran di lokasi. ***

Artikel ini telah tayang di tribunnews.com dengan judul KISAH Duka 4 Orang Anak di Riau Tewas Akibat Banjir, Ada yang Tenggelam dan Ada yang Terseret

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Umum
wwwwww