Kisah Pilu Kakek Rusman, Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot Tak Layak Huni di Jantung Kota Siak Sri Indrapura

Kisah Pilu Kakek Rusman, Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot Tak Layak Huni di Jantung Kota Siak Sri Indrapura

Rusman saat berada di gubuk deritanya. (foto: potretnews/sahril ramadana)

Kamis, 28 Juni 2018 22:15 WIB
Sahril Ramadana
SIAK,POTRETNEWS.com  : - Malang sekali nasib Rusman (68), seorang kakek miskin warga Kelurahan Kampung Dalam, Kecamatan/Kabupaten Siak, Riau hidup sebatang kara menghabiskan masa tuannya di gubuk reyot tak layak huni.

Kakek yang sering dipanggil Bagong ini, tinggal di sebuah gubuk berukuran 2 x 3 meter. Kondisi gubuknya sangat memprihatinkan tak ubahnya kandang hewan ternak. Dinding dari papan juga sudah bolong-bolong. Atap gubuk Rusman memang dari seng, namun sudah banyak yang bocor.

Gubuk derita Rusman berada di jantung Kota Siak Sri Indrapura. Lokasinya berada di samping TPU Suak Santai Kelurahan Kampung Dalam, tepatnya di depan Taman Tengku Syarifah Aminah, Siak.

potretnews.com bersama awak media lainnya berkesempatan berkunjung ke gubuk derita Rusman, Kamis (28/6/2018). Saat itu Rusman sedang duduk di dalam kamarnya. Senyum ramah diperlihatkan Rusman ketika awak media datang. Dia langsung mempersilahkan awak media masuk ke dalam gubuk berlantaikan papan tersebut.

Saat itu, terlihat kondisi Rusman kurang sehat. Kendati begitu, Rusman sedikit bercerita tentang kisah hidupannya yang malang. Sudah enam tahun gubuk derita ini menjadi tempat berlindungnya dari triknya matahari dan dinginnya malam.

"Sudah enam tahun saya tinggal disini. Kondisinya seperti ini lah. Kalau hujan, sudah pasti lantainya basah. Sebab atapnya banyak yang bocor. Kalau dingin, sudah pasti, ini kan gubuk panggung, kalau tak hujan juga dingin," cerita Rusman.

Gubuk derita Rusman berada di samping jalan. Disamping bagian luar gubuknya juga ada dapur kecil tempatnya memasak beras dan air menggunakan tungku.

Dibagian dalam gubuk, hanya ada kursi plastik dan kasur lusuh tempatnya beristirahat. Terlihat juga sebuah sepeda dayung yang di letak di dalam gubuk. Beruntungnya, gubuk derita Rusman ini tidak terlalu gelap di siang maupun malam hari. Sebab, tetangganya menyalurkan jaringan listrik gratis.

"Tanah berdirinya gubuk ini juga punya tetangga sebelah. Saya hanya menumpang. Listrik juga disalurkan tetangga. Kamar mandi, juga kamar mandi tetangga saya menumpang. Pada siang saja saya ke kamar mandi. Sebab anak tetangga di pagi hari kan sekolah, jadi mereka mandi pagi. Begitu juga di sore harinya. Tetangga ini kawan baik saya," ucap Rusman.

Rusman sudah tinggal di gubuk ini enam tahun terakhir sejak tahun 2012 lalu. Dia juga sudah berpisah dengan istrinya, Nasmah. Dari pernikahannya itu, Rusman mempunyai lima anak. Semua anaknya laki-laki. Dulu, semasa Rusman belum bercerai, dia tinggal di Kampung Suak Lanjut Kecamatan/Kabupaten Siak.

"Kalau anak jarang datang. Mereka semua tinggal tak jauh dari rumah ibunya. Saya sudah bercerai kurang lebih 20 tahun," tutur Rusman.

Kakek Rusman juga tidak bekerja lagi. Untuk makan sehari-hari, Rusman mengandalkan uluran tangan dari tetangga. "Kalau sekarang saya tidak kerja lagi, orang-orang sekitar lah yang ngasi," tuturnya.

Rusman mengaku, dulu sempat bekerja jadi tenaga pengamanan di gudang penumpukan getah karet di depan gubuk deritanya. Karena pemerintah membangun Taman Tengku Syarifah Aminah di lahan gudang itu, usaha penumpukan getah tersebut ditutup.

"Setelah usaha itu ditutup, saya pindah ke gubuk ini. Bahan dari pembangunan gubuk ini, bekas dari gudang tempat saya bekerja dulu. Sebagaian dari tetangga. 2012 lalu saya sempat kerja serabutan. Sejak lima tahun terkahir ini saya tak kerja lagi," ujarnya.

Atap gubuk yang bocor, juga dimanfaatkan Rusman memenuhi kebutuhan air minumnya sehari-hari. "Kalau hujan, saya tampung dari dalam airnya untuk air minum. Air hujan ini saya rebus (masak,red) dulu pakai kayu bakar. Kalau tak hujan, air minum saya beli juga, tapi kalau punya uang. Kalau engak saya ambil dari tetangga secukupnya," ungkapnya.

Di penghujung usianya, tidak banyak yang bisa dilakukan Rusman. Bahkan jika sakit, Rusman harus lakukan segalanya sendiri, tak ada yang bantu.

"Saya serahkan semua sama yang maha kuasa. Saya juga tak berharap lebih kepada pemerintah setempat," kata Rusman, dengan mata berkaca-kaca.

Dipenghujung bincang-bincang potretnews.com dengan awak media lainnya, Rusman mengaku belum pernah mendapat perhatian dari Pemkab Siak.

"Kalau bantuan pemerintah yang saya terima, hanya berobat gratis di RSUD Siak. Selebihnya, seingat saya tak ada," ungkap Rusman.***

wwwwww